27. Tidak Akan Mengubah Apapun

12.2K 1.1K 14
                                    

Auri membuka pintu kamar begitu pelan, ia masuk dengan langkah pelan juga. Menelisik kamar tersebut yang sepi dan saat langkahnya hendak menuju tempat tidur, bersamaan dengan Malvin yang keluar dari kamar mandi.

Keduanya saling tatap beberapa detik. Malvin yang lebih dulu memutus tatapan dan beralih ke sampiran handuk untuk menggantung handuk tersebut.

Auri duduk di tepi ranjang, mengamati setiap pergerakan Malvin.

"Mas kenapa gak bilang yang sebenarnya.... soal apa yang terjadi?" Suara Auri mengudara membuat pergerakan Malvin yang menggulirkan jari-jari di atas layar ponsel terhenti.

Tatapan dingin Malvin langsung menghunus Auri yang kikuk sendiri.

"Soal aku yang nyampur obat perangsang ke dalam air lemon yang kamu minum dan... aku yang ngajak kamu ke motel... dan..." Auri menghela nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya, "Aku yang goda kamu." Auri menunduk, memilin ujung baju kaos yang ia kenakan. Tak berani menatap Malvin.

Auri menegakkan kepala, merasa Malvin sepertinya tak akan menjawab pertanyaannya. Ia agak terkesiap karena ternyata Malvin tak memutus pandangan darinya. Kembali lagi ia menunduk, takut melihat tatapan Malvin yang begitu dingin.

"Percuma saya membela diri... tetap saja saya akan menikahi kamu karena saya sudah meniduri kamu." Suara datar dan dingin mengudara membuat Auri kembali menatap wajah suaminya yang tak menampilkan ekspresi apapun.

Apa yang Auri harapkan? Berharap jika Malvin tak membela diri dan tetap menikahinya karena pria itu menyukainya? Sungguh bodoh, pemikiran Auri tersebut.

"Maaf," ujar Auri pelan dan kembali menunduk. Menangis, tanpa suara.

"Percuma maaf kamu. Gak akan mengubah apapun!" Setelah mengatakan hal tersebut Malvin keluar dari kamar meninggalkan Auri yang menatap nanar pintu kamar yang ditutup agak kasar sehingga menimbulkan suara keras.

Auri menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Suara tangisnya teredam, ia menangis tersedu-sedu. Menggumamkan kata 'Ibu', mengingkan Ibu Maharani memeluknya. Belum genap sehari berpisah dengan Ibu membuatnya merindukan ibunya yang cerewet itu.

*****

Auri terlonjak bangun dari tidur setelah sadar jika ia bukanlah Auri wanita lajang. Kini statusnya sudah menjadi seorang istri. Dengan cepat ia duduk, mengatur nafasnya terlebih dahulu.

Cermin lebar yang berada tidak jauh darinya dapat memperlihatkan penampilannya. Wajahnya bengkak khas orang bangun, serta rambutnya yang acak-acakan dan jangan lupakan poninya yang tersibak naik hingga menampilkan keningnya yang lebar.

Auri menjerit, tapi dengan cepat menutup mulutnya lalu mengedarkan mata, mencari sosok Malvin.

Pasti Malvin melihat penampilan super berantakannya tadi. Suaminya itu pasti semakin tidak menyukainya.

Dengan bergegas, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, malah sudah lewat tiga puluh menit.

Auri tampil feminim menggunakan gaun pendek rumahan berwarna cokelat muda. Dengan pelan ia membuka pintu kamar, mengamati keadaan sekitar lalu keluar.

Rumah tersebut sangat-sangat sepi. Sama sekali ia tak mendengar suara apa-pun. Namun, saat mencapai anak tangga terakhir, ia bisa mendengar suara samar Mami yang berasal dari dapur.

Auri meringis, seharusnya ia tak bangun terlambat. Bisa-bisa Mami mencapnya sebagai menantu tak tau diri. Padahal Ibu Maharani telah memberitahunya kalau ia tak boleh lagi bermalas-malasan.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang