11. Buat Kamu Aja!

14.9K 1.2K 28
                                    

Richel mengkerutkan keningnya saat Malvin tiba-tiba menyodorkan cincin Oma. Cincin yang seharusnya untuk Malvin. Cincin yang telah ia titipkan pada Mami Malvin untuk diberikan pada pria tersebut.

"Vin..."

"Aku kan udah bilang, buat kamu aja." Setelah mengatakan hal tersebut Malvin melenggang pergi meninggalkan Richel yang terpaku menatap punggung lebarnya.

Kemudian, Richel menunduk menatap cincin tersebut. Menghela nafas panjang, lalu kembali menatap punggung Malvin yang semakin menjauh.

*****

Auri memiringkan kepalanya lalu kembali menegakkannya. Mencoba mengingat, mempertajam ingatannya tentang hal yang ia lihat ketika di rumah sakit siang tadi. Mencoba menerka apa yang diberikan Malvin pada Dokter lemah lembut yang menolongnya tadi. Namun, sama sekali tak ada gambaran.

Benda apa yang berbentuk kecil dan berkilau?

Seketika punggungnya yang tadi layu, menegak kembali. Melotot dan menjerit kesal.

Cincin.

Tidak salah lagi.

"Tunggu dulu!" seru Auri tertahan lalu menatap dirinya pada pantulan cermin.

"Mas Dokter bilang udah nikah. Punya istri. Istrinya yang tinggi semampai rambut panjang. Tapi, kenapa Mas Dokter ngasih cincin ke dokter yang nolongin aku?" Auri mulai merangkai segala hal yang ada di kepalanya. Membuat kesimpulan sendiri yang membuatnya pusing setengah mati.

"Atau jangan-jangan perempuan yang ketemu di pameran waktu itu, bukan istrinya, tapi....," Auri berbicara menjadikan dirinya sebagai lawan bicara. "Atau perempuan dokter tadi yang istrinya?"

"Astaga! Apa mungkin istri Mas Dokter minta pisah karena udah tau Mas Dokter selingkuh, makanya istrinya lepasin cincin kawin? Tapi Mas Dokter kembaliin cincin kawin itu karena gak mau pisah. Ah bisa jadi karena anak, jadinya Mas Dokter gak mau pisah." Auri teringat perkataan Bang Kai tentang Malvin yang pernah menggendong anak kecil.

"Mas Dokter ternyata.... diam-diam menghanyutkan," gumam Auri. Kepalanya mengangguk membenarkan perkataannya sendiri. Kembali lagi ia terdiam, sembari menunduk. Mengetukkan jarinya pada dagunya lalu kembali menatap pantulan dirinya.

"Berarti ada peluang jadi istri keduanya Mas Dokter!" serunya kegirangan. Entah kemana perginya rasa kesal akan sikap dan status Malvin.

Sementara itu Ibu Maharani yang berada di dalam rumah geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang berbicara sendiri. Melihat Auri berada di teras samping depan cermin besar yang ada di dinding, pintu kaca tertutup rapat, sehingga Ibu Maharani tak bisa mendengar setiap perkataan Auri.

Karena kalau sampai Ibu Maharani dengar, bisa jadi akan ada omelan sesi kedua Ibu, setelah omelan sesi pertama tadi karena Auri merusak bedak padat sang Ibu.

"Ibu!!" teriakan menggelegar bagaikan petir di siang bolong membuat Ibu Maharani tersentak kaget. Sudah menebak jika suara tersebut adalah milik putranya.

"Eh Bima!" Ibu Maharani yang tadi ingin memarahi Bang Kai karena membuatnya terkejut, diurungkan saat melihat kehadiran Bima.

Bima mencium punggung tangan Ibu Maharani dan mereka saling bertukar kabar.

"Udah lama loh gak ke sini," ujar Ibu Maharani.

"Bang Bima udah dipindahin tugas di sini lagi Bu," ujar Bang Kai.

"Oh ya?! Bagus dong, jadi gak LDR-an sama pacarnya," gurau Ibu Maharani membuat pria manis tersebut tertawa pela .

"Saya gak punya pacar Bu," ujar Bima.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang