Auri menoleh dengan cepat saat plastik cikinya dirampas Bang Kai, hendak mengambilnya kembali tapi diurungkan saat melihat Bang Kai tidak seperti biasanya. Lalu matanya melotot saat melihat banyak darah kering menempel di baju bagian depan Bang Kai.
"Bang Kai!! Kamu kenapa?" tanyanya syok.
Bang Kai menoleh, mengunyah dengan ekspresi malas membuat Auri mengernyit heran.
"Kamu habis ngapain Bang? Ada perang di mana sampai kamu penuh darah gini?" ujar Auri dengan nada khawatir, memeriksa setiap bagian tubuh Bang Kai. Mencari, siapa tau ada yang terluka.
"Dek," ujar Bang Kai lemah sembari menggerakkan pelan tubuhnya pertanda menyuruh Auri berhenti memeriksa dirinya.
Auri terdiam kembali menatap abangnya.
"Sama sekali gak ada luka fisik..." Auri semakin mengernyit heran melihat Bang Kai. Baru kali ini melihat kakaknya lemah. Bahkan jika Bang Kai sakit, kakaknya tersebut tak pernah selemah ini.
Ada apa dengan kakaknya?
"Kamu kenapa sih Ba.. "
"...lukanya di sini." Bang Kai menyela Auri, ia menunjuk dadanya memasang ekspresi datar. Sangat datar.
Auri mengerjap beberapa kali, lalu tawanya meledak. Mengisi ruang tengah rumah tersebut.
"Ey! Bang Kai 'busuk' bisa aja akting patah hatinya!" Auri menampar pelan pipi Bang Kai, masih mempertahankan tawanya.
Namun, ekspresi Bang Kai tak berubah membuatnya berhenti tergelak.
"Abang serius?" tanya Auri yang diangguki lemah Bang Kai.
"Siapa Bang? Kok gak pernah ngomong?" Auri mulai penasaran. Tidak menyangka jika kakaknya yang sekeras batu bisa merasakan jatuh hati. Padahal, selama ini ia mengira Bang Kai tidak normal.
"Ada. Kalaupun aku kasih tau kamu, kamu gak bakalan tau siapa dia." Auri manggut-manggut saja. Iya juga sih, dia tidak akan tau.
"I feel you, brother," ujar Auri sembari menepuk pundak Bang Kai.
Lalu keduanya duduk lemas menghadap ke arah TV yang menayangkan acara masak. Sama-sama menikmati ciki yang masih tersisa.
Ibu Maharani yang keluar dari dapur menatap kedua anaknya secara bergantian.
"Kai! Sarapan Ibu mana?" tanya Ibu Maharani.
Auri yang menoleh malas menatap Ibu Maharani.
"Bang Kai lagi patah hati Ibu..." Lalu kembali menghadap ke depan.
Ibu Maharani mengernyit heran. Kenapa kedua anaknya aneh seperti ini?
"Kai! Bajumu kenapa penuh darah?!" tanya Ibu Maharani khawatir.
"Itu darah perjuangan mendapatkan cinta, namun gugur di tengah jalan," jelas Auri mendramatis membuat Ibu Maharani kesal lalu melempar Auri menggunakan bantal sofa.
"Aw!" Auri meringis pelan, tapi tak mempedulikan Ibu Maharani, ia masih pada posisinya membuat Ibu Maharani gemas dan tak segan-segan memukul punggung Auri menggunakan bantal sofa karena merasa Auri mempermainkannya.
*****
Auri sedang berada di dapur, hal yang sangat jarang terjadi. Apalagi ia sedang berada di depan kompor. Bisa dihitung jari Auri berada di dapur, biasanya hanya untuk melihat Ibu Maharani, bukan melihat proses Ibu Maharani memasak, tapi untuk meminta uang.
Saat ini Auri sedang memasak atau lebih tepatnya ia melihat ART memasak.
Jika Ibu Maharani melihat keberadaannya di dapur saat ini, pasti ia akan di sindir habis-habisan. Untung saja Ibu Maharani keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...