2. Mas Dokter Malaikat Penyelamat

32.2K 2.4K 78
                                    

Kejadian memalukan beberapa jam yang lalu sama sekali tidak berpengaruh pada Auri. Yang malu kedua orang tua serta kakaknya. Sepeninggalan Dokter Malvin, Auri beristirahat sejenak lalu diberi makan karena ia merengek lapar pada Ibu Maharani.

Senyum Auri tersungging terus menerus membuat Ibu Maharani yang menyuapi anaknya kembali khawatir. Jangan-jangan efek kepalanya yang terbentur membuat putrinya secara perlahan kehilangan kewarasan.

Saat ini hanya mereka dalam ruangan tersebut. Pak Darakutni dan Bang Kai sedang keluar makan siang di kantin rumah sakit, padahal waktu sudah menunjukkan sore hari. Seandainya tidak dipaksa untuk pergi makan mungkin keduanya tidak akan beranjak.

"Ibu...," panggil Auri pelan setelah menelan makanannya. Walau memakan bubur, tapi ia sama sekali tidak merengek. Malah menikmati makanan tanpa rasa tersebut. Efek dari hatinya yang sedang berbunga-bunga.

Entahlah kenapa Auri merasa jatuh cinta mendadak seperti ini?

Astaga!! Jatuh cinta?! Auri jatuh cinta?!

Seandainya keadaan Auri normal mungkin ia sudah menghantamkan kepalanya ke dinding karena merasa seperti layaknya remaja yang kasmaran. Cinta pada pandangan pertama.

Sekali lagi Auri hanya mampu menjerit dalam hati. Tidak menyangka jika ia bisa secepat ini jatuh cinta pada seorang pria penyelamat nyawanya.

Pernyataan tentang, 'Hanya butuh tiga detik seseorang bisa jatuh cinta', ada benarnya. Auri merasakan itu sekarang. Pertama kali bertemu pandang dengan Dokter Malvin membuatnya deg-degan tidak karuan. Padahal tatapan Dokter Malvin biasa saja. Bahkan mata sipitnya itu terkesan tajam.

"Auri!" Auri tersentak, seketika lamunannya tentang Dokter Malvin terbuyar.

"Ih Ibu! Ngagetin aja!" protes Auri. Meski belum genap sehari pasca kecelakaan, tapi ia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Bahkan tak mengeluh tentang kakinya yang digips serta kepalanya yang diperban.

"Ayo buka!" suruh Ibu Maharani sembari menyodorkan sesuap bubur yang langsung di lahap Auri.

"Emang kamu gak ngerasain sakit? Kaki mu? Kepala mu? Atau dibagian mana?" tanya Ibu Maharani heran karena tidak pernah mendengar keluhan anaknya pasca tersadar. Gelengan yang didapat atas pertanyaannya, bahkan anaknya itu membuka lebar mulut ingin disuapi lagi. Lagi-lagi Ibu Maharani terheran melihat kelakuan Auri yang doyan makan bubur bahkan semangat. Tidak seperti orang sakit.

Kalau saja Ibu Maharani tidak melihat bagaimana hancurnya mobil Auri setelah kecelakaan dan berapa lamanya Auri di dalam ruangan operasi, Ibu Maharani tidak akan percaya jika Auri sedang sakit.

"Ibu..."

"Apa sih? Ibu? Ibu? Panggil terus, tapi gak pernah lanjutin omongannya!" Ibu Maharani jengkel pada Auri yang memanggilnya terus menerus seakan ingin memberitahu sesuatu, tapi selalu digantung membuatnya penasaran.

"Jangan marah-marah Ibu Maharani Matahari Mahakarya!" bujuk Auri manja. Kalau saja ia tak sakit, bisa ia pastikan sendok melayang ke kepalanya.

Hidup dalam keluarga keras sejak ia dilahirkan membuat Auri kebal atas kekerasan. Dalam artian, keluarganya berasal dari pasukan pengabdi negara. Bapak dan Bang Kai merupakan anggota TNI AU. Bahkan Kakek, Om serta sepupunya pun juga. Walau Pak Darakutni telah pensiun, tapi tetap saja jiwa prajuritnya menyala membara dan tak sedikit pun meredup. Apalagi Bang Kai yang lagi panas-panasnya mengabdi. Kalau saja ia tak masuk rumah sakit, mungkin Bang Kai tak menampakkan diri karena sibuk bertugas.

"Ibu setuju gak kalau punya mantu dokter?" tanya Auri malu-malu membuat Ibu Maharani semakin heran melihat tingkah putrinya tak seperti biasa. Yang tak memiliki sisi pemalu. Ada apa dengan putrinya?

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang