Auri merasa geli saat ada sesuatu yang bergerak di sekitar lengannya. Perlahan ia membuka matanya dan sontak melotot saat melihat makhluk berbulu tengah tidur di sebelahnya. Dengan cepat ia beringsut duduk, tak tau jika ia berada di tepi ranjang hingga ia terjungkal ke belakang.
Suara debuman keras sontak menggema di kamar tersebut. Kepala-punggung-pantat Auri begitu sakit terhantam lantai. Auri mengaduh sakit sembari menggeliat. Berusaha untuk bangun. Gerakannya terhenti saat mendengar suara pintu terbuka lalu derap kaki mengarah padanya.
"Are you okay?" Suara datar mengudara.
Auri bahagia bukan main mendengar pertanyaan Malvin, meski tak mendengar nada khawatir. Sontak rasa sakit di punggungnya menghilang.
"Yeah... I'm ok..." Auri melongo, saat Malvin membawa Missy dalam gendongannya dan memeriksa kaki Missy yang dibalut perban.
"Harusnya kamu gak kemana-mana. Dasar nakal!" desis Malvin sembari mengusap perban di kaki Missy, ia menunduk menatap datar Auri yang terlentang di lantai.
Lalu kemudian melengos keluar dari kamar.
Auri kembali merasakan sakit di punggungnya. Seharusnya ia tak besar kepala, tidak mungkin Malvin menanyakan keadaannya.
Auri menjerit tertahan untuk meluapkan kekesalannya serta rasa sakitnya.
*****
Sudah sekitar tiga puluh hari, enam jam, tiga menit lewat dua puluh tiga detik, Auri resmi menjadi istri Malvin. Saking bosannya, ia menghitung lamanya pernikahan dengan Malvin. Tak banyak yang berubah dari keduanya, Malvin masih bersikap dingin padanya bahkan akhir-akhir ini tak pernah pulang ke rumah. Alasannya ada jadwal operasi dan jaga malam.
Tentu saja bukan Auri yang bertanya, karena ia pun masih tak berani mengajak bicara Malvin.
Auri tak merasa beda saat dirinya masih lajang dan menjadi istri. Tinggal di rumah seharian dan menghabiskan waktu melamun. Bahkan ia biasanya menelepon Ibu Maharani hingga berjam-jam.
Auri belum kembali ke pekerjaannya, semuanya di pegang Yohanes saat ini, Auri hanya terima dana saja, namanya juga bos.
Mungkin ia akan meminta izin pada Malvin nanti, apakah ia boleh bekerja atau tidak? Auri harus jadi istri baik, walau ia tau tidak akan ada jawaban nantinya dari Malvin karena suaminya itu benar-benar mengabaikannya dan menganggapnya tak ada.
Posisinya yang tengkurap sembari menjelajah di media sosial terganggu saat makhluk berbulu tersebut bersuara tanpa henti. Auri mendelik pada Missy.
Hewan tersebut mengalahkannya dalam menaklukan hati Malvin, tapi ia tak tega melihat Missy yang sepertinya kelaparan.
Akhirnya dengan malas ia menggendong Missy dan membawa kucing tersebut ke depan mangkuk yang biasanya tempat makan Missy.
Kosong.
Mangkuk tersebut tak terisi.
Ia pun mencari bungkus makanan Missy, namun tak menemukan apa-apa.
"Hei kucing! Makananmu udah habis?" Missy mengeong sebagai pertana membalas pertanyaan Auri.
Auri mendengus pelan. Sungguh, merepotkan, apalagi saat Missy menggeliat nyaman dalam gendongannya.
Padahal awal perkenalan mereka, Missy sangat anti padanya. Karena saat itu Auri ingin menarik perhatian Missy agar Malvin tau jika ia pecinta kucing dan menyayangi Missy. Namun, Missy malah mencakar lengannya dan ia juga sempat dikencingi Missy.
Rasanya Auri ingin membuang kucing tersebut. Benar-benar membuat kadar bencinya bertambah. Pantas saja Mami tak terlalu menyukai Missy.
"Inget ya! Kamu jangan nakal lagi, jangan jahat sama aku setelah ini. Aku bela-belain jalan kaki, gendong kamu cuma buat beliin makanan," celoteh Auri tanpa henti setelah kembali ke minimarket yang ada di depan perumahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...