Malvin menghembuskan nafas panjang setelah tiba di pelataran sebuah rumah yang cukup megah. Matanya melirik bunga yang tadi ia beli lalu mendengus kesal. Menyesal pernah memberikan Mami bunga beberapa bulan yang lalu. Kali ini, Mami memintanya untuk membeli bunga lagi sebagai bukti permemintaan maaf dengan tulus atas perlakuannya pada Mami beberapa hari yang lalu.
Mengabaikan segala omelan Mami karena ia yang hanya sibuk di rumah sakit dan jika pulang waktunya hanya bermain bersama Missy.
Sungguh, rasanya tak enak menjadi anak tunggal.
Kalau saja ia memiliki saudara, pasti Mami tak merasa kesepian dan tidak akan ada drama merajuk karena ia yang sibuk dengan dunianya sendiri.
Sekali lagi ia melirik buket bunga di sebelahnya.
Memilih tidak meraihnya, lalu turun dari mobil.
Masuk ke dalam rumah tersebut, ia langsung ke arah dapur. Dimana Mami dan Tante---Mama Arkana, sedang menyiapkan makan malam dibantu dua orang ART serta seorang yang wanita seumuran Malvin. Merupakan teman semasa sekolah Malvin dulu.
"Tumben cepet, biasanya datang kalau baru mau mulai makan atau sama sekali gak dateng," sindir Mami saat menyadari kehadiran Malvin.
"Papi dan Papa mana, Ma?" Mami mendengus, selalu saja putranya tau cara membuatnya kesal. Harusnya ia tidak lupa jika ia masih merajuk pada putra kesayangannya tersebut.
Mama tertawa pelam melihat interaksi kedua orang tersebut.
"Ada di halaman samping, biasa lagi ngobrolin urusan Bapak-Bapak. Kalau Kana ada di kamarnya, dia lagi mandi," ujar Mama lembut. Tidak seperti Mami yang selalu bicara ketus.
Malvin mengangguk saja dan memilih duduk di kursi bar mengamati para wanita menyiapkan makanan. Tak ingin bergabung bersama Papi dan juga Papa yang pastinya mengobrol hal yang tak ia sukai, apalagi kalau bukan berita dalam negeri yang sedang dibicarakan saat ini. Dan tak ingin ke kamar Arkana, karena kakak sepupunya itu sedang mandi.
"Itu..... aku yang buat loh," sahut wanita yang menyimpan beberapa irisan kue bolu pandan di hadapan Malvin.
"Enak banget ya Mbak, punya calon mantu pinter masak!" seru Mami sedikit mengeraskan suara, bermaksud menyindir Malvin. Mama dan kekasih Arkana tertawa pelan.
"Apalah aku yang sampai sekarang batang idung calon mantu belum nampak-nampak," lanjut Mami dengan nada dramatis.
"Mungkin disembunyiin Malvin, Tante. Makanya gak nampak-nampak." Pancing kekasih Arkana, tak peduli lirikan tajam Malvin. Sudah menjadi biasa melihat hal tersebut.
"Sembunyiin apa sih?" Arkana datang dan langsung memeluk pinggang kekasihnya, tak lupa mencium pelipisnya.
"Jangan mesra-mesraan di depan Malvin, nanti kalian dilempar nampan!" tegur Mami dengan nada gurauan, seketika dapur diisi suara tawa.
Ekspresi Malvin sama sekali tak berubah. Telah terbiasa diejek karena statusnya. Di lingkungan keluarga, sahabat, mungkin juga tempatnya bekerja, status sendirinya selalu dijadikan bahan ejekan. Sama sekali ia tak menanggapi, menganggap angin lalu saja.
"Assalamualaikum!" seru suara seorang pemuda yang baru masuk. Mereka serempak menjawab.
Pemuda tersebut menghampiri Mami dan Mama, menyalami tangan kedua wanita paruh baya tersebut.
"Baru pulang ,Ram?" tanya Mami pada pemuda tersebut.
"Iya Mi."
"Padahal ini udah mau malem, kenapa baru pulang? Emang sekolah kamu sampai malem?" tanya Mami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...