Bab 37

109 35 2
                                    

Ina menganga di tempatnya. Sedangkan Regal melamun melihat orang yang hampir ditabraknya adalah Ina.

"Astafirullah Na, lo bikin gue jantungan aja," ujar Regal mendekati Ina.

"Lagian lo naik motor apa naik kasur sih," lanjutnya kesal.

Ina diam, karena ini memang salahnya. Tidak seharusnya dia berkendara sembari mengantuk.

"Maaf Re," lirih Ina.

"Apa? Tadi lo bilang apa?" tanya Regal.

Ina dan Regal memang berada di jalanan yang lumayan sepi dari lalu lalang orang lewat.

Karena ini, jalan pintas.

"Maaf," jawab Ina menunduk.

Regal menghembuskan nafasnya, andai saja dia terlambat mengerem tadi, sudah dipastikan Ina kini tidak ada dihadapannya.

"Iya gak papa. Lain kali, kalo emang lagi capek atau gimana jangan kemana-mana dulu Na, tidur aja udah." Tutur Regal santai.

Melihat Regal yang sepertinya tidak marah akibat ulahnya, Ina memberanikan diri mengangkat wajah untuk bertatapan dengan Regal.

"Gara-gara Tamara ini," kesal Ina, menyalahkan sahabatnya.

Seharusnya jika dia tidak ingin ke rumah Tamara tinggal menolak ajakannya bukan?

Semudah itu.

"Tamara? Lo mau kesana juga?" tanya Regal heboh.

Ina mengerjapkan kedua matanya.

Jadi, Tamara ngundang Regal juga? Ahh apa-apaan si. Batin Ina geram.

Ina mengangguki pertanyaan Regal.

"Mau ngapain sih tuh demit," gerutu Regal.

"Demit?" ulang Ina bingung.

"Iya, setan."

Plak

Ina menampar Regal namun pelan, merasa tidak terima jika Tamara disamakan dengan setan.

"Jaga mulut bisa?" tanya Ina sinis.

Regal tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapih dan putih.

"Yaudah bareng aja gimana? Daripada lo nyetir sambil tidur gitu, bahaya." Jelas Regal, alibi.

Sebenarnya Regal hanya ingin bersama Ina.

"Terus motor gue?" tanya Ina.

Mengambil hpnya, Regal terlihat seperti sedang mengirimkan pesan.

"Udah gue suruh tuh si Rendi buat anterin motor lo," ujar Regal santai.

Diam, Ina mencerna apa yang Regal maksud.

"Maksud lo anter ke rumah gue?" tanya Ina memastikan.

Regal mengangguk.

"TIDAKKKKK!" teriak Ina kencang.

Ina mencak-mencak di tempatnya.

"Kalo Ibu nanya gue dimana, bisa-bisa Ibu cemas sama kondisi gue dong, yang pulang cuma motornya bukan sama anaknya," cicit Ina khawatir.

Regal berpikir, ada benarnya juga.

"Yaudah dianter ke rumah Tamara aja," usul Regal yang mendapat tatapan aneh dari Ina.

"Nah, gue setuju."

Regal kembali mengirimkan sebuah pesan.

Di tempat lain, Rendi mengelus dadanya dengan sabar. Sebenarnya dia sudah sampai di rumah Tamara, namun bosnya mengirimkan pesan untuk mengambil motor Ina.

***

Setelah menyetujui motor Ina diambil oleh Rendi, Regal meninggalkan cowok itu sendirian.

Ina merasa tidak tega dengan Rendi. Karena Rendi memesan ojek untuk menjemput motornya.

Di belakang, Rendi rupanya sudah mengejar mobil Regal. Cowok itu, cepat juga dalam mengendarai motor.

"Hebat juga tuh anak," ucap Regal melihat spion.

Ina tidak menanggapi, dia memilih memejamkan mata untuk melanjutkan acara tidurnya.

Sejujurnya, Ina ingin pulang saja tapi sepertinya Tamara sedang mengadakan acara besar.

Namun, mengapa dia tidak diberi tahu?

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, akhirnya Ina dan Regal sampai di rumah Tamara.

Turun dari mobil, Ina melihat ada sekitar empat motor.

Meninggalkan Regal, Ina langsung melangkah memasuki rumah Tamara.

"Selamat datang." Ucap Tamara, gadis itu terlihat sangat feminim hari ini.

Ina tersenyum, masih bingung dengan ini semua.

"Lo ada acara apa?" tanya Ina tanpa ragu.

Tamara meringis.

"Ultah gue."

Ina melotot kaget, bagaimana dia bisa lupa dengan ultah sahabatnya sendiri?

"Astaga Tam, maaf gue lupa," ujar Ina merasa bersalah.

Tamara tersenyum sembari menggelengkan kepala.

"Gak papa, tenang aja. Yaudah yuk masuk," ajak Tamara menyeret tangan Ina.

Mengikuti Tamara, ternyata hanya ada beberapa teman dekatnya saja.

Ada Kevin, Putra, Sukma dan Hanin yang sedang bercengkrama.

"Eh ada Ina," ujar Sukma.

Ina bingung, mengapa Tamara mengajak Sukma ditambah Hanin lagi.

Regal dan Rendi langsung duduk di samping sahabat-sahabatnya.

"Udah datang semua sayang?" tanya wanita paruh baya dengan lembut.

Ina tahu jika itu, Mamah Tamara.

"Belum semua Mah, nunggu satu lagi." Jawab Tamara tenang.

"Siapa?" tanya Mamah.

"Pacar Tamara."













Terima kasih yang setia dengan cerita ini.

Ketahuilah, saya menulis ini setelah menangis hebat. Jadi minta maaf jika tidak terlalu ngefeel.

-Anya.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang