8. Hati Yang Mendung

16.4K 1.5K 28
                                    

Langit mendung sejak beberapa jam yang lalu, tapi tak kunjung turun hujan. Gemuruh di langit pun tak kunjung berhenti. Setiap saat terdengar begitu keras.

Hari mulai memasuki tengah hari, tapi suasananya begitu gelap bagai malam tanpa bintang.

Auri mendesah lelah beberapa kali. Bukan hanya hari ini ia terpekur menatap langit. Hari-hari sebelumnya, setelah pertemuan terakhirnya dengan Malvin. Dokter yang telah mencuri hatinya dan tak ingin membalas perasaannya.

Sama dengan cuaca saat ini, begitupun perasaan Auri.

Auri berubah menjadi wanita kalem.

Saking kalemnya, Ibu Maharani gemas melihatnya hingga ingin memukul kepalanya karena ia yang tak bicara, walau Ibu Maharani mengajaknya bicara. Berdehem pun ia tak ingin.

"Mau, Dek?"

Auri menoleh, menatap malas Bang Kai yang menawarkan kuaci padanya. Auri mendengus. Kalau saja tau, Bang Kai menawarkan makanan ribet tersebut, ia tak akan menoleh. Membuang tenaganya percuma.

"Mau jalan-jalan keluar? Mumpung hari ini Abang libur." Lagi-lagi Bang Kai menyeletuk membuat Auri mendelik padanya.

"Kalau cuacanya cerah, Bang Kai gak ngajak. Giliran mendung, malah ngajak. Dasar Bang Kai busuk!"

Jika disituasi biasanya, Bang Kai akan marah jika Auri menyebut dirinya 'Bang Kai busuk', tidak kali ini. Karena ia berhasil membuat sang adik bicara.

"Ibu! Auri udah mau ngomong!" teriak Bang Kai lantang membuat Auri menutup kupingnya.

"Sekalian Bang Kai suruh Ibu motong sapi karena aku udah mau ngomong!" sinis Auri.

"Ibu! Sekalian motong sapi!" seru Bang Kai, lalu tertawa. Sangat berbeda jika memakai seragam, penuh wibawa dan sangat tegas. Sementara jika memakai baju biasa dan mengobrol bersama adiknya, maka ia berubah 180°.

"Besok deh, Abang nemenin kamu jalan-jalan."

"Kemana?"

"Kamu mau kemana?

Auri terdiam sejenak. Memikirkan kemana ia harus pergi agar rasa bosan serta kegalauannya hilang.

"Rumahnya Mas Dokter!" pinta Auri ceria membuat Bang Kai tak segan-segan melempar kulit kuaci padanya. "Bang Kai busuk!"

"Ngimpi kamu Dek. Bikin malu-malu aja. Dia udah punya istri!!"

Auri menunduk sedih. Kembali mengingat fakta jika Malvin telah memiliki istri. Apalagi, karena Bang Kai berteriak padanya.

"Bang Kai gak pernah jatuh cinta, makanya gak rasaian perasaan aku. Gimana rasanya cinta sama seseorang sampai pengen milikin orang itu!" ujar Auri menggebu-gebu.

Bang Kai terdiam sejenak, menatap Auri yang menatapnya penuh permusuhan. Lalu, tangannya melayang ke udara menyentil kening adiknya yang tertutupi poni.

"Nong nong!" ejek Bang Kai karena Auri memiliki jidat lebar sehingga adiknya tersebut sejak kecil hingga sekarang selalu memakai poni.

"Bang Kai! Kau sungguh jahat!" seru Auri dramatis sembari memegang dahinya. Matanya melotot marah. Bukan karena sakit di dahinya, tapi karena panggilan 'Nong Nong'. Ia begitu membencinya.

"Kalian itu, udah gede masih aja berantem kayak anak kecil!" tegur Ibu Maharani yang baru keluar membawa nampan berisi cemilan dan minuman hangat.

"Bang Kai yang mulai Ibu! Masa dia manggil aku 'Nong nong'. Aku gak suka!" adu Auri layaknya anak kecil. Bang Kai melengos. Memilih menikmati cemilan buatan Ibu Maharani, daripada meladeni Auri.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang