Bab 48

88 34 13
                                    

Beberapa hari tidak membuka ponsel, Ina putuskan untuk sejenak keluar dari kamar.

Melangkah, Ina melihat semua anggota keluarganya fokus dengan berita yang ditayangkan di televisi.

Merasa penasaran, Ina pun ikut melihat apa yang ditayangkan.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Hilang Kontak

Setelah tahu, Ina pergi dari rumahnya. Memang kasihan dengan korban dan keluarga yang ditinggalkan, namun hidup dia sendiri juga sedang kacau.

"Gue bingung sendiri," kata Ina di atas motornya.

Gadis itu tidak membawa ponselnya, dan hanya menggunakan pakaian biasa.

Beberapa hari yang lalu, Tamara mendatangi Ina dan mengatakan dia harus kembali ke Makassar guna mengurus sesuatu.

Ina iyakan saja, karena itu hak Tamara.

"Tamara, Tamara. Ngilang-ngilang mulu jadi sahabat," ujar Ina lalu menjalankan motornya.

Di tengah perjalanan, perasaan Ina mendadak tidak karuan. Seperti kehilangan sesuatu yang begitu berharga dalam hidupnya.

"Gue kenapa deh, kok deg-degan banget gini," katanya masih fokus ke jalanan.

Menambah kecepatan, Ina akhirnya sampai di sebuah tempat yang kini menjadi tempat kesukaannya.

Turun dari motor dan melepaskan helm, Ina duduk dengan bersandar di pohon menatap damainya air danau.

"Gue suka tempat ini karena lo Re," lirih Ina tersenyum pahit.

Lama memandangi air danau, Ina melihat sebuah benda yang bergerak-gerak.

Menghampiri benda itu, ternyata sebuah botol kaca dengan sebuah kertas di dalamnya.

Mengambil botol kaca itu, begitu terkejutnya Ina membaca tulisan yang dicantumkan menggunakan spidol hitam, sepertinya spidol permanen.

Untuk Inasyha

"Ini beneran buat gue?" tanya Ina sendiri, bingung.

"Tapi dari siapa? Hm, bisa jadi hanya namanya saja yang sama," lanjutnya.

Namun karena penasaran, Ina pun membawa botol kaca itu ke tempat semula ia duduk.

Membuka tutup botol, lalu mengambil kertas berwarna putih di dalamnya.

"Untuk Inasyha. Beribu-ribu maaf yang gue katakan tidak akan bisa membuat hati baik lo kembali lagi. Nas, semoga saja lo nemuin botol ini yang sengaja gue siapkan buat lo. Nas, ada yang harus gue jelasin sama lo. Tapi gue mau pergi, ada sesuatu yang harus gue selesaikan dulu. Ngomong-ngomong gue pergi pake burung besi loh, nama burung besi yang gue naikin, Sriwijaya Air SJ-182. Sampai ketemu Nass."

-Regaldhino Dwimasatya

Ina terkekeh, Regal selalu berhasil membuatnya tersenyum kembali.

Namun, tiba-tiba Ina tegang. Nama pesawat yang Regal naiki sepertinya tidak asing.

"Sriwijaya?" tanya Ina mengingat.

Ina menjatuhkan botol kaca itu, hatinya sangat khawatir mengingat pesawat yang Regal naiki sama persis dengan berita yang tadi sempet dia tonton.

"Re, jangan bilang lo naik pesawat itu Re," Ina berkaca-kaca.

"Re, gue mohon," Ina terjongkok.

Mengambil botol kaca dan memasukan surat itu, Ina memutuskan untuk pulang. Berharap bahwa pesawat yang Regal naiki bukanlah pesawat yang hilang kontak tempo hari.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang