****
Tiba-tiba semuanya berubah, menjadi lebih buruk. Menjadi lebih tak terdeteksi. Menjadi lebih rumit dan menyebabkan benang yang baru saja akan terlepas menjadi semakin kusut.
****Auristela terus memeluk laki-laki itu dengan punggung bergetar. Tangisnya tidak juga reda, ia semakin memeluk erat orang itu dengan menyembunyikan wajahnya pada dadanya laki-laki itu. Yang ada dipikirannya kali ini hanya, menuntaskan rasa sesak yang tiada akhir.
Lelaki itu mengelus lembut kepala Auristela dengan satu tangan tetap menggengam payung miliknya. Merasakan betapa rapuhnya perempuan dihadapannya ini. Mencoba memberi ketenangan yang dapat ia berikan.
"Gue gak bisa ngehadepin semua ini Char, gue nyerah." ujar Auristela masih dengan terus memeluk tubuh lelaki bernama Charles itu.
"Gue gak tau masalah lo kaya gimana, tapi lo udah kuat selama ini. Jangan sia-siain perjuangan lo." Auristela menggelengkan kepala kuat.
"Engga, gue gak bisa. Gue rasa perasaan gue ini harus gue ilangin sekarang juga. Sebelum ini semakin mematikan."
"Lo bisa cerita sama gue, kalo gue bisa kasih solusi bakal gue bantu. Dan kalo lo cuma butuh pendengar gue siap dengerin semuanya." perkataan Charles tentu membuat Auristela merasa nyaman.
"Gue, gue mau selesain semua perasaan gue ke Randu. Gue udah salah udah jatuh ke pesona dia. Gue bakal coba lupain dia gimana pun caranya,"
"Tapi semuanya udah gue coba gak ada yang bisa alihin perasaan gue kedia." Charles tertegun, sedalam inikah perasaan Auristela pada Randu. Apa yang telah dilakukan Randu pada gadis rapuh ini sampai ia menangis seperti ini, batinya.
Isakan Auristela terhenti dan seketika merasa lega telah menceritakan dan menguarkan segala beban pikirannya. Auristela sebenarnya bukan lah orang yang dapat membagi segala hal tentang dirinya pada orang lain. Tapi, kali ini ia merasa dapat membagikan segalanya pada Charles tanpa ada rasa canggung ataupun ragu.
"Kalo kaya gini ceritanya, lo masih ada rasa sama Randu?" Auristela terdiam, tidak dapat menjawab pertanyaan Charles.
"Semuanya bisa selesai kalo lo bisa iklasin semuanya. Lo pasti gak benci sama Papa lo, lo cuma kecewa sama dia. Ikutin kata hati lo, semuanya pasti bakal baik,"
"Emang rasa kecewa yang menumpuk itu bisa salah arti. Makanya dari itu, lo harus bisa nyikapin itu kaya biasa. Kaya lo sebelumnya, mana bisa lo nyerah gitu aja setelah lo berjuang buat bodo amat,"
"Lo bisa, bisa laluin ini semua. Gue yakin, dan lo harus yakinin diri lo sendiri kalo lo bisa." Charles tersenyum dan menghela nafas panjang.
"Kalo masalah lo sama Randu itu udah rumit banget. Gk ada yang gak mungkin lo tau kan, dan mungkin aja ada kemungkinan 0,001% dia bales perasaan lo." Auristela mengernyitkan keningnya kala mendengar penuturan Charles.
"Gue bukannya sok tau, tapi gue rasa dia punya rasa juga ke elo." perkataan Charles tentu saja langsung dibuahi decihan oleh Auristela.
"Gak usah ngada-ngada, gak mungkin. Gue liat sendiri tatapan dia ke Karen kaya gimana." ujar Auristela.
"Emang lo tau arti tatapannya itu apa?" ujar Charles.
"Gak tau kan, kita gak ada yang tau gimana perasaan orang, kalo dicerita-cerita sih mata gak bisa bohong. Halah bacot, mata itu malah yang sering nipu." lanjut Charkes dengan sedikit terkekeh.
Terdiam, Auristela dan Charles terdiam dengan diiringi suara katak juga jangkring yang mulai mengeluarkan suara. Membuat suasana semakin hanyut.
"Hm, ini pertama kalinya gue cerita tentang hiduo gue tanpa ragu. Dan kenapa orang itu lo ya?" suara itu nampah lirih, mengingat seberapa banyak rahasia dalam hiduonya yang ia buka ada Charles.
"Emang terkadang, cerita sama orang asing itu lebih baik dari sama temen deket." Charles menghadapkan kepala kearah langit yang masih saja terhilat begitu gelap.
Suara deru motor menganggetkannya, ia menoleh dan mendapati para anggotanya ada disana. Charles melambaikan tangan dengan tersenyum lebar.
"Ichal, buruan woi, main pergi aja lagian lo!" seru salah satu laki-laki disana. Auristela yang mendengar itu langsung menolehkan kepala kearah Charles.
"Ichal? Lo dipanggil Ichal?" kata Auristela dengan sedikit berpikir. Mengapa panggilan itu sangat familiar.
"Iya, gue panggilan gue Ichal. Itu nama kecil gue sama temen gue dulu, sama keluarga gue juga." jawab Charles dengan mengigat masa lalu.
"Temen lo.. Cewek?" tanya Auristela lagi.
"Iya, cewek. Gue pindah waktu itu jadi gue sama dia juga pisah."
"Gak mungkin." Auristela menggelengkan kepala dengan cukup kuat.
"Lo kenapa Auristela, palak lo sakit?" dengan nada khawatir Charles menanyai Auristela.
"Gue.. Gue juga dulu punya temen yang dipanggil Ichal, dan akhirnya gue dipanggil Ichal juga karena nama belakang gue,"
"Auristela Chalondra." sontak Cherles beridir dari duduknya. Kebetulan macam apa ini.
Tiba-tiba Auristela menggelengkan kepala, "Ah, gak mungkin. Kebetulan doang kali ya." sangkalnya.
"Ini bukan kebetulan kali, elah lo. Kita buktiin aja. Gue bakal bawa foto sama yang lainnya ke lo. Seinget gue, gue juga kasih dia sesuatu. Lo punya?"
"Eits, jangan dikasih tau, besok kita bakal cocokin." potong Charles ketika Auristela hendak berbicara.
"Deal, besok kita bakal ketemu disini. Sekarang kita pulang aja." Auristela mengangguk dan ikut berdiri. Lalu berjalan kearah gerombolan anak The Cruel yang sudah menubggu sang Ketua.
****
Seperti yang kalian tahu, sekarang sedang dalam fase libur panjang. Jadi pagi ini Auristela sedikit bersantai. Bahkan, bangun dari kasurnta saja ia sungkan.
Auristela berdecak saat mengingat kejadian semalam. Entah kebetulan atau memang takdir yang sengaja mempertemukan dirinya pada Charles.
Ia memutuskan untuk membuka salah satu lemari dan melihat beberapa barang yang ada disana. Auristela terhenti mengambil sebuah kotak ketika mendengar deru mesin kendaraan. Auristela berdiri dan berjalan kearah balkon melihat siapa yang datang ke apartemennya.
Sebuah memobil itu berhenti tepat didepan rumahnya. Ketika seseorang turun dari sana barulah Auristela tahu siapa yang datang. Bunda Sarah ada disana. Wanita paruh baya itu terlihat membawa sesuatu. Auristela hanya dapat terdiam menatap sang Papa Juga Karen ada disana.
Apa-apain ini mengapa mereka tiba-tiba datang. Tanpa diundang. Bahkan hampir tujuh tahun ia tinggal disana tidak ada tanda-tanda mereka akan datang ke apartemen miliknya. Auristela terus menatap Jordi yang merangkul bahu Karen dengan senyum lebar.
Memutuskan untuk masuk Auristela berjalan turun ke lantai satu. Berjalan melalui pintu yang mulai terdengar suara perbincangan dan ketukan. Memilih untuk menetralkan diri, Auristela meminum air mineral dan menyiapkan dirinya. Menyiapkan tameng yang harus ia tunjukan, menunjukan bahwa dirinya tidak rapuh.
Saat membuka pintu yang ia dapatkan adalah wajah datar dari Jordi. Apalagi salahnya. Auristela juga memasang wajah datar dan dingin yang akan terus ia tunjukan pada Jordi.
Bunda Sarah menyerahkan sebuah tas dengan dilemparkan dengan begitu kerasnya. Auristela menatap kaget dan kembali pada ketiga manusia yang ada tepat dihadapannya.
Sedikit cerita, sebenernya Charles itu orangnya rasional banget. Gak gampang emosi apalagi cari masalah. Tapi buat beberapa alesan dia bisa aja kelepasan.
Kalian udah bisa nebak belum gimana endingnya?
See you guys!
NendyBudiman
![](https://img.wattpad.com/cover/230745978-288-k88490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...