3. Gak Mau Pulang!

22.8K 1.9K 56
                                    

Sedari kemarin hingga pagi ini Auri memasang ekspresi merengut karena sebentar lagi ia akan pulang setelah sebulan lebih seminggu lamanya berada di rumah sakit.

Bagi sebagian pasien rumah sakit akan bahagia jika bisa pulang. Tapi, tidak bagi Auri. Karena ia tak akan pernah lagi bertemu Malvin setiap harinya yang membuatnya semangat untuk diperiksa bahkan membuatnya lekas sembuh seperti saat ini. Walau gips di kakinya belum dilepas, tapi perban di kepalanya sudah dibuka karena lukanya sudah sembuh dan mengering.

Waktu sebulan lebih seminggu terasa begitu sebentar. Sungguh, Auri tak rela jika harus pulang hari ini.

"Heh! Malah bengong! Ayo cepat ganti baju kamu. Bapak udah nunggu. Nanti dia marah-marah kalau kamu lelet!" Ibu Maharani membuyarkan Auri. Ibu Maharani telah selesai membereskan semua barang-barang Auri. Tersisa Auri yang masih senantiasa memakai baju pasien bahkan sekarang putrinya yang keras kepala itu kembali merebahkan tubuhnya lalu menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Auri!" jerit Ibu Maharani kesal melihat kelakuan Auri.

"Aku gak mau pulang!" teriak Auri dari balik selimut.

Ibu Maharani mendesah berat. Ingin rasanya menarik Auri lalu membantingnya di lantai, kalau saja ia tak ingat kaki anaknya masih belum pulih.

Suara ketukan lalu pintu terbuka mengalihkan Ibu Maharani.

"Selamat siang Dokter Malvin!"

Sontak Auri menurunkan selimutnya dan melihat ke arah pintu.

Auri mendengus sekeras-kerasnya lalu mendelik tajam pada Ibu Maharani yang tertawa keras.

"Kenapa?" tanya Pak Darakutni dengan wajahnya yang datar.

"Auri gak mau pulang Pah," jawab Ibu Maharani mengadu layaknya anak kecil membuat Auri semakin mendengus.

"Kenapa?" Kini Pak Darakutni mengalihkan pandangannya pada Auri.

Auri yang diberi tatapan tajam, kembali menaikkan selimut hingga batas mulutnya.

"Aku masih sakit," cicit Auri. Suaranya dibuat semelas-melasnya agar Pak Darakutni percaya.

"Sakit apaan? Kata Dokter Malvin kamu bisa pulang hari ini," cbir Ibu Maharani.

"Beneran Ibu! Aduh... duh kepalaku tiba-tiba pusing... kakiku sakit..." Akting Auri dibuat sesakit-sakitnya agar orang tuanya percaya.

Pak Darakutni mendekati Auri lalu menaikkan selimut yang menutupi kaki Auri yang dibaluti selimut.

Perasaan Auri mendadak tak enak. Dadanya berdebar hebat. Tau apa yang akan Pak Darakutni lakukan. Dengan cepat ia beringsut duduk sebelum Pak Darakutni memukul kakinya.

"Langsung sembuh Pak. Bapak emang dabes! Sakitku tau kalau Bapak orang yang ditakuti makanya langsung pergi," jelas Auri menyengir lebar.

Sama sekali Pak Darakutni tidak merespon, wajahnya tetap datar. Sementara Ibu Maharani mencibir tanpa suara. Lalu membantu Auri untuk mengganti pakaiannya.

"Bapak, jangan liat Auri ya? Awas loh. Anakmu ini udah gede, gak boleh liat asetnya!" seru Auri menyuruh Pak Darakutni agar membalik badan tidak melihatnya berganti pakaian.

Ibu Maharani menjitak pelan kepala anaknya lalu terkikik geli merasa lucu pada tingkah putrinya dan suaminya yang tanpa ekspresi mengikuti titah putrinya.

Suara ketukan lagi dan pintu terbuka. Malvin dan sang asisten masuk.

Auri rasanya ingin menggantikan asisten Mas Dokter-nya yang ikut kemana-mana perginya Malvin dan juga bicara padanya. Sontak ia iri pada asisten Malvin. Tentu saja ia melemparkan tatapan sinis pada asisten Malvin.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang