****
Di dunia ini rasanya tak ada satu orangpun yang menganggap diriku ini berharga bagi mereka.
****Cahaya matahari sore masuk dari jendela salah satu ruangan. Membangunkan seseorang dari tidurnya. Auristela membentangkan lengannya dan meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Dengan langkah gontai Auristela berjalan kearah balkon dan menatap langit sore yang nampak indah dengan warna jingga.
Melihat langit sore membuatnya tersenyum kecil. Langit bisa saja terlihat indah namun terkadang langit dapat berubah menjadi sangat suram.Hati Auristela mendadak menghangat mengingat betapa menyenangkannya hari-hari dengan para lelaki yang bisa dikatakan telah menjadi temannya. Rasa nyaman berada didekat mereka membuat Auristela merasa telah tergantung dengan ikatan pertemanan yang selama ini tidak pernah sekalipun ia buka pada siapapun.
Namun, dengan mengingat sikap dingin seseorang kepadanya menyadarkan Auristela mengapa kehidupan terasa kejam. Menghela nafas berat Auristela memutuskan masuk dan membersihkan dirinya.
****
Auristela duduk diruang tengah dengan tubuh yang terasa segar. Menggenggam handphonenya dan mengecek online food yang ingin ia pesan.
Lama berpikir apa yang ingin ia makan namun tak ada satupun yang nampak menarik perhatian untuk ia makan. Sebuah menu tiba-tiba muncul dibenaknya dengan cepat Auristela berjalan menuju kamarnya dan berganti pakaian.
Dengan kunci mobil yang ia sematkan pada salah satu jarinya. Auristela berjalan dengan sangat bersemangat menuruni tangga.
Jika kalian berpikir dari mana uang yang didapat Auristela selama ini? Apa dari orang tuanya? Atau Auristela memiliki pekerjaan diluaran sana. Maka pemikiran kalian sangat salah.
Semua biaya hidup Auristela ditanggung oleh Kakeknya. Kakeknya lah yang selalu ada dipihaknya. Auristela merasa bersyukur memiliki kakeknya yang sangat-sangat peduli padanya.
Menjalankan mobil keluar dari apartemennya. Auristela menyetelkan musik dari band favoritnya One Direction. Auristela bersenandung ria dengan menatap jalan raya yang nampak tak terlalu ramai.
Mobil yang dikendarai Auristela menepi di salah satu mall di daerahnya. Auristela berjalan masuk dan menemukan salah satu restoran ramen Jepang kesukaannya. Belum sempat kaki Auristela memasuki tempat makan itu pandangannya telah disuguhi dengan keluarga yang terlihat begitu bahagia. Dengan seorang lelaki yang sangat ia kenali.
Auristela membalikan badannya dan memutuskan pergi. Nafsu makannya mendadak hilang. Dengan langkah cepat Auristela menyusuri mall yang lumayan ramai pengunjung. Beberapa kali dengusan keluar dari mulutnya. Sebuah kesalahan telah memilih tempat ini untuk didatangai, pikir Auristela.
Dengan tergesa Auristela membuka pintu mobil dan masuk kedalam. Saat hendak menutup pintu mobilnya mendadak sebuah tangan menahan pergerakannya.
Mendongakan kepalanya Auristela melihat seorang pemuda dihadapannya. Dengan senyum miring yang khas dari wajahnya yang entah mengapa masih teringat sejak kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Fiksi Remaja[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...