50. Meletup-Letup

16.9K 1.2K 24
                                    

Perasaan Auri bagikan berondong jagung yang telah matang. Meletup-letup tiada hentinya. Rasa bahagia, tak dapat ia tahan lagi hingga tak melunturkan senyumnya sepanjang hari.

Dimulai dari semalam, perkataan Malvin yang sulit ia cerna. Namun, ia simpulkan sendiri jika suami dinginnya itu ingin rumah tangga mereka seperti pasangan suami istri pada umumnya.

Mungkin saja Malvin malu hingga suaminya itu tak mengucapkannya secara gamblang.

Sungguh, menggemaskan.

Rasanya Auri ingin mencium Malvin.

Eh?

Auri menampar pipinya sendiri, mengenyahkan pikiran gilanya, terganti tentang ingatan pagi tadi. Ia dan Malvin  sarapan bersama. Menikmati nasi goreng buatannya. Ekhm! Ralat buatan Bibi Anti. Auri hanya membantu memindahkan nasi goreng dari wajan ke piring.

Sejauh ini Auri masih belajar memasak. Dan ia semakin semangat belajar karena ingin setiap harinya menyuguhkan hasil masakannya pada Malvin. Berharap agar Malvin tertarik padanya.

Senyum Auri semakin lebar saat ia melihat perubahan pada Malvin yang menoleh padanya ketika suaminya itu hendak masuk ke mobil. Biasanya Malvin akan langsung pergi, tak sedikit pun menoleh padanya.

Auri tak peduli jika Malvin menatapnya aneh karena senyumnya yang tak kunjung luntur. Auri hanya mengekspresikan rasa bahagianya.

"Saya pergi," pamit Malvin setelah itu masuk ke dalam mobil.

Suara letupan dari dalam diri Auri seakan menggema di pendengaran Auri. Auri menjerit tertahan lalu melambai kegirangan pada mobil Malvin yang melaju meninggalkan halaman rumah.

Meski perubahan Malvin sangat mendadak, tapi ia tak peduli.

Meski Malvin tak mencium keningnya ketika suaminya itu pamit, ia juga tak peduli. Malvin pamit padanya, itu sudah cukup.

Berjalan kembali masuk ke rumahnya, ia melompat disertai cekikikan saking bahagia dirinya.

"Seneng banget Mbak," ujar Bibi Anti ikut tersenyum.

"Banget! Karena aku seneng hari ini  aku traktir Bibi!" Tentu saja Bibi Anti berseru senang.

*****

Siang harinya, atas permintaan Malvin atau lebih tepatnya tawaran Auri yang disetujui Malvin agar Auri mengantar makan siang untuk suami tercintanya tersebut. Auri melangkah dengan riang menelusuri koridor rumah sakit menuju ruangan Malvin.

Di tangannya ada tentengan berisi rantang makan siang. Hasil masakannya yang tentu saja bantuan Bibi Anti.

Saat tiba di depan ruangan Malvin, bersamaan dengan pintu ruangan tersebut terbuka. Menampilkan sosok Gibran yang menyunggingkan senyum lebar sehingga menampakkan lesung pipit pria tersebut.

"Halo kakak ipar!" sapa Gibran membuat Auri terkikik, mengingat jika umur Gibran lebih tua darinya yang memanggilnya dengan sebutan 'kakak ipar'.

"Hai,"balas Auri.

Pandangan Gibran mengarah pada tentengan di tangan Auri. Ia kembali menyunggingkan senyum.

"Bawain suami makan siang ya?" Auri mengangguk semangat.

"Mau makan bareng? Aku bawa banyak kok," tawar Auri.

Gibran hendak menjawab, tapi sosok yang baru berdiri di sebelahnya mengurungkan niatnya menerima tawaran Auri.

"Gak usah. Aku gak mau ganggu makan siang kalian. Mending makan siang di tempat umum. Siapa tau ketemu jodoh," ujar Gibran jenaka membuat Auri terkikik. Kemudian Gibran kembali menatap Malvin yang tak memutus pandangan darinya.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang