28. Menjadi Anak Yang Manis

11.2K 1K 9
                                    

Sesuai apa yang dititahkan Mami, Malvin membawa Auri ke klinik milik Mama yang merupakan Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi.

Auri baru menyadari jika hampir secara keseluruhan anggota keluarga Malvin dokter. Bahkan Mami juga merupakan dokter anak, tapi pensiun dini karena masalah kesehatan.

Auri seketika menciut di antara anggota keluarga Malvin yang lain. Ia hanya 'lah seorang fotografer. Hampir semua menantu di keluarga tersebut dokter.

Namun, Auri kembali mengingat jika ia tidak sendirian. Ada Odit yang merupakan istri Akram. Dari perbincangannya kemarin saat semua keluarga Malvin berkumpul, wanita muda itu tak ingin melanjutkan pendidikan di dunia kesehatan.

Lamunan Auri terbuyar saat Malvin menghentikan mobil. Matanya meliar memperhatikan keadaan di luar dari balik jendela mobil.

Auri bergegas keluar dari mobil, ketika Malvin turun. Auri tidak akan berharap lagi, Malvin mengajaknya turun atau membuka pintu mobil untuknya. Bahkan meliriknya, Malvin enggan.

Rasanya Auri ingin mencolok mata-mata yang menganggumi suaminya. Bahkan ada ibu hamil besar yang duduk di kursi tunggu menatap Malvin dengan pandangan terpesona.

Mendengus pelan, kalau saja mereka berdua pasangan suami istri pada umumnya, maka Auri akan memeluk lengan posesif Malvin.

Keberanian Auri seakan menciut setelah menjadi istri Malvin, padahal dulu, ia sangat berani pada pria itu. Mengajaknya bicara, walau tak direspon. Berani menatap dengan pandangan kagum tepat pada bola mata pria itu. Dan mengungkapkan semua isi hati dan pikirannya tanpa rasa beban dan rasa malu.

"Malvin! Auri!" sapa Mama ramah. Dan langsung memberi ciuman pipi kanan dan kiri pada Auri yang tersenyum canggung.

"Mari! Mari masuk," ujar Mama tertawa ramah sembari menarik tangan Auri, ia menatap Malvin yang sama sekali tak beranjak.

"Kamu juga, Vin." Akhirnya Malvin masuk di ruangan Mama.

Mama begitu ramah membuat Auri merasa nyaman dengan wanita tersebut. Andai saja Mama yang menjadi mertuanya.

Auri rasanya ingin menghantam kepalanya sendiri karena memikirkan hal tersebut. Bukannya Auri tak suka Mami sebagai mertuanya, tapi Mami yang senang setiasa berbicara dengan nada ketus membuatnya segan berbicara leluasa pada Mami, Auri takut jika salah bicara pada mertuanya. Bisa-bisa ia dipecat jadi istrinya Malvin.

Jantung Auri berdebar tak karuan saat Mama menyuruhnya tidur di atas brankar. Ini lebih deg-deg-an dibanding berada di dekat Malvin. Auri sangat penasaran, apakah benar sudah ada janin di dalam perutnya?

Mama mulai melakukan pemeriksaan, sembari mengajak Auri berbicara.

"Udah berapa lama setelah 'itu'?" tanya Mama membuat Auri tidak mengerti.

"Tiga minggu dua hari." Malvin yang menjawab dengan nada datar. Auri melirik Malvin yang langsung membuang pandangan. Kembali lagi, ia menatap langit-langit, merasa sesuatu bergerak di bawah sana. Ia hanya mampu memejamkan matanya.

"Kalian belum dikasih." Mama dengan wajah muram menyampaikan hal tersebut setelah selesai memeriksa Auri.

Auri terdiam. Ia belum hamil. Kemungkinan Malvin menceraikannya akan menjadi kenyataan. Mungkin sebentar lagi itu akan terjadi.

"Pasti Mami sedih," ujar Mama menatap kedua pengantin baru itu secara bergantian. Sembari menuntun Auri turun dari brankar.

"Kalian gak usah sedih. Kan masih banyak waktu. Apalagi, kalian pengantin baru. Mama bakal kasih obat penyubur," ujar Mama lagi memberi semangat pada keponakan dan juga istrinya.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang