Bab 74

82 33 7
                                    


Selamat membaca dan lebih baiknya lagi mengapresiasi part ini.

Ayo, jangan berhenti dukung cerita ini juga biar authornya semangat.

    ♡♡♡♡♡     

Reyna berkali-kali memeluk Ina. Seperti sangat merasa bersalah atas semuanya.

"Hati-hati yah, Na," pesan Sukma lalu bergantian memeluk Ina.

"Kita doakan semoga urusan kalian dilancarkan," tambah Hanin.

Ina tersenyum, meskipun hatinya masih tidak enak dia berusaha baik-baik saja.

"Iya, makasih banyak yah," balas Ina kepada Hanin dan Sukma.

Tak hanya Sukma dan Hanin, Kevin pun turut berkata, "Bro, sekali lagi gue minta maaf."

"Iya, gue juga minta maaf Vin," balas Regal mendapat anggukan dari Kevin.

Setelah diam dan berusaha menyusun kata-kata, Reyna akhirnya memberanikan diri mendekati Regal sebelum pesawat mereka terbang.

"Kak Regal, Reyna minta maaf ya Kak," ujar Reyna dengan hati yang begitu tulus.

Regal tersenyum, sangat bangga karena terornya mempan di Reyna.

"Iya Rey, Kak Regal juga maaf yah, udah gangguin waktu tidurnya Reyna," balas Regal lembut, Reyna mengangguk mengerti.

Meskipun belum sepenuhnya melupakan Regal, Reyna perlahan-lahan sudah bisa menerima semuanya.

Zidan masih berdiam mencari cara agar bisa berbicara dengan Ina dan Tamara.

"Kalian berdua harus saling menjaga," kata Zidan berusaha agar semuanya tidak mengetahui.

Ina dan Tamara saling menatap. Kemudian Tamara mengacungkan jempolnya sebagai tanda jawaban.

"Ditunggu kabar baiknya ya bro," ujar Rendi menepuk bahu Regal.

"Siap mas bro," balas Regal semangat.

Ibu mendekati Regal, lalu berkata, "Nak Regal, Ibu minta jaga anak Ibu yah."

"Jangan sampai dia menangis lagi," tambah Bapak tegas.

Bapak memang begitu menjaga Ina. Tidak hanya Ina, Reyna pun demikian. Hanya saja selama ini yang Reyna lihat adalah Bapak lebih menyayangi Ina.

"Baik Ibu, Bapak."

***

Usai beberapa jam kemudian, Ina, Regal, dan Tamara telah sampai di sebuah rumah besar dengan desain klasik.

"Ah, lelah juga yah," kata Tamara, ketiganya masih berdiri di depan rumah keluarga besar Regal.

"Iya, yuk masuk biar langsung istirahat," jawab Regal dengan mata lelahnya.

"Huah," Ina menguap sebelum akhirnya Regal membuka pintu tanpa mengetuknya.

"Eh lo gak ada sopan santunnya sih Re?" tanya Tamara, mereka berada di ambang pintu.

"Kan emang dari dulu," sindir Ina menaikkan alisnya.

Regal melirik sinis ke arah Ina. Memang Regal seperti itu, gila dan terkadang tidak memiliki sopan santun.

Meskipun di rumahnya sendiri, seharusnya tetap menomorsatukan sopan santun.

Regal tutup lagi pintunya, kemudian mengetuk sembari mengucapkan salam.

"Asalamualaikum,"

Beberapa saat kemudian pintu terbuka, menampakkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.

"Waalaikumsalam. Ya Allah Regal," Bunda Regal langsung memeluk Regal, seakan benar-benar merindukan.

"Anak Bunda," katanya lagi dan masih memeluk Regal.

"Iya Bunda tapi ini nafas Regal sesak," ujar Regal berusaha menjelaskan.

"Kamu baik-baik aja kan sayang?" tanya Bunda lalu melepaskan pelukannya.

Regal mengambil nafas terlebih dahulu.

"Iya Bun, alhamdulillah," jawab Regal tersenyum.

Mendengar jawaban Regal membuat Bunda bernafas lega. Setelah kabar pesawat kemarin, Bunda mati-matian mencemaskan anaknya itu. Merasa bersalah karena memaksa Regal untuk menyusulnya.

Beruntung, Regal putuskan untuk tidak berangkat waktu itu.

"Loh Ina? Tamara?" tanya Bunda kaget, baru menyadari keberadaan mereka berdua.

Ina dan Tamara pun langsung menyalami Bunda.

"Ayo masuk dulu," ajak Bunda lalu mereka pun mengikutinya.

Sampai di ruang keluarga, Regal kaget bukan main. Ada Kak Satria sedang duduk santai sembari memainkan ponselnya.

Jantung Tamara pun rasanya mau lepas. Jika saja dia tahu akan ada Kak Satria di sini, mungkin Tamara tidak mau ikut.

"Cucu Omah," kata Omah lalu memeluk Regal.

"Cucu Opah juga," timpal Opah. Ternyata dari keturunan Regal memang sifatnya sudah lumayan gila. Buktinya sang Opah tidak mau kalah dengan Omah.

Lain dengan Kak Satria, cowok itu tidak mengatakan apa-apa bahkan mendekat saja tidak. Mungkin Satria malu karena ada Tamara.

"Ini siapa Regal?" tanya Omah menunjuk Ina dan Tamara.

Seperti biasa, Ina dan Tamara langsung menyalami semuanya.

"Saya Ina," kata Ina.

"Saya Tamara," lanjut Tamara.

"Mereka sahabat Regal Omah," kata Bunda tiba-tiba. Ina sedikit tidak nyaman mendapat sebutan sebagai sahabat.

"Bun, jadi tujuan aku bawa mereka itu-"

"Udah sayang, kalian istirahat dulu. Muka sahabat-sahabat kamu sudah lelah itu," potong Omah.

Ina hanya tersenyum, entah mengapa perasaannya semakin tidak enak saja.

"Ayo Ina, Tamara, kalian ikuti Bunda yah," ujar Bunda mulai melangkahkan kakinya.

"Oiya Bun Papi kemana?" tanya Regal sedikit berteriak.

"Lagi pergi," yang menjawab Satria.

Ina dan Tamara masih diam mengikuti langkah kaki Bunda.

Percayalah, Ina merasa seperti menumpang rumah mereka.

"Kalian tidur di sini yah. Nanti malam Bunda mau ngasih kabar bahagia," kata Bunda sangat terlihat rautnya memancarkan kebahagiaan.

"Baik Bun, terima kasih," jawab Ina lalu Bunda pergi.

Tamara langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Capek banget gue," ucap Tamara.

"Gue gak nyangka ada Kak Satria," lanjutnya.

Ina masih diam, memikirkan makna ucapan Bunda tadi.

"Perasaan gue kok gak enak yah?" gumam Ina masih bisa Tamara dengar.

"Udahlah perasaan lo aja. Sekarang mending kita tidur."






Terima kasih telah begitu setia dengan Ina. Biar kamu gak suka sendirian, ayo ajak temen2 kamu buat baca cerita ini yap.

Jadi, yang suka sama cerita ini jadi banyak hehehe.

Salam sayang, Anya.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang