41. Kumpul Bareng Lagi

14.2K 1.1K 12
                                    

Auri mengerjap beberapa kali menatap Malvin dengan kening berkerut dan kedua alisnya hampir menyatu. Lalu ia mengucek kedua telinganya secara bergantian. Dan kembali lagi menatap Malvin yang memutar bola mata jengah karena tingkahnya mulai aneh.

"Apa Mas?" tanya Auri ingin mendengar perkataan Malvin lagi.

Malvin menghela nafas sebelum kembali berujar.

"Sampai kapan kamu nginap di sini?"

"Oh... engh... gak tau. Sampai Ibu sembuh mungkin," jawab Auri salah tingkah karena Malvin sama sekali tak mengalihkan tatapan darinya.

"Emang Ibu sakit apa? Saya lihat dia baik-baik saja." Kini Malvin tau, kenapa Auri menginap di rumah ini, ternyata mertua perempuannya sedang sakit. Namun, ia tak melihat jika Ibu Maharani sakit atau sudah sembuh.

"Ibu malarindu," jawab Auri terkikik tanpa sadar lalu ketika sadar ia pun berhenti dan menyengir pada Malvin.

"Mas Malvin gak tau malarindu?" tebak Auri. Mengingat Malvin sosok pria kaku dan mungkin saja tidak mengenal kosakata seperti itu.

"Saya tau," ujar Malvin datar lalu mengalihkan pandangannya ke arah dindin kamar tersebut yang dipenuhi berbagai macam foto-foto Auri.

"Tapi... kalau Mas mau aku kembali ke rumah, ya udah ayo. Kita pulang hari ini." Perhatian Malvin kembali tertuju pada Auri.

"Gak usah..." Pergerakan Auri yang hendak memberesi barang-barangnya terhenti lalu menatap Malvin. Jangan-jangan Malvin melarangnya pulang untuk selama-lamanya....

Itu berarti...

"Kalau Ibu masih kangen sama kamu dan kamu juga masih kangen sama Ibu, kamu tinggal saja ah maksud saya kita tinggal di sini untuk sementara waktu." Penjelasan datar Malvin membuat Auri melongo tak percaya.

"Mas serius?" Malvin hanya mengangguk pelan.

"Engh... gak usah deh. Kan kita udah punya rumah. Jadi kita pulang aja. Lagian jarak rumah ini ke tempat kerja Mas kan jauh. Nanti Mas makin capek," jelas Auri dan menyengir di akhir kalimatnya.

"Terserah kamu." Auri mendengus pelan. Kenapa Malvin sangat datar? Tidak bisakah suaminya itu tersenyum? Namun, ia mengulum senyum. Merasakan perasaan yang begitu bahagia.

Apakah Malvin telah berubah?

Apakah Malvin ingin memperbaiki hubungan rumah tangga mereka agar tak suram lagi?

Kalau saja Malvin akan bersikap seperti ini jika ia meminta cerai, maka sudah dua bulan lalu ia melakukannya.

Auri tertawa geli dan meringis ngeri. Kalau saja tindakan bodohnya disetujui Malvin, pasti ia tak mampu lagi tertawa seperti ini. Auri janji, tak akan pernah lagi mengikuti ide bodoh dan gilanya.

Namun, kalau menyangkut Malvin ia bisa menjadi bodoh dan gila.

*****

"Ah ini si kembar anaknya Bang Iyo, 'kan?" Tunjuk Auri menatap berbinar anak kembar di hadapannya. Begitu riang menatap anak kembar berbeda jenis kelamin tersebut.

"Ini pasti Rora, 'kan? Ih manis banget! Imut lagi!" Auri menekuk kedua lututnya mensejajarkan tingginya dengan salah satu anak kembar yang ia yakini bernama Aurora atau biasa dipanggil Rora.

"Itu Rion, Ri," sela Sasa tertawa geli karena Auri tak bisa membedakan yang mana Aurora, yang mana Orion. Padahal wajah kedua bayi kembar tersebut tidaklah terlalu mirip. Mungkin karena mengenakan pakaian berwarna pink makanya Auri mengira Orion adalah Aurora.

"Oh hehe maafin Tante kira kamu Rora." Orion hanya mengerjap beberapa kali dan sama sekali tak mengelak saat Auri mengecup kedua pipinya secara bergantian.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang