47. Sebenarnya Apa Maumu?

16.4K 1.3K 47
                                    

Lingkaran bawah mata Auri semakin menghitam membuatnya memakai foundation sedikit tebal agar menyamarkan lingkaran tersebut. Bobot badannya pun turun drastis membuatnya mengenakan kemeja untuk menyamarkan bentuk tubuhnya.

Kembali pada rutinitasnya, yakni fokus menggeluti dunia fotografi. Mencari pundi-pundi rupiah dengan menerima setiap klien yang menyewa jasanya dan sering kali berpergian ke luar kota.

Beginilah pilihan yang Auri lakukan untuk melupakan rasa sakit hatinya atas perlakuan Malvin beberapa minggu yang lalu. Penolakan Malvin saat ia mencium suminya itu dan Malvin meninggalkannya begitu saja tanpa pamit padanya.

Bicara tentang Malvin, suaminya itu juga menyibukkan diri dan jarang berada di rumah akhir-akhir ini.

Entah Malvin menginap di rumah sakit atau dimana, Auri tak ingin ambil pusing lagi.

Entahlah....

Auri rasanya tak begitu bergairah lagi pada Malvin...

Bukan berarti tak mencintai Malvin lagi.

Auri hanya tak ingin benar-benar gila jika terlalu memaksakan agar Malvin menerima kehadirannya dan balik mencintainya.

Yang Auri harapkan saat ini adalah suatu saat nanti Malvin akan menerimanya dan mencintainya. Seperti ia mencintai Malvin, kalau bisa melebihi cintanya.

Sibuk mengecek hasil jepretan foto resepsi pernikahan kliennya membuat Auri tak sadar jika ada seseorang yang mendekatinya.

"Siang adik ipar!" Auri tersentak, hampir saja melempar kamera digenggamannya.

Arkana meringis dan menyengir meminta maaf pada Auri karena membuat adik iparnya itu terkejut.

"Eh? Bang Kana!" apa Auri sedikit terkejut melihat kehadiran Arkana di rumahnya di siang bolong.

"Boleh duduk gak nih?" ujar Arkana membuat Auri tertawa pelan lalu mempersilahkan Arkana duduk.

Auri bertanya-tanya, kenapa sikap Malvin tak seperti semua sepupunya?

Arkana ramah.

Gibran pun ramah.

Lalu Akram yang juga ramah, meski sebelas dua belas dengan Malvin yang agak pendiam.

Jadi, kenapa Malvin tak ramah sedikit pun?

"Bang Kana sendiri?" tanya Auri setelah Arkana duduk di sofa tunggal.

"Iya."

"Kenapa Bang? Mau ketemu Mas Malvin? Mas Malvin biasanya jam segini di rumah sakit," tanya Auri bingung.

Sejenak mereka diinterupsi kedatangan Bibi Anti menyuguhkan Arkana minuman dingin dan cemilan.

"Makasih Bi," ujar Arkana pada Bibi Anti lalu meneguk minuman tersebut.

"Ah... aku gak mau ketemu Malvin kok. Mau ketemu kamu."

"Kenapa Bang?"

"Kan bentar lagi aku nikah. Aku mau pakai jasa kamu foto pre-wedding dan acara nikah nanti." Auri tersenyum dan langsung mengangguk.

Tentu saja Auri menerimanya. Orang lain saja ia terima, apalagi kakak iparnya.

"Itu beres Bang! Kenapa gak lewat telpon aja sih? Kan gak usah repot-repot ke sini."

"Sekalian nyari cemilan gratis Ri." Auri tertawa mendengar Arkana dan pria itu langsung mencomot cemilan yang dihidangkan.

"Oh ya? Malvin jarang pulang ya?" Auri seketika terdiam mendengar pertanyaan Arkana.

"Engh... ya gitulah," jawab Auri kikuk dan tersenyum paksa.

"Tenang aja. Nanti aku omelin dia atau aku aduin ke Mami. Masa ninggalin kamu tidur sendirian?"

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang