Bab 27

106 40 2
                                    

Ibu hanya bisa menunduk malu mendengar pertanyaan Regal, Ina memang memalukan.

Ibu tersenyum getir sembari berkata, "Iya, minta maaf yah nak Regal."

Regal mengangguk lalu menjawab, "Iya Bu, gak papa. Regal tahu kok Ina sukanya tidur."

Gibran hanya bisa diam dan sangat berterima kasih karena Regal bisa memaklumi Kakaknya yang sangat memalukan.

Di kamarnya, Ina tengah mondar-mandir menyiapkan diri untuk berangkat sekolah.

"Astaga jadwal hari ini fisika!" heboh Ina melihat jadwal yang ia tulis di bukunya.

Ina duduk lemah di kasurnya, bingung karena satu rumus pun belum ia pelajari.

"Gimana nih," lirih Ina begitu menyesali lantaran tadi malam ia tidak belajar, tapi nonton drakor.

Membolak-balikkan bukunya, Ina membaca dengan cepat semua rumus. Semoga saja nanti ada keajaiban.

"Meskipun cuman baca dan sebentar banget, otak gue kayaknya lumayan pinter buat nginget semuanya," ujar Ina bangga.

Membereskan alat tulisnya, Ina keluar kamar dan segera menemui Regal.

"Nah, itu Kak Ina," ucap Gibran begitu melihat Ina.

Ibu dan Regal menoleh, ternyata benar Ina sudah siap hanya kurang dari sepuluh menit.

Terpaksa, gue gak mandi. Cuci muka sama sikat gigi doang, gak keburu. Batin Ina.

"Cepet bener Kak siap-siapnya?" tanya Gibran curiga.

Ina merutuki Gibran yang selalu kepo dengan semua hal. Diam, Ina lantas mencium tangan Ibu.

"Jangan-jangan gak mandi," tuduh Gibran, benar.

"Enak aja, udah sana Dek berangkat, Kakak juga mau berangkat." Jawab Ina mengalihkan pertanyaan Gibran.

Gibran mengangguk, mencium tangan Ibu, Ina, dan Regal. Setelah itu berangkat menggunakan sepedanya.

Sedangkan Reyna, gadis itu sudah berangkat sebelum Regal datang.

"Lo, kenapa kesini?" tanya Ina kepada Regal.

Ibu menyenggol Ina, menurut Ibu, Ina kurang sopan.

"Kakak kok ngomongnya gitu sih? Ini Regal udah nungguin dari tadi loh," ujar Ibu tulus.

Ina nyengir, lalu menjawab, "Iya Bu, maaf. Ina cuman tanya kok."

"Iya Bu gak papa kok, biasa itu mah. Gue kesini ya mau ngajak berangkat bareng," jawab Regal santai.

Ina mendekat ke tempat Regal kemudian berkata, "Siapa juga yang mau bonceng lo?"

Regal hendak tertawa, namun ia urungkan karena masih ada Ibu.

"Siapa juga yang bilang lo bonceng gue? Gue kan bilangnya berangkat bareng, maksudnya itu kita pake motor sendiri-sendiri." Jelas Regal.

Apa? Astagaa maluuu. Batin Ina menjerit.

Ibu terkekeh melihat Ina diam tidak bisa berkutik, lalu pergi dari Ina, karena tahu Ina pasti sangat malu.

"Yaudah," Ina langsung pergi mengambil motornya.

Regal mengelus dada, lagi dan lagi ia ditinggal. Beruntung sudah pamit dan mencium tangan Ibu.

"Nas tungguin napah," teriak Regal karena Ina sudah menjalankan motornya.

Bodo amat, lagian maluin gue di depan Ibu.

Ina melirik ke spion sebelah kirinya, tampak Regal yang berusaha mengejar laju motornya.

Ina mengurungkan niat untuk cepat sampai di sekolah. Karena, percuma saja Regal pasti terus mengusiknya.

"Gak usah ngebut napah," sinis Regal saat sudah berhasil mengejar motor Ina.

Ina hanya menoleh, tidak menjawab.

Regal sendiri berteriak dalam hati, ini Ina kenapa dahhhh! Jelasin ke gue ini gue harus bagaimana? Woilah! Gue gak paham gelagat-gelagat cewek.












Ahahahahahah maaf misal garing.
Maaf juga sedikit.
Maaf juga kemarin gak up, karena sekarang mau senin-jumat aja up nya, hehehe

Makasih untuk kamu, yang setia dengan cerita ini.

-Anya.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang