Ibu Maharani menatap jam yang digantung di dinding lalu kembali menatap Auri yang membungkus dirinya dengan selimut. Sudah pukul sebelas siang dan gadis perawannya itu belum beranjak dari tempat tidur. Sudah beberapa kali menyerukan nama Auri agar anaknya itu bangun.
Namun, tidak ada respon dari Auri. Bahkan lenguhan pun tak ada. Sama sekali putrinya itu tak menggeliat saat ia melayangkan tamparan tepat di paha Auri.
Karena takut terjadi apa-apa pada Auri, Ibu Maharani pun menyibak selimut tersebut.
Terpampanglah Auri yang ternyata telah bangun membuat Ibu Maharani meradang.
Auri melamun, menatap lurus. Menatap langit-langit kamar dengan posisi kedua tangan yang terlipat di atas perut.
"Heh! Kamu kenapa?!" sentak Ibu Maharani bersamaan dengan tepukan keras di paha Auri.
"Ibu!!" rengek Auri kesal karena lamunannya terganggu. Ia merengut menatap kesal Ibu Maharani.
Ibu Maharani lagi-lagi memukul Auri, kini menggunakan bantal.
"Ibu! Anakmu lagi patah hati. Hancur lebur hingga tak tersisa!!" jerit Auri histeris disertai air matanya yang mengalir deras. Ia bahkan menjambak rambutnya.
Ibu Maharani berhenti memukul Auri, menatap bingung Auri. Kenapa Auri sangat berlebihan?
Mengerti jika Auri seperti ini pasti gara-gara Dokter Malvin. Siapa lagi yang membuat Auri seperti orang gila kalau bukan Dokter tersebut?
"Masih ada cowok lain," ujar Ibu Maharani santai membuat Auri berhenti menangis.
"Tapi cuma Mas Dokter yang aku mau!" seru Auri tertahan.
"Tapi, Dokter Malvin gak mau! Terus kamu mau apa? Paksa dia? Cinta yang dipaksa gak akan berakhir bahagia," tutur Ibu Maharani membuat Auri terpekur.
"Jangan gila cuma karena cowok. Ibu gak mau ya apalagi Bapak punya anak gila," ejek Ibu Maharani lalu melengos pergi meninggalkan Auri yang kini otaknya berpikir keras. Bagaimana cara mendapatkan Malvin?
Bagaimana cara agar Malvin bertekuk lutut padanya?
Bagaimana cara agar Malvin cinta mati padanya?
Bagaimana cara agar Malvin menjadi miliknya untuk selamanya?
Satu ide terlintas di kepalanya membuat senyum Auri terbit.
Senyum jahat.
Lalu ia tertawa layaknya pemeran antagonis di film-film.
Apapun caranya dan bagaimana pun akhirnya nanti. Ia tak peduli jika Malvin semakin membencinya, yang penting Malvin terikat padanya.
Kan ada yang namanya benci jadi cinta.
Apalagi ia adalah orang yang teraniaya.
Doa orang teraniaya akan terkabulkan. Ia akan berdoa agar Malvin cinta mati padanya.
"Mas Dokter! Aku gak bakal lepasin kamu!" Auri tertawa jahat lagi hingga ia terbatuk-batuk karena tersedak ludahnya sendiri.
Penampilan Auri sudah seperti penyihir jahat. Rambutnya yang mengembang layaknya rambut macan, maskaranya yang luntur karena belum sempat membersihkan sejak semalam dan poninya tersibak hingga terlihat lah keningnya yang lebar.
*****
"Kamu kenapa Vin?"Malvin terbuyar saat Richel menegurnya. Kedua orang tersebut sedang duduk saling berhadapan di kantin rumah sakit, sehingga mereka menjadi pusat perhatian, karena baru kali ini melihat seorang Malvin duduk berduaan dengan seorang wanita. Meski beberapa orang tau jika Richel adalah sepupunya, tapi mereka tetap menduga-duga jika keduanya memiliki 'Sesuatu'.
"Kenapa gak makan?" tanya Richel lagi karena Malvin hanya diam.
Malvin tak menjawab pertanyaan Richel, ia langsung makan saja.
Merasa Richel masih menatapnya membuatnya kembali menegakkan kepala membalas tatapan Richel.
"Aku bukan pasienmu!" ujar Malvin pelan membuat Richel tersenyum tipis.
"Aku gak ngapa-ngapain kok Vin," balas Richel dengan tawa anggun. Benar-benar wanita yang sangat feminim.
Seusai makan siang. Malvin kembali ke ruangannya. Ia istirahat sejenak sebelum nantinya melakukan operasi pada pasiennya yang membutuhkan transplatasi sum sum tulang belakang.
Mata memejam, menikmati lirik demi lirik lagu klasik yang ia putar. Jari telunjuknya diketukkan pelan, mengikuti instrumen lagu tersebut.
Beberapa menit kemudian, matanya terbuka, lalu ia membuka lacinya, menatap kertas yang berada paling atas tumpukan di dalam sana.
Kertas yang tulisannya seperti cakar ayam.
*****
Malvin tersentak saat pundaknya ditepuk. Matanya terasa berat untuk terbuka, ia bisa melihat Anita yang berdiri.
"Dokter Malvin gak pulang?" tanya Anita pelan.
Malvin menegakkan punggungnya, ia meregangkan lehernya yang kebas karena tidur dengan posisi duduk. Seusai melakukan operasi tadi, ia tak sadar tidur di kursi.
"Jam berapa?" tanya Malvin dengan suaranya yang serak.
"Jam sebelas, Dok." Malvin mengangguk sembari mengucek matanya.
"Kalau begitu... saya duluan Dok." Malvin mengangguk saja merespon perkataan Anita.
Asistennya tersebut melenggang keluar, meninggalkan Malvin yang juga bersiap-siap pulang.
Sesampainya di parkiran, ia menuju mobilnya.
Saat mencapai mobilnya, ia tersentak saat ada seseorang yang berjongkok di dekat mobilnya.
Mata sipitnya memicing melihat sosok itu.
Sosok itu mendongak menatapnya lalu tersenyum.
Malvin mendengus. Tak menyangka jika wanita yang sudah ia kata-katai dengan kasar masih saja mau menemuinya. Dan ia heran kenapa hampir tengah malam seperti ini Auri ada di sini?
"Ah aku kira Mas Dokter gak pulang," ujar Auri sembari berdiri. Ia menghentakkan kedua kakinya secara bergantian karena kebas terlalu lama berjongkok.
"Minggir!" ujar Malvin datar, karena Auri berdiri di dekat pintu kemudi.
"Mas Dokter baru bangun ya? Mas Dokter haus? Mau minum?" Auri mengabaikan Malvin, ia malah menyodorkan tumbler pada Malvin.
"Ini air lemon. Aku yang buat," tambah Auri dengan senyuman manis masih mengulurkan tumbler pada Malvin.
"Dingin," ujar Auri lagi.
Karena Malvin lelah tak ingin menguras tenaganya mengusir Auri, ia mengambil saja agar wanita tersebut berhenti bicara dan menggeser tubuhnya. Lalu meminumnya hingga tandas. Hausnya seketika hilang setelah meminum air lemon tersebut.
Auri tersenyum lebar melihat Malvin dan mengambil kembali tumbler tersebut.
"Mau aku anterin? Pasti Mas Dokter ngantuk. Bahaya loh nyetir sendiri, tapi eh aku gak mau nyetir, masih dilarang Bapak. Engh... gimana kalau pesen taksi aja?"
Malvin sama sekali tak mendengarkan rentetan kata yang terlontar dari mulut Auri. Perasaan Malvin tiba-tiba tak enak.
"Kamu...," desis Malvin menatap tajam Auri yang sontak berhenti bicara. "Apa yang kamu campur dalam minuman itu?" lanjut Malvin, ia semakin merasakan panas dari dalam dirinya.
Auri hanya memasang cengiran. Lalu meraih lengan Malvin.
"Aku anterin Mas Dokter ya?"
.
.
.
.
.
Eh Auri kamu apaain Malvin?!👀🤔
22 December 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Crazy
ChickLit》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Hari itu dalam keadaan sadar saat berada di rumah sakit, ia meraung sakit menangis hist...