26. Menantu Baru

12.7K 1K 15
                                    

Sepulang dari hotel, kedua pengantin baru tersebut mampir ke rumah Pak Darakutni lebih dulu untuk mengambil barang-barang yang akan dibawa Auri. Karena, mulai saat ini Auri akan tinggal di rumah Malvin.

Tiada hentinya Ibu Maharani menitihkan air mata. Tak menyangka jika putrinya akan meninggalkan rumah. Putrinya yang selalu membuatnya kesal tersebut sudah menjadi seorang menantu dan bukan hanya dirinya yang akan dipanggil Ibu oleh Auri.

Tidak ada lagi bahan godaan Ibu Maharani, karena ia senang menjahili Auri.

"Udah dong Bu! Kok jadi cengeng sih?" tegur Auri sembari menyeka air mata Ibu Maharani.

"Kamu cepet banget gedenya, Ibu gak rela kamu pergi dari sini," rajuk Ibu Maharani layaknya anak kecil. Auri terkikik, ia mencium kedua pipi Ibu Maharani secara bergantian.

"Bukannya Ibu selalu kesel kalo liat aku setiap hari?"

"Enggaklah! Mana ada ibu yang kesel liat anaknya! Sembarangan kamu!" Auri tertawa, di sela-sela air matanya yang menetes. Akhirnya bisa mendengar dumelan Ibu Maharani.

"Kamu duluan aja ke depan, biar Ibu yang nyuruh orang angkat kopermu.".l Auri pun mengangguk dan keluar dari kamarnya.

Saat mencapai ruang tamu, langkahnya terhenti saat melihat Pak Darakutni dan Malvin yang tengah berbincang atau lebih tepatnya hanya Pak Darakutni yang berbicara, sementara Malvin hanya mengangguk merespon setiap yang dikatakan Pak Darakutni.

Sama sekali tak ada ekspresi dari kedua pria beda generasi tersebut. Keduanya sama-sama datar.

"Kenapa?"

Bukan hanya Auri yang menoleh akibat teguran Ibu Maharani padanya, Pak Darakutni dan Malvin juga ikut menoleh.

Ibu Maharani menggandeng tangan Auri dan berjalan menuju ke ruang tamu.

"Udah mau pergi sekarang, Dokter Malvin?" tanya Ibu Maharani pada Malvin.

"Iya. Malvin saja, Bu," balas Malvin membuat Ibu Maharani tertawa pelan.

"Ah iya Nak Malvin."

Malvin berdiri dari duduknya, ia mencium punggung tangan Pak Darakutni dan Ibu Maharani secara bergantian, diikuti Auri.

"Aku pergi dulu, Pak," ujar Auri pelan, Pak Darakutni hanya berdehem. Auri memaksakan senyum, tak tau apakah Pak Darakutni sudah tidak marah padanya atau masih marah.

"Abang mana Bu?" tanya Auri setelah mencium punggung tangan Ibu Maharani.

"Dia ada tugas. Subuh tadi berangkat," jawab Ibu Maharani.

"Ah kalau gitu, aku pergi."

Malvin juga ikut pamit, berjalan lebih dulu keluar rumah, diikuti Auri di belakang.

Semua barang Auri telah masuk ke bagasi mobil, begitu pun Malvin yang sudah masuk ke balik kemudi.

Auri sekali lagi menoleh menatap kedua orang tuanya.

Pak Darakutni melengos masuk kembali ke dalam rumah membuat Auri semakin sedih. Ia hanya mampu menyunggingkan senyum paksa pada Ibu Maharani.

Melambai sebentar lalu masuk ke dalam mobil.

Keadaan di dalam mobil benar-benar hening.

Malvin fokus menyetir dan Auri sering kali curi-curi pandang pada suaminya tersebut.

Tak berapa lama kemudian, mereka tiba di rumah yang cukup megah.

Malvin lebih dulu turun, tanpa mengajak Auri.

Dengan lesuh Auri turun sendiri, ia menatap punggung Malvin yang perlahan naik ke undakan tangga menuju teras rumah.

"Mm... Mas Do... Malvin koperku gimana?" ujar Auri kaku. Sejak resmi menjadi istri Malvin, baru kali ini ia mengajak Malvin berbicara.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang