17. Hatiku Sangat Kacau

11.5K 1.1K 15
                                    

Via menatap iba Auri yang menangis tersedu-sedu di hadapannya. Wanita muda tersebut terlihat sangat rapuh. Meneleponnya malam-malam dan meminta untuk bertemu esok harinya. Akhirnya mereka bertemu di rumah Via.

Sama sekali Via tak mengerti apa yang  Auri ucapkan, karena wanita tersebut berbicara terbata-bata dan tidak jelas.

"Minum dulu," ujar Via menyodorkan air pada Auri sembari menepuk punggung wanita tersebut. Baru kali ini melihat wanita yang menyukai Malvin sampai seperti ini.

Seingatnya ia dulu tak seperti ini ketika menyukai Malvin. Ia tak pernah menangis tersedu-sedu, ketika Malvin bersikap dingin dan bahkan bersikap kasar padanya.

Auri menyeka air matanya dengan kasar lalu meraih tisu untuk menyedot ingusnya yang meler. Walau baru mengenal Via, tapi wanita tersebut begitu baik. Mendengarkan setiap keluh kesahnya dan sama sekali tak keberatan ia bertamu di rumah wanita tersebut. Malah sekarang menangis dengan tidak taunya.

Perasaan Auri tak karuan. Ia begitu sedih dan sakit hati atas perlakuan Malvin kemarin. Apalagi, mengingat perkataan Akram jika Malvin telah dijodohkan dengan wanita bernama Richel membuat hatinya sangat kacau.

"Inhale...." Perintah Via yang langsung diikuti Auri, "...exhale." Begitu terus hingga Auri tenang.

"Okay! Jelaskan secara pelan-pelan..." Auri melongo menatap Via. Ia hampir sejam menangis sembari menjelaskan apa yang ia rasakan dan wanita di hadapannya kembali menyuruh menjelaskan.

Apa Via tak mendengarkannya?

Kalau saja Via kenalan lamanya, Auri sudah menjitak kepala wanita tersebut. Tapi, mana berani. Via adalah wanita galak. Apalagi Via adalah jembatan cintanya dengan Malvin.

"Mas Dokter... kemarin kita makan siang bareng..."

"Great! Kemajuan yang begitu pesat!" seru Via memotong perkataan Auri. Begitu antusias ingin mendengar perkataan Auri

"Tapi dia ninggalin gue, Kak. Bahkan makanannya belum habis... dia juga gak pamit," lanjut Auri sesenggukan lalu menyedot ingusnya menggunakan tisu.

Via meringis pelan. Mengutuk Malvin yang benar-benar dingin. Jangan-jangan pria itu benar-benar tak punya hati karena sering kali patah hati.

"Kak... gue boleh nanya, gak?" tanya Auri.

"Sure!"

"Kak Via tau siapa Richel?" Via mengangguk.

"Sepupunya Koko Mal..." Seketika wajah Auri sumringah. Tak ada lagi raut sedih pada wajah wanita tersebut, walau masih ada sisa-sisa air mata.

"Sepupu angkat sih." Auri yang hendak memekik girang, kembali lemas saat mendengar Via.

"Kenapa sih?" tanya Via heran pada Auri yang tiba-tiba menanyakan tentang Richel.

"Kemarin... waktu gue makan bareng Mas Dokter, ada sepupunya namanya Akram... kata cowok itu Mas Dokter sama perempuan yang namanya Richel dijodohin." Mulut Via terbuka, hendak mengeluarkan suara namun kembali tertutup.

"Masa sih? Padahal waktu gue ketemu sama nyokapnya Koko Mal, dia gak bilang apa-apa," ujar Via heran.

"Kak Via deket sama nyokapnya Mas Dokter?" Via mengangguk.

"Orangnya gimana Kak?" Sekali lagi Via heran pada Auri yang kembali memasang wajah antusias ingin tau Mami Malvin.

"Cerewet. Ya kayak emak-emak pada umumnya." Keduanya tertawa.

"Tapi, omongannya suka pedes. Sebelas dua belaslah sama Koko Mal. Bedanya Koko Mal pendiem," unar Via lagi.

"Sama kayak elo ya, Kak?" Via mendengus dan mendelik tajam pada Auri yang sontak menyengir.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang