Melupakan Reyna, Ina memutuskan untuk menghampiri Ibu yang akan mengambil rapotnya.
"Ibu, udah siap?" tanya Ina lembut.
"Udah Kak, Kakak sendiri udah siap belum? Mau berangkat sekarang?" jawab Ibu semangat.
Duduk di sebelah Ibu, Ina mengembuskan nafasnya kesal. Sebenarnya, sangat malas jika harus berangkat mengambil rapot.
"Kakak males Bu," ujar Ina jujur.
Mengelus rambut putrinya, Ibu bertanya lembut, "Males atau takut?"
Ina menoleh, menatap Ibu heran.
"Takut? Takut kenapa?" tanya Ina yang mendapat senyuman dari Ibu.
"Takut hasilnya buruk."
Ina diam seketika, sejujurnya selain malas memang benar, Ina takut dengan hasil rapotnya satu tahun ini.
Pasalnya, banyak pelanggaran yang dia lakukan ditambah nilainya yang selalu pas-pasan.
Ina berpikir, jika Tamara masih mending daripada dirinya sendiri. Meskipun gadis itu bawel, tapi dia benar-benar serius dengan masa depannya.
Terlebih lagi Regal, tengil-tengil dan menyebalkan ternyata dia pintar dalam bidang akademik, bahkan non-akademik.
Mengingat itu semua, Ina meringis, sepertinya hanya dia yang tidak memiliki bakat apapun.
"Kak?" panggil Ibu membuyarkan lamunam Ina.
"Eh iya Bu," jawab Ina malu.
"Gak usah takut sama hasil yang kamu dapatkan. Ibu gak pernah nyuruh kamu buat selalu sempurna dalam nilai, semampu kamu aja, oke?" tutur Ibu sedikit menenangkan Ina.
Ina merasa sangat bersyukur memiliki Ibu seperti Ibunya. Karena selain penyanyang, Ibu juga pengertian.
"Ibu udah beliin Kakak laptop loh," ujar Ibu mengejutkan Ina.
"Loh, kan Kakak belum minta dibeliin Bu? Kalau emang belum ada uangnya gak usah dipaksa Bu," jawab Ina merasa bersalah.
Ibu tersenyum, mencium kening Ina.
"Walaupun Ibu dan Bapak sering kesulitan ekonomi, Ibu sama Bapak selalu mendahulukan keperluan kalian semua. Bagaimana pun caranya, Ibu sama Bapak berusaha biar kalian gak selalu merepotkan teman." Jelas Ibu begitu menyentuh.
Ina menangis lalu memeluk Ibunya, dia benar-benar tidak menyangka jika Ibu dan Bapak begitu perhatian sampai seperti ini.
Memang benar, Ina membutuhkan laptop. Namun Ina belum pernah mengatakan untuk dibelikan, selama ini Ina selalu berusaha sendiri. Terkadang dia pergi ke warnet atau pun jika tidak sempat, dia pinjam di Tamara.
"Ya Allah Bu, makasih banget," ucap Ina melepaskan pelukannya.
"Udah kewajiban Bapak dan Ibu kok Kak, sekarang kita berangkat yah?" ajak Ibu.
"Iya Bu."
***
Dengan memboncengkan Ibu, Ina sudah sampai di sekolahnya menggunakan motor kesayangannya.
"Yuk Bu," ajak Ina lalu keduanya melangkah bersama.
"Udah sering Ibu ke sekolah Kakak, tapi kenapa gak hafal-hafal yah sama tempat-tempatnya?" tanya Ibu terkekeh.
"Iya Bu, terlalu besar nih sekolah. Mana semua warnanya sama lagi," jawab Ina melihat sekeliling sekolahnya yang berwarna orange dan abu-abu.
"Iya Kak, kalo ada undangan wali murid aja Ibu pasti tanya-tanya orang lain," jelas Ibu.
Ina mengangguk paham, sekarang dia hanya diam. Sekolah sudah mulai ramai dengan murid bersama para orang tuanya.
"Ina!" teriak Regal, berlari mengejar Ina.
Bunda Regal hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu.
"Eh nak Regal," ujar Ibu.
"Eh iya Bu," Regal menyalami tangan Ibu Ina.
"Sama siapa?" tanya Ina.
Menyadari, Regal kembali lagi ke tempat Bundanya. Terlihat sang Bunda menatap Regal sinis.
"Duh Bunda, maaf Regal lupa," kekeh Regal.
"Masih muda udah gampang lupa, gimana nanti tuanya?" cibir Bunda Regal.
"Hehehe, yuk Bun, kenalan sama temen Regal," ajak Regal.
Mengikuti saja, Bunda Regal berjalan dengan anak keduanya itu.
"Ina, Ibu. Kenalin ini Bunda Regal," ucap Regal mengenalkan Bundanya.
Ina menyalami Bunda Regal yang berpenampilan begitu elegan. Bajunya sederhana, namun terlihat begitu klasik.
"Saya Nindi," ucap Bunda Regal menjabat tangan Ibu Ina.
"Saya Queen," jawab Ibu Ina malu-malu.
Ina melihat Ibunya dengan Bunda Regal seperti anak muda saja yang saat berkenalan malu-malu gak jelas.
"Nama kamu siapa?" tanya Bunda Regal.
"Inasyha Tante," jawab Ina tersenyum.
Bunda Regal mengangguk, dan terlihat seperti sedang berpikir.
"Ouh yang kemarin Regal beli semua barang-barang dari Bapak kamu?" tanya Bunda Regal.
Ina mengangguk.
"Wah saya makasih banget sama kamu Ina. Gak biasanya nih anak mau-maunya ke Panti Asuhan Papinya." Jelas Bunda Regal.
Astaga Bunda bongkar kalo panti itu milik papi lagi.
"Ouh, jadi Panti Asuhan itu milik Papi Regal?" tanya Ibu Ina.
Regal meringis di tempatnya. Usahanya untuk menyembunyikan itu semua hancur gara-gara Bundanya sendiri.
"Tapi Regal gak bilang panti itu milik Papinya, Tante."
Hai!
Terima kasih pembaca setia Ina dan Regal.
Sebentar lagi menuju klimaks yah, siapkan hati kalian, awww.-Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...