14. Kayak Orang Bego

12.2K 1.1K 12
                                    

Bang Kai tersentak saat keluar dari kamar inap temannya saat ada yang menabrak lengannya. Alhasil suara mengaduh sakit terdengar di telinganya.

Pandangannya terarah pada seorang wanita yang memakai snelli, lalu ia tertegun sejenak melihat wajah ayu tersebut. Wajah yang tak akan ia lupakan walau pertemuan pertama dan terakhir mereka sudah berlalu beberapa bulan. Mungkin memakan tahun pun, ia tak akan lupa.

"Maaf Mas, saya buru-buru." Setelah mengatakan hal tersebut Richel pamit tergesa-gesa.

Bang Kai masih berdiri mematung.

Kecewa.

Karena Richel tak mengingatnya. Lalu tiba-tiba ia tertawa geli. Kenapa juga Richel harus mengingatnya? Siapa dia?

Bahkan mengetahui nama wanita itu hanya karena mendengar teman wanita itu. Mereka tak pernah berkenalan.

Ia pun bergegas pergi dan saat masuk ke dalam mobil, ia terdiam sejenak.

Merasa ada yang ia lupakan.

Sepertinya Richel membuatnya tak fokus. Sekali lagi ia tertawa keras. Menertawai dirinya sendiri. Kemudian, ia berlalu meninggalkan parkiran rumah sakit.

Melupakan jika ia tadi pergi bersama adiknya.

Adiknya kini masih menunggu Bang Kai sendirian setelah Laras dan Via pamit pulang.

Tidak ada rasa kesal atau pun marah pada Auri karena terlalu lama menunggu Bang Kai.

Ia terlalu bahagia.

Sangat bahagia.

Perkataan Via bagaikan sebuah keajaiban dan harapan untuknya segera memiliki Malvin.

Via akan menjadi jembatan cintanya dengan Malvin.

Berdoa agar jembatannya mulus, tak dipenuhi kerikil.

Auri tertawa, tersenyum sendiri. Membayangkan bagaimana nantinya jika ia benar-benar bisa dekat dengan Malvin. Berada di dekat pria tersebut.

Mengobrol tentang masa depan mereka.

Berkencan dengan pria tersebut.

Pergi ke tempat paling romantis bersama.

Berpelukan. Saling menghangatkan satu sama lain.

Berciuman....

Wajah Auri merona lalu menggeleng pelan. Mengenyahkan bayangan dirinya dan Malvin... ah lupakan, batinnya sembari menggerakkan tangannya di udara agar bayangan tersebut lenyap dari atas kepalanya.

Ia masih terlalu kecil memikirkan hal tersebut, walau umurnya sudah dua puluh empat tahun.

Mengabaikan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh, malah ia balas tersenyum lebar.

Pantat Auri terasa pegal. Ia memilih berdiri. Menggunakan kedua kruk untuk menopang tubuhnya.

Celingukan mencari sosok Bang Kai. Mengingat kakanya berkata ia harus menunggu di sini.

"Tunggu di sini! Abang cuma sebentar!".

Auri kembali duduk. Gara-gara bahagia, ia menjadi penurut. Tidak peduli sudah berapa lama ia menunggu hingga ia merasakan kantuk melandanya.

Auri terkantuk dan tersadar. Duduk tegak lalu melihat jam pada pergelangan tangannya.

Mata Auri melotot.

Apa kakaknta menjenguk atau ingin menjaga teman di sini? Kenapa lama sekali? Sudah hampir tiga jam.

Jangan bilang...

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang