Setelah berdebat cukup lama dengan Rendi, akhirnya Ina menang. Kini gadis penyuka kasur itu tengah berada di atas motor dengan sahabatnya.
Tamara ngotot tidak mau pulang, sedangkan Ina terus meminta Tamara untuk segera pulang mengantarnya.
"Tamara," teriak Ina persis seperti tadi saat berangkat.
Tamara hanya diam, sepertinya dia marah karena Ina desak untuk mengantarnya pulang.
Jadi ngerasa gak enak sama Tamara, duh kenapa marah yah dia? Masa gitu aja wafer.
"Tam denger gak sih?" ucap Ina berikutnya.
"Denger ah, berisik." Jawab Tamara tak kalah berteriak.
"Lagian diem aja, marah?" tanya Ina kemudian.
"Engga."
"Terus?"
"Gue lagi nahan berak."
***
Ina sampai di rumahnya dengan selamat. Dia bersyukur masih diberi kesempatan hidup saat dia membonceng sahabatnya yang tengah menahan berak.
"Lega," ujar Ina mengelus dahinya.
Tamara tidak mau mampir ke rumah untuk membuang hajadnya padahal dia sudah di ujung tanduk.
"Nggak lagi-lagi deh bonceng Tamara saat dia kebelet. Kali ini sih bisa selamat, lain kali kan nggak tahu." Recok Ina masih di depan rumahnya.
"Oleng banget gitu pake motornya, di tambah kecepatannya kaya setan." Lanjutnya tak menyadari jika Ibu di belakangnya.
"Siapa yang setan?" tanya Ibu tiba-tiba.
Ina nyengir, bingung.
"Inasyha kok ngomongnya gitu? Gak baik ngatain orang loh," ujar Ibu.
"Iya Bu, hehehehe." Kekeh Ina tidak membela diri.
"Masuk sana gih, Gibran nungguin kamu tuh." Ucap Ibu mengarahkan tangannya ke pintu rumah.
"Nunggu aku? Mau ngapain?" tanya Ina heran.
Perasaan gak punya janji sama siapa aja deh. Hari ini jadwal aku free kok. Eh! Bukannya setiap hari free yah?
"Ya udah sana masuk." Perintah Ibu.
"Ibu mau kemana?" tanya Ina.
"Ke depan sebentar."
Mengangguk, Ina pun masuk ke dalam rumahnya. Dan ternyata benar, Gibran sudah siap dengan semua alat tulisnya lengkap bersama minuman kesukaannya.
"Kak Ina," teriak Gibran begitu melihat Ina.
"Iya." Jawab Ina menghampiri Adiknya.
"Ajarin aku dong Kak," pinta Gibran yang membuat Ina bingung.
"Ajarin apa?" tanya Ina sembari menaruh tasnya.
"Matematika."
Astafirullah mapel musuh aku. Gak boleh Gibran tahu kalau Kakanya ajah sangat pintar dalam mapel yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...