37. Rasanya Ingin Menangis

13.1K 1.1K 38
                                    

"Inget pesen Ibu! Jadi istri yang baik walaupun suamimu abaikan kamu!" Auri hanya manggut-manggut membuat Ibu Maharani berdecak kesal. "Paham, gak?!" Ibu Maharani berekspresi galak.

"Iya Ibu guru!" Ibu Maharani semakin kesal dan memukul pelan lengan Auri.

"Tuh supir taksinya udah nunggu! Sana! Sana!" Usir Auri menarik lengan Ibu Maharani lalu menuntunnya masuk ke dalam mobil.

"Anak durhaka!" desis Ibu Maharani. Auri tergelak dan menutup pintu mobil.

Ibu Maharani menurunkan kaca jendela mobil.

"Jangan lupa pesan Ibu!"

"Iya Ibuku Sayang!" seru Auri gemas sembari melambaikan tangan saat mobil yang ditumpangi Ibu Maharani melaju pergi.

Ibu Maharani telah pulang hari ini, karena tadi pagi ART yang akan bekerja di rumah telah datang.

Auri bergegas masuk ke rumahnya. Tidak lagi merasa kesepian karena ada ART yang menemani dirinya berbicara. Serta Missy yang tak lagi dititipkan di tempat penitipan hewan milik Arkana.

Hati Auri mencelos. Malvin benar-benar tak mempercayai dirinya untuk menjaga Missy. Mungkin, suaminya itu berpikir, ia akan melantarkan Missy atau membuang Missy.

"Daddy-mu kurang ajar. Masa gak percaya sama Mommy?" ujar Auri memasang wajah galak pada Missy yang merebahkan diri di dekat kakinya.

Kemudian, ia menggapai tubuh Missy lalu memangkunya. Mengusap pelan bulu Missy.

"Kasih tau dong rahasianya, kamu apain Daddy-mu sampai dia sayang sama kamu. Kamu gak kasihan liat Mommy merana karena gak disayang. Ah gak usah langsung disayang deh... di anggap aja dulu."

Missy bersuara seakan menanggapi ucapan Auri.

Auri mendengus geli. Merasa lucu curhat pada Missy yang selalu membuatnya cemburu. Apalagi, ia menyematkan diri sebagai 'Mommy' dan 'Daddy', bagi Missy setiap kali mengajak bicara Missy. Entah sejak kapan, seingatnya setelah mereka akrab.

"Jadi tanya Daddy-mu, dia jangan abaikan Mommy. Nanti Mommy tinggalin loh," hjar Auri lagi. Missy semakin merapatkan diri perutnya.

"Dasar! Kucing kurang ajar. Mommy bicara eh malah tidur!" Walau nada bicara Auri terkesan marah, tapi ia mengelus sayang bulu Missy.

Setelah meletakkan Missy pada keranjang kucing, ia masuk ke kamarnya. Kamar miliknya sendiri, karena Ibu Maharani telah pulang. Auri mengistirahatkan dirinya sejenak.

Kemudian, sore harinya bangun dan keluar menuju dapur. Melihat Missy yang bermain sendirian dengan bola karet yang digigitnya.

"Bi, Missy udah dikasih makan? tanyanya pada ART.

"Udah Bu." Auri mengibaskan tangannya lalu tertawa.

"Kan udah saya bilang. Gak usah manggil 'Ibu'. Saya masih dua puluh empat menjelang dua puluh lima tahun loh."

"Jadi saya harus manggil apa?" tanya wanita empat puluh lima tahun tersebut.

"Panggil Mbak aja."

"Kalo suami... Mbak Auri, saya panggil 'Mas'?" Keduanya tertawa.

"Eh jangan dong! Cuma saya yang boleh manggil 'Mas'!" Lagi-lagi mereka tertawa.

"Panggil Bapak aja," ujar Auri terkikik. "Oh Bibi mau masak apa?" lanjutnya.

"Saya baru aja mau nanya, Mbak." Auri berpikir sejenak.

"Gimana bikin ayam asam manis, ikan pesmol sama capcay goreng?" ujar Auri setelah berpikir. Itu semua adalah makanan favorit Malvin. Siapa tau saja suaminya itu terharu dan berhenti mengabaikannya.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang