6. Missy

15.2K 1.4K 28
                                    

Sepulang dari makan bersama para sahabatnya, Malvin langsung pulang ke rumah. Keningnya mengkerut saat membuka pintu rumah dan tak ada yang menyambut kedatangannya. Kepalanya celingukan mencari sosok yang selalu menyambut kedatangannya.

Langkahnya terhenti saat mendapati sosok Mami yang berdiri di ambang sekat antara ruang tengah dengan ruang makan. Sedang menyilangkan tangan di depan dada.

"Missy mana, Mi?" tanyanya membuat Mami mendengus pelan.

"Lagi masakin kamu!" sinis Mami lalu memutar tubuh berjalan ke arah dapur.

Lagi-lagi Malvin mendengus. Maksud dari perkataan Mami adalah mengejeknya. Yang seharusnya menyambut dirinya adalah seorang istri, bukan hewan seperti Missy.

Malvin mengekor hingga masuk ke dapur, mengambil botol lemon water dari dalam kulkas lalu meneguknya. Setelahnya, ia mengembalikan botol tersebut, lalu menatap Mami yang sedang membantu para ART menyiapkan makan malam.

"Aku habis makan tadi," ujar Malvin, kemudian melangkah pergi. Dan saat tubuhnya di ambang sekat antara dapur dan ruang makan, ia berhenti saat suara Mami mengudara.

"Siapa juga yang masakin kamu? Mami masakin Papi tau," sarkas Mami. Malvin menengok menatap Mami dengan pandangan datar.

"Aku tanya Missy, bukan Mami," balas Malvin lalu menatap Missy yang sedari tadi berada di dekat kulkas saat ia minum tadi. Ekspresi dan suaranya begitu datar.

Malvin menggerakkan tangannya, memanggil Missy. Kucingnya tersebut langsung menghambur ke arahanya. Malvin menggendong Missy, lalu melenggang pergi. Mengabaikan Mami yang mengomel.

"Good girl," sahut Malvin sembari mengusap puncak kepala Missy. Begitu kaku, padahal sudah enam bulan lamanya ia memelihara Missy. Malvin menatap Missy yang menggeliat malas di atas tempat tidurnya lalu ia mendengus pelan.

"Lazy!" desisnya. Hendak ke kamar mandi, tapi ia urungkan saat melihat ada yang aneh pada tingkah Missy yang tak seperti biasanya. Kembali lagi, ia menekuk kakinya menatap lamat-lamat Missy.

Dirasa ada yang salah pada Missy membuatnya segera menggendong kucing tersebut dan kembali keluar dari kamarnya.

"Mi! Seharian ini Missy makan berapa kali?" tanya Malvin membuat pergerakan Mami yang hendak menaruh nasi ke piring Papi terhenti. Dua orang paruh baya tersebut menatap sang putra.

Walau pertanyaan Malvin, kalimatnya terkesan khawatir, tapi nadanya sama sekali tak ada kekhawatiran.

"Mana Mami tau. Emang Mami pengasuhnya Missy," jawab Mami cuek dan kembali pada aktivitasnya.

"Ada undang-undang perlindungan hewan. Mami bisa kena pasal karena gak ngasih makan Missy," sahut Malvin datar membuat Mami mendelik.

"Kamu doain Mami masuk penjara?!" balas Mami ketus. Malvin mengabaikannya, hendak berlalu, tapi Mami menegurnya.

"Mau kemana kamu?"

Malvin menengok malas menatap Mami. "Keluar bentar," jawabnya kemudian pergi.

"Kamu belum mandi Malvin!" teriak Mami. "Astaga punya anak cuma satu, tapi bikin Mami darah tinggi mulu," gerutu Mami.

"Gara-gara Missy-Missy itu Malvin makin ngenes. Bukannya nyari istri, malah ngurus Missy tiap hari." Mami tiada hentinya menggerutu.

"Gimana Malvin mau nyari istri, kalau Mami masih anggap dia Malvin kecil," sahut Papi tertawa pelan membuat Mami mendelik.

"Siapa yang anggap Malvin masih kecil sih?" balas Mami ketus.

"Tadi Mami negur dia belum mandi. Nanya dia mau kemana. Itu tandanya Mami masih anggap dia kayak anak kecil. Padahal anak kita itu umurnya sudah tiga puluh satu," jelas Papi membuat Mami merengut kesal.

Love Makes CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang