58. Beginilah Akhirnya

35.1K 1.4K 77
                                    

"Kenapa Mas gak mau nyentuh aku?!" tanya Auri sengit dengan suara gemetar menatap nanar Malvin yang kini berdiri di dekat tepi ranjang.

"Kenapa Mas?! Aku butuh kejelasan! Kenapa tiap kita hendak lakuin 'itu', kamu selalu nolak?! Apa karena kamu gak cinta sama aku?!"

Auri mengeluarkan keluh kesahnya dan tidak sadar suaranya mulai tidak terkontrol.

"Kenapa Mas?! Jawab! Kamu jangan diam?!" Auri memukul dada Malvin, tak peduli apakah pukulan keras yang membuat Malvin sakit. Air matanya pun tak bisa di tahan lagi.

Lagi-lagi Auri menangis.

Merasa Malvin menolaknya karena tak layak dan ia merasa tersinggung. Egonya terluka. Sangat terluka karena ini bukan kali pertama Malvin menolaknya.

"Apa karena Richel?! Iya?! Karena dia bikin kamu gak ngelangkah jauh nyentuh aku?! Karena dia yang kamu cintai?! Kamu merasa bersalah kalau kamu sampai nyentuh aku?!"

Malvin tersentak dengan cepat menahan kedua tangan Auri yang memukul dadanya. Malvin menatap tajam dan dingin Auri yang terhenyak karena perlakuannya.

"Semuanya bukan karena Richel! Kenapa kamu menyeret nama Richel dalam rumah tangga kita?!" Malvin benar-benar menguarkan sikap dinginnya. Setiap kata yang diucapkan Malvin begitu tajam membuat Auri semakin menangis.

"Kenapa Mas Malvin marah kalau aku bawa-bawa nama Richel?! Ke..."

"Cukup Auri!!!" Auri tersentak, apalagi saat Malvin yang menahan kedua tangannya di hempaskan begitu saja.

Nafas Malvin memburu pertanda suaminya itu mulai diliputi emosi.

"Dengerkan saya," kata Malvin tajam beserta tatapannya. "Saya sudah katakan, saya percaya kamu dan kamu juga harus percaya saya! Apa kurang jelas perkataan saya malam itu?!!" Malvin makin mengeraskan suaranya membuat Auri memejamkan kedua matanya dan menunduk. Berusaha mungkin tidak mengeluarkan suara isak tangisnya. Tubuhnya bergetar hebat.

Malvin menghela nafas kasar membuang pandangannya sejenak lalu menatap kembali Auri yang masih menangis. Tanpa kata, ia keluar dari kamar dan menutup kencang pintu kamar membuat Auri tersentak.

Tubuh Auri seketika lemas. Ia meringkuk di atas ranjang dan menangis sejadi-jadinya. Merasakan nyeri di dadanya yang berkali-kali lipat berdenyut sakit.

Entah sampai kapan Auri menangis, hingga ia tertidur.

Auri merasakan tubuhnya dibalut selimut dan direngkuh dalam pelukan hangat. Entah ini mimpi atau tidak, ia bisa merasakan aroma tubuh Malvin.

Seketika Auri mengeratkan pelukannya pada pinggang Malvin, lalu menangis sesenggukan. Tak kuasa menahan tangisnya.

Kepalanya di usap pelan turun ke rambutnya yang menjuntai turun di punggungnya. Tak hanya itu sebuah kecupan hangat di puncak kepala membuat lambat laun tangis Auri redah. Hingga Auri merasakan kenyamanan dalam tidurnya.

*****

Semalam Auri tak bermimpi jika Malvin masuk kembali ke kamar dan tidur di sebelahnya. Itu karena Bibi Anti mengatakannya jika Malvin keluar dari kamar yang sama.

Namanya juga Auri, selalu saja luluh jika menyangkut tentang Malvin.

"Mbak Auri mau bawain Bapak makan siang?"

Pertanyaan Bibi Anti membuat Auri berpikir sejenak dan tak lama ia mengangguk.

"Ya udah saya siap-siap dulu, Bi." Auri beranjak dari duduknya, masuk ke kamar untuk bersiap-siap ke rumah sakit.

Dan apa yang ia bayangkan tidak seperti hari-hari kemarin saat ia membawa bekal untuk Malvin.

Di ruangan kerja Malvin, suaminya itu tak sendirian. Ada Richel yang menatap lembut Malvin yang semakin menatapnya tajam.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang