Malvin menghentikan langkahnya saat hendak ke parkiran, ia melihat Richel yang sedang berjalan ke arah yang berlawanan darinya.
"Richel!"
Panggilan tanpa nada tersebut membuat langkah Richel terhenti. Tanpa menoleh ia tau siapa yang memanggilnya.
Terdengar langkah kaki membuatnya memutar tubuh. Menyunggingkan senyum, walau Malvin tak membalasnya.
Keduanya berdiri saling berhadapan, Richel mendongak menatap Malvin yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Mau pulang?" tanya Malvin.
"Iya."
"Aku anterin kamu." Setelah mengatakan hal itu, Malvin memutar tubuhnya lalu berjalan meninggalkan Richel yang masih berdiri terpaku.
Richel mengulum senyum, lalu mengikuti langkah Malvin menuju mobil pria tersebut.
"Vin, sebelum ke rumah, kita singgah ke kliniknya Bang Kana, ya?" Suara lembut mengalun masuk ke telinga Malvin, ia menoleh sekilas menatap Richel yang menunggu jawabannya.
"Aku mau jemput Kitty," tambah Richel, tau jika Malvin ingin bertanya alasannya ke sana, namun pria tersebut terlalu pendiam sehingga hanya mampu memendamnya.
Malvin mengangguk sekilas, mengarahkan mobil ke klinik hewan sekaligus tempat penitipan hewan milik Arkana.
Sesampainya di sana, hanya Richel yang turun sementara Malvin menunggu di mobil.
Dinding klinik tersebut terbuat dari kaca bening membuat Malvin dapat melihat interaksi Richel dan Arkana. Melihat bagaimana Arkana mengusap rambut Richel ketika wanita tersebut pamit. Malvin segera memalingkan wajahnya saat Richel keluar dari klinik tersebut.
Sesampainya Richel di dalam mobilnya, ia langsung melajukan mobilnya.
"Tadi Bang Kana nanya, kenapa kamu gak turun." Dari kecil mengenal Malvin membuat Richel maklum dengan sikap Malvin yang jarang menggubris perkataan lawan bicaranya jika tidak penting, apalagi jika itu seorang wanita.
"Kabarnya Missy gimana?" tanya Richel lagi.
"Baik."
"Kenapa gak nitip Missy di tempatnya Bang Kana aja? Kan di sana banyak kucing, ada Kitty juga," ujar Richel. Malvin melirik Richel dan juga Kitty yang berada di pangkuan Richel.
"Lain kali aja." Richel pun mengangguk, tersenyum lagi.
Mereka tiba di rumah Richel, rumah yang dulunya ditempati Oma yang kini hanya Richel dan dua ART tinggal di sana.
"Makasih Vin." Malvin hanya mengangguk merespon perkataan Richel.
Richel melepas sabuk pengaman, hendak membuka pintu, tapi diurungkan saat suara Malvin mengalun.
"Jangan terlalu deket dengan Kana!" Perkataan tanpa nada, namun kalimatnya mengandung arti tertentu membuat Richel tersenyum tipis.
"Iya," balas Richel kemudian turun dari mobil.
Richel menatap mobil Malvin yang melenggang pergi meninggalkan halaman rumah.
Tak butuh waktu beberapa lama, Malvin telah tiba di rumah.
Seperti biasa Missy akan menyambut kedatangannya. Walau lelah, ia tetap bermain sebentar dengan Missy. Kedatangan Mami membuatnya mengalihkan perhatian dari Missy yang kini bermain dengan karet mainan.
"Kamu udah tau?" tanya Mami membuat kening Malvin berkerut bingung.
"Tau apa?"
"Akram bentar lagi nikah. Besok acara lamarannya." Meski terkejut, tapi wajah Malvin tetap datar.
"Dia kan baru lulus sekolah, Mi? Lagian bukannya Kana yang pengen nikah dalam waktu dekat ini?"
"Dijodohin. Bagus dong! Lebih cepat lebih baik, gak kayak kamu yang udah tua belum nikah." Malvin mendelik kesal merespon perkataan Mami.
