38. Sebegitu Bencinya Kah?

16.4K 1.3K 45
                                    

Malvin melangkah malas memasuki unit apartemen. Hunian yang menjadi tempatnya menginap hingga empat hari ini. Sejak kedatangan Auri ke rumah sakit hari itu, ia tak pernah pulang ke rumah.

Saat menyalakan lampu kamar, ia sontak terkejut melihat sosok yang tidur di atas kasur.

Dengan kesal, ia melempar tas kerjanya pada sosok itu membuat sosok tersebut terbangun dan terkejut.

"Bang Malvin!" seru Akram terkejut melihat kehadiran Malvin di unit apartemennya atau lebih tepat unit apartemen ini adalah milik bersama. Karena Arkana dan Gibran juga memiliki akses masuk ke tempat ini. Namun, itu hanya saat kedua kakaknya masih sekolah dulu dan digantikan dirinya yang tinggal sesekali saat bersekolah dulu hingga sekarang yang datang jika hanya butuh tempat pelarian.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Malvin datar sembari membuka kancing kemejanya.

"Tidur Bang," jawab Akram sembari menguap.

"Kapan datang dari Jogja?" tanya Malvin karena adik sepupunya itu sedang menempuh pendidikan di Jogja.

"Baru tadi siang." Malvin sontak menoleh menatap Akram yang hendak kembali tidur.

"Kamu sendirian?" Akram menoleh menatap Malvin lalu mengangguk.

"Jangan bilang Mama, apalagi Papa, Bang. Lainnya juga kalau aku sekarang di sini." Mohon Akram, kembali memperbaiki posisi duduknya.

"Kamu tinggalin istrimu sendirian di Jogja?" sinis Malvin membuat Akram merapatkan bibirnya.

"Bukannya istrimu hamil?" Akram mulai menatap datar Malvin yang sama sekali tak membiarkannya membuka suara.

"Sekarang giliran aku yang nanya," ujar Akram penuh penekanan. Merasa tersinggung dengan sindiran sinis Malvin.

"Bang Malvin kenapa ada di sini? Bukannya kamu punya rumah? Bang Malvin tinggalin istrinya juga?" balas Akram tak kalah sinis. Mereka satu keturunan. Jika berbicara yang akan keluar nada sinis. Apalagi, akhir-akhir ini Akram sensitif membuatnya tak bisa mengontrol dirinya yang gampang emosi.

"Ada ART di rumah!" balas Malvin datar, pun tatapannya datar namun mengintimidasi Akram.

"Ada ART juga di rumah. Cantika gak sendiri!" balas Akram tak kalah datar membuat Malvin mendengus dan melempar Akram menggunakan kemejanya yang telah ia lepas tadi.

"Emang kamu adiknya Kana sama Gibran! Menyebalkan!" gerutu Malvin. Akram mendengus mendengarnya dan kembali merebahkan dirinya serta menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Sekali lagi jantung Malvin diuji.

Saat keluar dari kamar setelah selesai mandi, ia dikejutkan kehadiran Mami yang memasang raut wajah marah. Bersiap-siap memarahinya.

"Kenapa ada di sini?!" tanya Mami galak.

Malvin mendengus pelan, lalu menjemur handuk kecil yang tadi ia gunakan mengeringkan rambutnya pada sampiran.

"Malvin!!" Malvin kembali menatap Mami.

"Kenapa Mami bisa tau aku di sini?" tanya Malvin datar. Enggan menjawab pertanyaan Mami.

"Kana yang ngasih tau kalau empat hari ini kamu di sini!" Malvin mendengus kesal. Kalau saja ada Arkana di dekatnya sekarang, ia akan menendang tulang kering kakak sepupunya itu. Menyesal karena meminta izin terlebih dahulu agar bisa menginap di sini.

"Ka... eh kenapa kamu di sini?!!" Suara lengkingan Mami semakin memekik saat melihat Akram yang keluar dari kamar.

Akram terkejut melihat keberadaan Mami, lalu melirik Malvin yang memasang tampang lempeng.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang