Sejak Richel keluar dari ruangan tersebut. Baik Auri, apalagi Malvin tak mengeluarkan sepatah kata. Auri hanya diam sembari menyiapkan peralatan makan siang untuk Malvin.
Sungguh, Auri tadi mengira jika Malvin mengusirnya. Karena ia langsung masuk begitu saja dan menginetrupsi kedua orang itu yang sepertinya bicara serius.
Auri ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi antara Malvin dengan Richel sehingga keduanya terlihat bersitegang tadinya. Namun, Auri cukup tau diri. Meski statusnya dengan Malvin adalah suami istri, tapi hubungan keduanya tak seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Syukur, Auri sekarang bisa berinteraksi dengan Malvin. Malvin tak sedingin saat awal pernikahan mereka.
"Kenapa gak makan?" Pertanyaan Malvin menyentak Auri dari lamunannya. Ia melihat Malvin yang sudah menghabiskan setengah makanannya.
"Engh... aku kenyang, Mas. Makanannya enak gak, Mas?" Auri mengajak Malvin berbicara untuk menutupi rasa gelisahnya. Karena secara perlahan pikiran negatif merambat ke kepalanya dan itu tak baik baginya.
"Enak," jawab Malvin singkat dan kembali menikmati makannya. Tanpa ada bujukan maupun paksaan agar Auri ikut makan.
"Buatan Ibu," balas Auri kemudian kembali menunduk.
"Ibu ada di rumah?" Entah kenapa Auri tak bisa menahan senyumnya mendengar Malvin yang sepertinya ingin menghidupi suasana hening di antara mereka. Auri mengangguk saja dan kembali memperhatikan Malvin makan.
"Oh iya..." Kening Auri mengkerut saat Malvin yang telah selesai makan berdiri menuju ke meja kerjanya. Sementara kegiatan Auri yang membereskan rantang dan peralatan makan ke dalam tas kertas berhenti.
Auri memperhatikan Malvin yang kembali menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Menyerahkan sebuah brosur yang membuat mata Auri berbinar.
"Ubud... Bali," gumam Auri seraya membaca setiap kata dalam brosur tersebut dan melihat gambar pemandangan yang tertera di dalamnya.
"Tadi Richel ke sini ngasih brosur itu. Rekomendasi tempat liburan." Perkataan Malvin membuat senyum Auri pudar.
"Apa maksudnya ini, Mas?" tanya Auri mulai menatap Malvin yang masih memasang raut wajah datar.
"Kita liburan... kata Richel." Malvin menatap lamat-lamat wajah Auri yang entah kenapa muram. Lalu ia berdehem sejenak karena menyadari telah salah bicara. "Kita liburan. Saya lihat jadwal legang saya dulu. Baru saya ajukan cuti nikah karena semenjak kita menikah saya belum pernah mengambil cuti."
Entah perasaan Auri bahagia dan sedih di waktu bersamaan.
Liburan mereka bukan atas inisiatif Malvin sendiri dan malah seperti permintaan Richel. Kenapa Malvin melaksanakan titah Richel? Apa selain Mami, Richel adalah sosok yang Malvin turuti?
"Gimana? Kamu mau?"
Auri kembali tersentak saat suara Malvin mengudara. Meski pikirannya kalut dan perasaan sedih mendominasi dirinya saat ini, tapi ia tak akan menyianyiakan kesempatan emas seperti ini. Jika memang ini yang diinginkan Richel agar ia dan Malvin berlibur bersama agar hubungannya dengan Malvin semakin membaik, akan Auri ikuti.
"Kamu mau bulan madu dengan saya?"
Pertanyaan Malvin kembali mengudara dan itu membuat Auri sesak. Mengerjap beberapa kali mencerna jika ia tak salah dengar.
Astaga!
Padahal di kepala Auri tak pernah terlintas jika ajakan liburan Malvin adalah bentuk bulan madu mereka. Auri kira hanya liburan biasa.
Harusnya Auri mencerna penjelasan Malvin tadi, suaminya itu berkata belum mengambil cuti nikah. Berarti liburan kali ini benar-benar bulan madu mereka.
Dengan semangat Auri mengangguk dan mengiyakan perkataan Malvin. Entah kemana perginya perasaan dongkol dan pikiran negatifnya tentang apa yang terjadi antara Richel dengan Malvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...