Auri memasang senyum terbaik selama melakukan terapi pada kakinya agar kembali berjalan normal. Bukan karena yang menanganinya pria yang tampan dan ramah.
Hati Auri telah terkunci hanya untuk Malvin seorang, makanya ia sama sekali tak tertarik pada pria di hadapannya.
Setelah melakukan terapi, ia pamit undur diri.
Tak langsung pergi dari rumah sakit, ia berbelok ke koridor Poli Orthopedi. Tak perlu menjelaskan apa maksud wanita tersebut yang berjalan tertatih menggunakan kruk.
Saat melihat Malvin berjalan berlawanan arah darinya, ia berhenti sejenak lalu memperbaiki rambut panjangnya serta poni yang menutupi kening lebarnya.
Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju sang pujaan hati yang tak sadar akan kehadirannya karena terlalu fokus menatap layar ponsel.
Dengan sengaja ia menabrakkan diri ke lengan Malvin hingga ponsel Malvin terjatuh ke lantai dan layarnya retak.
Auri dengan cepat menjatuhkan dirinya juga. Terkejut karena tak menyangka jika ponsel Malvin akan terjatuh.
Malvin menatap Auri dengan tajam.
Kesal.
Tentu saja. Kalau saja ia tak berada di rumah sakit, sudah ia pastikan akan meninggalkan Auri begitu saja.
Malvin berjongkok, lalu memungut ponselnya dan memasukkannya di saku snelli.
Ia menatap Auri yang berusaha berdiri, dengan malas ia membantu wanita tersebut berdiri.
"Maaf... Mas Dokter... saya se.. gak sengaja," ujar Auri. Nyaris saja ia keceplosan jika dirinya sengaja menabrak pria tersebut.
"Layarnya retak ya? Saya bakal ganti," ujar Auri lagi yang di gelengi Malvin.
Malvin hendak meninggalkan Auri, tapi Auri merentangkan salah satu kruknya untuk menghalangi Malvin membuat pria itu kembali menghadap ke arah Auri.
"Mas Dokter lupa sama saya? Kita baru dua minggu gak ketemu loh, masa udah lupa?" ujar Auri.
"Maaf. Saya sibuk " Lagi-lagi langkah Malvin terhenti.
"Jangan bohong ya? Nanti Mas Dokter masuk neraka. Kan sayang, orang cakep masuk neraka. Nanti kita gak ketemu kalau Mas Dokter masuk neraka." Auri terkikik merasa gurauannya lucu. Tapi Malvin sama sekali tak tertawa, bahkan ekspresinya tak berubah. Datar.
Auri berhenti cekikikan, ia menyengir. Memperlihatkan deretan giginya yang putih.
"Gak lucu ya?" gumam Auri.
"Eh Mas Dokter!" seru Auri saat Malvin hendak pergi.
Malvin menggeram kesal menatap Auri yang kembali menyengir. Sungguh, wanita di hadapannya mampu membuat dirinya kesal setengah mati.
"Apa?" ujar Malvin dengan suara tertahan.
"Mau makan siang bareng?" Malvin mengerjap beberapa kali.
Ajakan makan siang dari beberapa wanita sudah pernah ia rasakan. Dan Malvin selalu menolaknya. Entah Auri wanita keberapa yang mengajaknya makan siang bersama.
"Saya sudah ada janji," ujar Malvin datar.
"Jangan menyerah. Kalau dia punya seribu alasan buat nolak lo, maka lo punya sejuta alasan buat deketin dia!"
Kalimat motivasi yang diberikan Via terngiang di kepalanya.
Sekali lagi ia menahan Malvin yang hendak pergi.
"Please, Mas Dokter... kita makan siang bareng ya? Saya tau Mas Dokter bohong. Mas Dokter gak ada janji dengan siapa-siapa. Mas Dokter selalu makan siang sendirian. Jadi, saya temenin ya?" Mohon Auri dengan suara semelas mungkin, tak lupa dengan matanya yang mengerjap pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...