"Ah andai aja pas kamu lulus SMA, Mami jodohin. Pastinya sekarang cucu Mami udah gede dan banyak." Malvin mendengus, apalagi mendengar tawa Mami yang sangat jelas mengejeknya.
Keesokan harinya, semua keluarga Malvin pergi ke acara lamaran si bungsu di keluarga mereka.
Ada Gibran juga membuat Arkana dan Malvin diejek habis-habisan.
"Aku mau juga ah nyuruh Mama nyari cewek buat dijodohin sama aku, biar langsung nikah aja," celoteh Gibran.
"Kamu gak mau juga, Bang?" Gibran menatap Malvin yang mendelik tajam padanya.
"Lho?! Bukannya Bang Malvin dijodohin Richel?" Tiada hentinya Gibran berbicara membuat Arkana menjitak kepala adiknya tersebut.
Meski begitu, Malvin bersyukur dalam hati karena Gibran secara perlahan tidak mengasingkan diri lagi. Mungkin, adik sepupunya itu telah sembuh dari patah hati.
"Mana mau Richel sama Malvin yang irit bicara dan kasar." Benar-benar Gibran dan Arkanan adalah saudara, karena dua pria tersebut sangat suka mencibir.
"Terus? Richel cocoknya sama siapa? Sama kamu, Bang?" tanya Gibran pada Arkana, memasang raut terkejut yang dibuat-buat.
"Sembarangan kamu!" Sekali lagi Arkana menjitak kepala Gibran.
Gibran memilih pindah duduk ke sebelah Malvin.
"Kenapa Mama bukan aku aja yang dijodohin sama cewek itu?" gumam Gibran melihat calon istri Akram yang sangat cantik. Pantas saja adiknya itu ingin dijodohkan. Ternyata calonnya keturunan bidadari dari surga.
"Kamu terlalu tua buat dia." Baik Arkana maupun Gibran menatap Malvin yang masih memasang wajah datar.
Arkana tertawa tertahan. Menertawakan Gibran.
*****
Tawa Auri menyembur keluar seusai mendengar curahan hati Bang Kai perihal kakaknya yang akhir-akhir ini murung. Rasanya Auri ingin guling-guling di lantai saat ini. Menertawakan Bang Kai adalah kebahagiaan tersendiri bagi Auri.
Sementara Bang Kai mendengus pelan, memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. Menyesal. Namun, ia sedikit lega karena mengeluarkan segala isi pikiran dan hatinya. Ternyata memendam sangat tak dianjurkan. Bisa mengakibatkan hilangnya ketenangan dan fokus.
Auri tak hentinya tertawa bahkan air matanya telah tergenang di pelupuk matanya.
Ternyata ada yang lebih mengenaskan dibanding dirinya. Kakak tersayangnya yang benar-benar mengenaskan. Baru kenalan dengan wanita yang menarik hatinya, ternyata wanita itu telah memiliki kekasih. Itulah yang cerita Bang Kai membuatnya tak berhenti tertawa.
"Entar kamu kualat Dek kalau gak berhenti ngetawain aku," ujar Bang Kai kesal karena Auri tak berhenti tertawa.
"Bang Kai 'busuk' bener-bener ngenes!" ejrk Auri.
"Dasar Nong-Nong!" Auri mendelik pada Bang Kai.
Merasa adiknya kesal, Bang Kai semakin mengejek Auri. Merapalkan 'Nong-Nong' beberapa kali hingga Auri memukulnya menggunakan bantal sofa, bahkan Auri meraih kruknya ingin memukul Bang Kai, namun kalah cepat dari Bang Kai yang mengambil kruk tersebut dan menjauhkannya dari Auri.
"Bang Kai busuk!!". Seru Auri kesal. Sangat membenci panggilan 'Nong-Nong'. Ingin rasanya ia menggigit Bang Kai hingga berdarah.
"Nong-Nong! Harusnya kamu nyadar, kamu juga mengenaskan, suka sama cowok yang gak bakalan balik suka sama kamu!" ejek Bang Kai.
Membalas Auri, membuat Bang Kai tertawa keras, menangkis segala lemparan Auri padanya.
.
.
.
.
.
9 December 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...