52. Kamu Bukan Bunglon Mas!

16.2K 1.3K 32
                                    

Sedari tadi Auri mencuri pandang pada Malvin yang terdiam sejak dari rumah Andra. Auri mencoba mengajak Malvin berbincang, namun diabaikan lagi.

Padahal beberapa hari ini hubungan mereka perlahan menunjukkan titik terang. Meninggalkan kesuraman yang membuat Auri mengenaskan.

Ada apa lagi dengan suaminya itu?

Pertanyaan yang teringang-ngiang di kepala Auri.

Untung saja saat ia mengajak Malvin makan malam, suaminya itu mau. Kalau tidak, Auri akan mengeluarkan unek-uneknya.

"Mas..." Malvin mengurungkan niatnya saat hendak bangkit dari duduknya seusai makan.

Ia menatap Auri yang masih duduk di hadapannya.

"Kita... tidur bareng lagi, kan?" Meski tak bisa tidur semalam, namun Auri ingin tetap tidur bersama Malvin. Agar ia terbiasa.

Malvin hanya mengangguk lalu meninggalkan meja makan.

Auri mengulum senyum. Mungkin saja Malvin memang tak ingin bicara karena kemarin terlalu banyak bicara.

Auri terkikik sendiri dengan pikirannya. Ada-ada saja.

Saat hendak mematikan lampu ruang tengah, suara ketukan pada pintu utama mengurungkan niatnya.

Ia pun membuka pintu dan agak terkejut melihat kehadiran Anis.

"Sorry ganggu. Gue bertamu malem-malem." Anis menyunggingkan senyum. Senyum hampa di raut wajah lelah pria tampan tersebut. Hal yang baru pertama kali Auri lihat.

"Ah enggak kok Kak. Nyari Mas Malvin ya?" Auri mempersilahkan Anis masuk.

Dari yang ia tau. Anis adalah sahabat yang paling dekat dengan Malvin, mungkin saja pria itu datang kemari ingin berkeluh kesa. Auri tak menyangka jika seorang pria melakukan sesi curhat pada sahabatnya.

"Tunggu bentar ya Kak. Aku panggil Mas Malvin dulu." Anis mengangguk duduk manis di sofa ruang tamu.

Auri membuka pintu kamar setelah mengetuk. Matanya langsung tertuju pada Malvin yang sedang menonton.

"Mas... ada Kak Anis di luar." Malvin sontak menatap Auri.

Lalu Malvin mematikan TV kemudian keluar menghampiri Anis.

Sementara Auri berlalu ke dapur atau lebih tepatnya ke kamar Bibi Anti. Menyuruh Bibi Anti membuat minuman untuk kedua pria itu. Karena Auri belum percaya diri menyeduh teh kesukaan Malvin.

"Kenapa?" tanya Malvin datar setelah duduk di sofa tunggal.

"Lo udah tau?" Anis malah balik bertanya.

Malvin mengangguk saja merespon Anis yang meremas rambutnya untuk menjernihkan pikirannya yang rumit.

"Via, Gumi ada di rumahnya Andra..."

"Gue tau," sela Anis masih menunduk. Menatap marmer di bawah kakinya.

"Katanya besok mau pergi." Anis sontak menatap Malvin.

"Kemana?" Malvin mengendikkan bahu membuat Anis mendengus.

"Lo tau kan salah satu temen kita masih jomblo. Jangan kasih peluang karena sikap lo yang kekanakan." Anis sekali lagi mendengus. Bukannya Malvin menenangkannya malah membuatnya meradang.

"Gue marah Vin. Lo tau si bangsat itu ninggalin Rere karena Rere gak bisa punya anak. Eh malah balik lagi minta Rere rujuk. Tai banget!" gerutu Anis. Meski Rere adik sepupunya, tapi ia menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri.

"Namanya juga cinta. Mau gimana pun brengseknya cowok itu. Pasti tetep di terima," ujar Malvin datar.

"Tapi tetep aja... ck! Bener-bener Rere bego banget!" gerutu Anis lagi.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang