Enam bulan lamanya gips terpasang di kaki kanan Auri, akhirnya ia bisa bernafas lega. Hari ini gips tersebut dilepaskan. Kakinya begitu kaku saat digerakkan.
Namun, ia bersedih karena tidak akan pernah lagi bertemu dengan Malvin. Bertatap muka dan mendengar suara datar pria oriental tersebut. Kecuali, jika ia kembali mengalami patah kaki.
Auri meringis ngilu, membayangkan kaki satunya patah.
Auri tak akan melakukan hal tersebut. Ia sudah merenung beberapa minggu ini.
Malvin telah memiliki istri, walau ia duga pria tersebut main hati dan ada peluang jika pria tersebut nikah lagi, tapi ia tak ingin menjadi yang kedua. Menghapus semua keinginannya tentang Malvin. Auri pikir, ia dan Malvin bukanlah jodoh. Apalagi, mengingat jika mereka tidaklah dekat. Hanya sebatas pasien dan dokter.
Mendadak hatinya nelangsa. Ia banyak diam, tidak seperti biasanya yang berbicara tidak jelas, walau tidak digubris Malvin.
Bang Kai yang mengantar Auri mengernyit bingung melihat perubahan sikap adiknya yang muram. Sudah ia tebak, adiknya sedih karena ini adalah pertemuan terakhirnya dengan Dokter pujaan adiknya tersebut.
"Itu saja. Ada pertanyaan lain?" ujar Malvin setelah menjelaskan setiap detail dan merekomendasikan fisioterapi pada pasiennya tersebut.
Bang Kai melirik Auri yang hanya diam, lalu pandangannya kembali mengarah pada Malvin.
"Tidak ada Dok. Kalau begitu kami pamit. Terima kasih," ujar Bang Kai seraya berdiri.
Suster Anita menyerahkan dua kruk pada Bang Kai untuk Auri.
Bang Kai memegang kedua pundak Auri, berniat menarik adiknya berdiri, namun Auri mengunci badan sehingga Bang Kai mengeluarkan sedikit tenaganya agar Auri berdiri. Melotot gemas pada Auri agar adiknya itu tak berulah.
"Tunggu dulu!" cegah Auri saat Bang Kai hendak menuntunnya keluar. Auri berdiri menghadap ke arah meja Malvin. Dua kruk menjadi penopang tubuhnya.
"Makasih Mas Dokter untuk semuanya. Menangani dan mengobati kaki saya," ujar Auri begitu kalem disertai senyuman tipis.
"Sama-sama. Sudah menjadi tugas saya sebagai seorang Dokter," balas Malvin. Tanpa adanya senyuman membuat Auri kecewa. Sangat berharap melihat senyuman Malvin untuknya, sebagai kenang-kenangan terakhir.
"Makasih juga karna sudah membuat saya jatuh cinta, walaupun Mas Dokter gak balas perasaan sa...."
Dengan cepat Bang Kai menarik Auri membuat adiknya itu mendengus kesal lalu saat mencapai ambang pintu, kepala Auri menengok ke belakang.
"Mas Dokter! I love you!" teriaknya tanpa rasa malu. Dan menghilang dalam sekejap saat pintu ditutup dengan kasar oleh Bang Kai.
Malvin mendesah lega. Akhirnya terlepas dari pasien yang membuatnya risih setengah mati setiap kali bertemu. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya berkedut tertahan agar senyuman gelinya tak terbit.
Anita yang melihat Malvin, mengernyit. Baru melihat ekspresi Malvin selain datar.
Sementara itu di koridor menuju parkiran, Auri mendengus keras-keras karena Bang Kai berjalan terlalu cepat sehingga ia ketinggalan di belakang.
"Abang mau jenguk teman dulu," ujar Bang Kai seraya memilih jalan ke arah ruang rawat temannya.
Auri berhenti berjalan, ia rasanya ingin melempar Bang Kai menggunakan kruk. Sudah tau ia belum terbiasa berjalan menggunakan benda tersebut, tapi Bang Kai sama sekali tak peka.
Pantas saja kakaknya itu hingga sekarang jomblo, karena tak tau cara menyenangkan hati wanita.
"Bang Kai busuk!!" teriak Auri membuat langkah Bang Kai berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...