57. Butuh Penjelasan

19.8K 1.2K 25
                                    

Auri menggeliat pelan sebelum membuka matanya. Ia menyentuh kedua matanya yang ia yakini bengkak karena menangis semalaman.

Ia menatap sisi kanan kasur yang ia sisakan untuk Malvin. Sama sekali tak tersentuh, berarti Malvin tak tidur di sebelahnya.

Menghela nafas pelan, ia turun dari ranjang, membasuh wajah serta berkumur.

Keluar dari kamar dan langsung menuju ke dapur.

"Pagi Mbak," sapa Bibi Anti.

"Pagi," balas Auri lemas, ia mencomot roti tawar dan memakannya tanpa mengolesi selai.

"Mas Malvin udah berangkat, Bi?" Bibi Anti mengangguk seraya membuatkan susu hangat untuk Auri.

"Gak sarapan Mbak, saya tawari tadi, katanya pengen makan gado-gado langganannnya," ujar Bibi Anti seraya menaruh gelas berisi susu di hadapan Auri.

Auri meneguk susu tersebut hingga tandas lalu menaruh gelasnya agak kasar.

"Mbak sama Bapak marahan ya?" tanya Bibi Anti segan melihat raut wajah Auri mendung serta tadi Malvin yang bersikap dingin bahkan kedua majikannya tersebut tak sekamar.

Auri mengangguk lesuh, kembali mencomot roti dan memakannya.

"Oh iya... Mbak yang bikin teh lemon semalam?" tanya Bibi Anti saat melihat bekas cangkir teh serta potongan buah lemon.

Auri mengangguk tanpa menatap Bibi Anti.

"Pasti asem banget Mbak soalnya Mbak Auri pakai satu buah lemon, tapi tehnya cuma secangkir." Auri sontak menatap Bibi Anti.

"Serius Mbak? Emang takarannya secangkir berapa?"

"Satu sendok teh Mbak."

Auri terpekur mengingat semalam jika Malvin tak mengomentari rasa tehnya dan Auri membenarkan ucapan Bibi Anti saat mengingat jika Malvin sesekali mengernyit saat menyereput teh buatannya.

Auri meringis, kenapa bisa Malvin tetap menghabiskan teh buatannya itu?

"Berarti Bapak hargai usaha Mbak. Buktinya dihabisin, walaupun asem." Auri semakin meringis mendengar Bibi Anti.

Auri turun dari kursi lalu menatap Bibi Anti.

"Bi, bikin makan siang kesukaan Mas Malvin ya? Saya mau bawain dia bekal," ujar Auri lalu masuk kembali ke dalam kamar untuk mandi dan bersiap-siap ke rumah sakit.

Meski Auri masih kesal atas sikap Malvin yang tak ingin menjelaskan apa-apa, namun terpatahkan dalam sekejap hanya karena Malvin menghargai usahanya. Menghabiskan teh buatannya yang kelebihan perasan lemon.

Itulah Malvin, selalu saja mampu membuat Auri tak betah marah dalam waktu lama.

*****

Dua hari lamanya Auri tak makan siang bersama dengan Malvin karena pekerjaannya. Hari ini ia kembali ke rumah sakit membawa bekal untuk Malvin.

Disinilah Auri berada, di depan Malvin yang menikmati makan siang mereka. Auri yang biasanya tidak makan jika membawa bekal untuk Malvin, ikut makan juga.

Tidak ada percakapan di antara mereka. Keduanya fokus menyantap makanan.

"Habis dari sini, kamu mau kemana?" Pertanyaan Malvin membuat Auri menghentikan tangannya yang bergerak membereskan peralatan makan mereka. Auri menegakkan kepala menatap Malvin.

"Pulang ke rumah. Kenapa Mas?"

"Tunggu saya sebentar. Kita bareng pulang." Auri mengangguk merespon Malvin dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang