Bab 77

99 31 11
                                    

Tidak pernah sekali pun diri ini berkata bahwa hidup akan terus berjalan dengan keinginan kita.

Ayo, ikhlaskan apa yang memang harus diikhlaskan.

OIYA SAYA MAU MINTA TOLONG BOLEH GAK?

BOLEH?

BOLEH?

GAK BOLEH?

YAUDAH.

Selamat membaca♡


♡♡♡♡♡




Di waktu yang sama tetapi tempat yang berbeda, Ina lagi dan lagi diam membisu di belakang rumahnya. Tidak dengan sahabatnya yang masih berkumpul di basecamp milik Regal.

Ibu dan Bapak tidak bisa berbuat apa pun selain menguatkan.

"Kak," panggil Reyna, gadis itu sudah tidak tahan ingin banyak berkata kepada Ina.

"Iya," jawab Ina lemah.

"Gue tahu Kak, ini sama sekali gak mudah. Tapi gue minta, jangan siksa diri lo sendiri Kak. Dari kemarin lo makan aja cuman beberapa suap, tidur ya beberapa jam doang. Lo sayang diri lo sendiri nggak si?" tanya Reyna akhirnya.

Ina menoleh, tersenyum. Sama sekali tidak marah dengan pertanyaan Reyna. Ina justeru senang mendapatkan pertanyaan itu, yang berarti Reyna peduli kepadanya.

"Gue lebih sayang Regal," katanya.

Reyna dapat melihat sorot mata Ina yang begitu menyakitkan. Ada luka di dalam sana, pun ada kepasrahan.

"Kak, biasanya kalo lo lagi galau suka nyanyi kan yah? Gimana kalau lo nyanyi aja di cafenya milik Kak Tamara?" usul Reyna.

Ina sejenak berpikir, benar juga. Selama Ina belum bernyanyi, dia belum bisa mendapatkan sebuah kelegaan.

"Bagus juga ide lo, oke deh nanti gue kesana," jawab Ina.

****

Esok paginya di saat senja tiba, keluarga besar Regal telah sampai di Jakarta. Regal tidak mengabari Ina bahwa hari ini dia kembali, Regal hanya mengatakan ini semua kepada Tamara.

Memasuki kamarnya, Regal membanting diri di atas kasur lembutnya.

Tiga hari lagi adalah pertunangan Regal dan Sindi. Regal sama sekali tidak bisa melawan kehendak Bunda.

"Hati gue sakit banget," lirih Regal. Cowok itu sama sekali tidak menyukai Sindi, tetapi Sindi ternyata menyukai Regal semenjak Regal kecil hingga sekarang.

Dulu, saat lebaran tiba Regal pasti berkunjung ke Pontianak, dan Regal selalu bermain dengan Sindi.

Regal hanya menganggap Sindi sebagai teman kecilnya, tetapi Sindi justeru menyukai Regal.

Sampai akhirnya Bunda dan Ibu Sindi membuat janji untuk menjodohkan mereka tanpa berpikir bagaimana nasib anaknya.

"Gue harus bicara sama Ina," kata Regal meraih ponselnya.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang