5. Aku Kangen

18K 1.6K 52
                                    

Auri memasang senyum termanis miliknya sembari memperhatikan Malvin yang memeriksa kakinya. Bertanya tentang keadaannya yang membuatnya kegirangan setengah mati. Padahal pertanyaan seperti itu, bagian dari pekerjaan Malvin sebagai dokter yang menanganinya.

Ibu Maharani hanya mampu meringis malu. Sudah memberi wejangan pada anaknya agar tak banyak tingkah, namun sia-sia. Harusnya ia sudah tebak kalau Auri tidak bisa dinasehati, percuma mulutnya mendumel mulai kemarin hingga tadi sebelum masuk ke ruang praktek Malvin.

Sementara itu Malvin menahan diri untuk tidak bersikap kasar pada Auri yang menatapnya penuh dambaan.

"Apa ada masalah dengan pen yang dipasang di kaki kamu? Ngilu? Atau yang lainnya selama sebulan ini?" tanya Malvin.

"Gak ada Mas Dokter," jawab Auri masih tersenyum manis, tapi menurut Malvin senyum pasiennya tersebut sangat memuakkan untuknya.

"Eh ada Mas Dokter..." Malvin yang hendak mengambil pulpen terhenti, ia menatap pasiennya.

"Apa?"

"Rasa kangen saya pada Mas Dokter yang udah tumpah-tumpah. Kadang bikin saya sesak saking kangennya sama Mas Dokter," jelas Auri menggebu-gebu. Berusaha meyakinkan Malvin jika ia memang merindukan pria oriental tersebut.

Sementara itu Malvin mendengus pelan. Sangat pelan. Agar tidak terdengar. Kepalanya mendadak pusing. Entah apa yang harus ia lakukan agar pasiennya tersebut berhenti melontarkan kalimat-kalimat yang membuatnya muak.

"Mas Dokter gak kangen sama saya?" Dengan cepat Ibu Maharani menepuk bibir Auri, agar anaknya itu berhenti bicara tidak jelas yang membuat Malvin risih.

Malvin hanya diam, pura-pura tidak mendengar dan melengos begitu saja membuat Ibu Maharani mengulum bibir agar tidak mengeluarkan tawa.

Auri merasa sakit hati, diabaikan dan diejek Ibu, tapi ia tak akan menyerah agar Malvin bicara padanya. Karena sedari tadi, Malvin hanya bicara pada Ibu Maharani, padahal yang sakit dirinya, kenapa malah ibunya yang ditanya?

"Mas Dokter udah punya anak ya?" Malvin yang tadi menunduk untuk memeriksa data pasiennya saat ini, menegakkan kepalanya menatap tajam Auri yang menunggu jawabannya.

Ibu Maharani mendesis, menegur Auri yang sudah tak sopan.

"Setiap orang butuh privasi dan tidak suka jika urusan pribadinya diusik. Termasuk saya. Saya tidak suka membicarakan urusan pribadi!" sahut Malvin tegas. Aura mencekam tiba-tiba menyelimuti ruangannya. Anita dan Ibu Maharani pun tegang, sementara Auri....

Menyengir...

Membuat Malvin sedikit tidak mengerti dengan sikap pasiennya. Baru kali ini menangani pasien yang aneh.

"Maaf Mas Dokter kalau saya gak sopan. Saya mau tau, soalnya saya gak mau penasaran dan percuma ngejar Mas Dokter kalau ternyata Mas Dokter udah nikah dan punya anak," ujar Auri dengan nada bercanda. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, ia menekan rasa sakit hatinya.

Malvin terdiam, masih menatap datar pasiennya yang menunggu jawaban darinya.

"Ya. Saya punya anak dan istri!" Punggung Auri sontak melemas.

Kemudian keheningan tercipta, dalam artian Auri tak lagi mengeluarkan suara. Hanya ada suara Malvin yang menjelaskan setiap detail keadaan Auri.

"Mas Dokter..."

Panggil Auri saat Ibu Maharani hendak memutar kursi rodanya. Malvin menatapnya, masih dengan pandangan datar.

"Mas Dokter...," panggil Auri lagi karena Malvin hanya diam.

"Ya?" sahut Malvin datar.

"Saya mau kok jadi istri kedua Mas Dokter!"

*****

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang