47. Time

654 40 25
                                    

****
Ketika aku mulai ingin menjauhi kamu, kenapa kamu malah mendekat. Yang bodoh itu aku yang terlalu jatuh padamu atau kamu yang tidak mengerti akan perasaan ku.
****

Tepat diruang tengah apartemen milik Auristela suasana canggung juga  dingin melingkupi ruangan itu. Auristela hanya terdiam melihat keberadaan satu keluarga bahagia itu dihadapannya. Menghela nafas panjang Auristela menatap ketiga orang itu.

Tatapannya kembali kearah tas hitam berisikan mendali juga piala yang ia dapatkan ketika masih berada dirumah lamanya. Dan beberapa figura foto Mamanya dan beberapa mainan yang memang ia tinggalkan sewaktu meninggalkan rumah itu.

"Jadi, maksud kalian datang kesini hanya untuk mengembalikan barang-barang ini." Auristela tahu, keberadaannya saja tidak dihargai apalagi barang-barang miliknya. Mungkin, tidak memiliki arti apapun bagi mereka.

"Lo belum liat semuanya, disana ada foto lo sama beberapa cowok dan salah satunya Randu. Gatel banget si lo jadi cewek." ujar Karen dengan menggeserkan tas hitam itu, mengecek dan mengambil beberapa foto kecil dimana tergambar dirinya dengn beberapa laki-laki.

Auristela melihat foto itu lalu menganggukan kepala. "Lalu, apa salahnya jika saya berteman dengan mereka?"

"Temen? Mana percaya gue. Lo mau rebut Randu kan dari gue sama kaya Mama lo rebut Papa." terlihat Sarah mengusap bahu putri tersayangnnya itu.

"Kenapa kamu sebegitu jahatnya pada Karen sampai mendekati Randu." ujar Jordi, tapi kali ini berbeda. Disana ada nada lembut yang jarang Auristela dengar dari pria paruh baya itu untuknya. Digaris bawahi, untuknya.

"Maaf, jika anda tidak tau kn saya beritau. Saya sama Randu itu teman sekelas, sebangku. Dan lagipula, apa ada keuntungan bagi saya untuk mendekati Randu hanya untuk berbuat jahat ke dia,"

"Saya tidak selicik itu." ujar Auristela dengan menatap Karen yang nampak kesal akibat perkataan Auristela.

"Kalau begitu, jauhi Randu. Jangan dekati dia lagi." kali ini Bunda Sarah yang bersuara.

"Saya tekankan sekali lagi, saya tidak pernah mendekati Randu. Apalagi memiliki niatan untuk menyakiti perasaan putri kalian. Apa kurang jelas?"

"Halah, lo itu suka kan sama Randu tapi dia sukanya sama gue, ngaku aja lo." Karen kali ini menunjuk kearah Auristela dengan mata sedikit melotot.

Auristela menghela nafas, "Hanya karena masalah Randu kalian datang kesini? Memperbesar masalah kecil?"

"Ini bukan maslah kecil, kamu sudah keterlaluan Tela. Papa sudah mulai rela kamu memegang perusahan Kakek, apa masih kurang sampe-sampe kamu mau rebut pacar Karen?" Auristela beralih menatap Jordi.

"Saya gak ada niatan buat rebut acar putri anda. Dan terima kasih telah mengembalikan barang-barang saya." ujar Auristela.

"Kalo gak ada yang mau dibicarakan lagi, kalian bisa pergi." lanjutnya dengan menunjuk kearah pintu.

"Kurang ajar, apa kamu tidak mengerti tata krama. Bisa-bisanya kamu mengusir Papa kamu sendiri!" intonasi suara Jordi naik, hingga menimbulkan nada bentakan.

"Ya, saya memang tidak mengeti akan tata krama. Karena orang tua saya tidak pernah mengajarkan hal itu." dengan nada dingin dan wajah datarnya Auristela menatap Jordi yang tertegun.

"Tela! Kamu apa-apaan sih, gak boleh gitu ah ngomongnya." Auristela tersenyum miring mendengar penuturan Bunda Sarah.

"Kalo gitu kalian bisa pergi agar tidak mendengar perkataan saya." Auristela mengambil tas hitam yang ada diatas meja lalu berjalan naik kelantai dua.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang