51. Tidur Bareng

17.5K 1.1K 16
                                    

Auri menghembuskan nafas kasar, mencoba mengatur degup jantungnya yang berdetak tak tentu. Beberapa kali ia melayangkan tangannya untuk mengetuk pintu di hadapannya, namun ia ragu.

Tapi, kembali lagi ia mengingat jika dua hari ini Malvin tak sedingin dulu. Perlahan sikap Malvin berubah, walau Auri yang selalu mengajak Malvin berbicara dan sangat bersyukur Malvin meresponnya walau singkat.

Dengan tekad yang bulat ia pun mengetuk pintu di hadapannya. Begitu pelan. Sangat pelan malahan karena tak ingin membuat Malvin kesal jika ia mengetuknya terlalu keras.

Hingga ketukan keenam, barulah pintu di hadapannya terbuka.

Auri melongo, matanya tak sekalipun mengerjap karena melihat pemandangan di hadapannya.

Pemandangan yang membuat ia ngiler.

Walau pernah melihatnya, namun itu sudah lama. Sudah lewat lima bulan yang lalu.

"Enyahkan pikiran kotor kamu!"

Auri tersentak saat Malvin menjitak keningnya yang ditutupi poni.

Memegang keningnya, Auri kembali mengerjap beberapa kali, ini adalah pertama kalinya semenjak mereka menikah Malvin menyentuh dirinya.

"Kenapa?" tanya Malvin jengah. Salahnya juga yang hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. Hanya menutupi bagian tubuh bawahnya karena ia baru saja selesai mandi.

"Engh... itu... aku..." Auri sungguh gugup. Keinginannnya ditambah pemandangan di hadapannya membuatnya tak fokus.

Malvin bersidekap sembari menyandarkan sebagian tubuhnya di kusen pintu. Salah satu alis Malvin terangkat. Dan jangan lupakan rambut acak-acakan setengah basah tersebut.

Benar-benar pose Malvin seksi di mata Auri. Membuatnya semakin tidak fokus.

"Kalau enggak penting...".

"Aku mau tidur bareng Mas!" seru Auri menyela Malvin yang hendak mengusirnya.

Sontak Auri memejamkan mata karena takut serta malu menatap Malvin.

Keinginannya tidur dengan Malvin, bukan tidur dalam artian lain. Tidur yang benar-benar tidur. Auri yakin jika mereka tidur sekamar dan seranjang, secara perlahan rumah tangga mereka akan menjadi hangat dan harmonis.

Pintu di hadapannya ditutup membuat Auri membuka mata dan menatap nanar pintu di hadapannya yang tertutup rapat.

Auri mencebikkan bibirnya sedih. Harga dirinya benar-benar tidak ada di hadapan Malvin. Meminta tidur bersama yang seharusnya dilakukan oleh Malvin.

Dan sekali lagi ia mengingat jika harga dirinya di mata Malvin benar-benar tak ada sejak 'insiden' sebelum mereka menikah.

Dengan lesuh Auri berjalan menuju kamarnya dan langkahnya terhenti saat terdengar pintu kamar Malvin terbuka.

"Mau kemana?"

Auri memutar tubuhnya melihat Malvin yang sudah mengenakan pakaian santai. Berdiri di depan pintu kamar tengah. Kamar yang biasanya mereka tempati jika ada keluarga salah satu di antara mereka menginap.

"Tidur," jawab Auri gugup. Entah apa perasaannya saat ini. Melihat rambut Malvin yang acak-acakan setengah basah ingin rasanya ia mengeringkannya sembari meremasnya.

Kedua pipi Auri memanas. Ia pastikan kedua pipinya merona. Untung saja lampu di sekitar mereka sudah berubah remang karena malam semakin larut.

"Ayo!" Ajakan Malvin yang tidak jelas membuat Auri mengerjap bingung. Apalagi, saat Malvin masuk ke kamar tengah.

Apakah Malvin menerima ajakannya?

"Sampai kapan kamu berdiri di situ?" Lagi-lagi Auri tersentak. Dengan cepat ia masuk ke kamar tersebut.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang