Auri berdiri memperhatikan rumah yang akan dihuninya bersama Malvin. Segala pertanyaan yang ada di benaknya tertahan sampai tenggerokannya saja karena tak ingin membuat Malvin kesal sehingga ia diusir dari rumah. Karena tidak ada lagi Papi maupun Mami yang akan membelanya.
Sebaiknya, ia memang benar-benar harus menjadi anak manis. Tak banyak tingkah dan diam saja.
Bukan hanya ia yang pindah ke rumah ini, tentunya Missy si perusak suasana ikut.
Kalau saja Missy tak ada di tengah-tengah mereka, ia sudah pasti bisa mengambil hati Malvin. Memaafkan segala perbuatannya.
Auri menyeret kopernya, mengikuti langkah Malvin menuju ke sebuah kamar yang ada di lantai bawah.
Saat berada di depan pintu, ia berhenti karena Malvin memutar tubuh menghadap ke arahnya.
Malvin mengangkat satu alisnya menatap datar Auri yang kikuk.
"Kenapa ikuti saya?" tanya Malvin datar, Auri semakin kikuk. Untuk mengalihkan salah tingkahnya, ia menggaruk lengannya pelan.
"Engh... aku mau masuk kamar," jawab Auri, memasang cengiran khasnya.
Malvin mendengus membuat Auri membungkam mulutnya.
"Ini kamar saya! Kamar kamu di ujung sana!" tegas Malvin dengan nada datar sembari mengendikkan kepalanya ke arah kamar Auri nantinya.
Auri hendak bertanya, kenapa kamar mereka berbeda, tapi Malvin lebih dulu menutup kasar pintu kamarnya membuat Auri tersentak.
Tunggu dulu!
Mereka beda kamar?
Pikiran negatif kembali menghinggapi kepala Auri.
Memang, semenjak mereka menikah Malvin tak pernah seranjang dengannya.
Awalnya pisah ranjang....
Sekarang pisah kamar...
Apa nanti mereka akan pisah rumah...?
Ini bukan awal perpisahan, 'kan?
*****
Yang dilakukan Auri hanyalah melamun sepanjang hari. Ia benar-benar bosan seorang diri di rumah barunya dengan Malvin.
Katanya ART baru ada minggu depan, seperti yang dikatakan Mami.
Kalau saja ada Missy di rumah, ia tak akan sendirian.
Namun, Malvin membawa Missy pergi.
Tidak mungkin kan Malvin membawa Missy ke tempat kerja? Mungkin saja Malvin tak mempercayainya untuk menjaga Missy. Auri mendesah lelah.
Setiap harinya, Malvin selalu saja membuat dadanya sesak.
Tanpa sadar air matanya mengalir, suara isakannya lolos. Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.
Ingin rasanya ia mencurahkan segalanya, tapi ia tak tau pada siapa.
Pada Ibu Maharani?
Auri tak ingin mengambil resiko. Bisa-bisa rumah tangganya semakin runyam.
Entah berapa lama Auri menangis. Ia tak sadar tidur di sofa panjang di ruang tengah dengan posisi telungkup. Auri mengangkat kepalanya untuk melihat jam.
Ternyata sudah pukul empat sore lewat lima belas menit. Dengan cepat, ia bangun dan segera masuk ke kamar untuk mandi.
Walau Malvin tak menganggapnya, tapi Auri harus tetap menjadi istri yang teladan.
Salah satunya membuat makan malam untuk suami tercinta.
Tapi, ia tak tau memasak. Membedakan bahan masakan saja tidak tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...