****
Mecoba menerima apapun yang terjadi adalah suatu kewajiban bagi semua manusia. Namun, jika itu bersamaan dengan alasan yang menjadikanku berdiri, apa mungkin aku akan dapat menerima itu.
****"Apa lo mau jadi pacar gue?" itulah ucapan Randu yang membuat mata Auristela membulat sempurna. Waktu di sekelilingnya terasa seperti terhenti.
Terdengar suara sorakan dari seluruh siswa-siswi yang ada dilapangan. Para siswi yang menjerit histeris saat melihat dan mendengar perkataan Randu pada seorang siswi yang sedang menunduk dihadapannya. Dan tersenyum malu. Tak lama siswi itu pun mengangguk tanda sebuah jawaban.
Jika bisa lari, mungkin Auristela telah pergi menjauh sekarang. Dari tempat ini. Dari semua kenyataan yang terpapar nyata dihadapannya. Dunia seakan berhenti berputar beberapa detik. Dengan jelas Auristela melihat dan mendengar apa yang terjadi dihapanannya saat ini. Perasaan Auristela campur aduk.
Satu pertanyaan yang terus berkeliaran didalam kepala Auristela. Mengapa dari sekian banyak siswi disekolah ini harus perempuan itu yang akan memiliki Randu?
Randulah yang menjadi alasan Auristela. Tapi mengapa harus Randu juga yang menyebabkan senyum itu pudar bahkan hilang. Apakah untuk hanya tesenyum sangat sulit untunya. Apa Auristela dapat mempertahankan senyumnya. Auristela pun tidak tahu.
Ke-empat teman Randu berlari kelapangan, tak lupa Stefen menarik tangan Auristela untuk ikut dengan keempat lelaki itu. Sesampainya ditengah lapangan Farhan, Ikram, Stefen, dan Tebe member selamat kepada ketua mereka itu dengan tersenyum senang.
"Weh, selamet bro."
"Akhirnya punya pacar, setelah hampir seumur hidup ga pernah pacaran"
"Congrats yaa Ndu."
"Ya udah kek nyegir mulu lo, mentang-mentang diterima."
Auristela berdiri kaku ditempatnya, apa yang harus ia lakukan? mengucapkan selamat pada Randu? apa dia harus tersenyum saat hatinya telah hancur melihat seseorang yang disukainya telah dimiliki oleh orang lain.
Dengan menyiapkan seluruh tekad akhirnya Auristela memberanikan diri menatap Randu. Sambil tersenyum tipis "Selamat ya Randu, Gue ikut seneng." ucapnya.
Ya, Auristela telah memutuskan akan tetap tersenyum sekarang. Walau apapun yang akan terjadi nantinya. Sesulit apapun itu.
Randu menoleh dan tersenyum kearah Auristela. Mengambil tangan Auristela "Salaman dulu dong." Randu sedikit terkejut saat menggengam tangan Auristela yang terasa dingin. Randu sedikit terusik saat melihat Auristela yang tersenyum kaku dan menarik tangannya. Ada apa dengan perempuan itu?
****
Keadaan lapangan sudah tidak seramai tadi. Siswa-siswi telah pulang setelah melihat kejadian yang akan menjadi sangat trending besok pagi.
Hanya tertinggal anggota Incursio yang berjumlah lebih dari 100 siswa tersebut. Hanya ada dua siswi disana Auristela dan perempuan yang baru saja menjabat menjadi ibu ketua.
"Hari ini kita party di basecamp!" teriak Randu,
"Manteplah, makan gratis." spontan Stefen saat mendengar perkataan Randu. dan mendapat tonyoran dari Ikram.
"Yee, lo mah emang gratisan mulu kerjaannya." cibir Ikram.
"Stela lo tau kan nama cewenya Randu siapa?" Tanya Farhan, Auristela langsung menoleh kearah Farhan dan beralih menihat cewek yang sedang ada disamping Randu itu. Auristela hanya menggeleng dengan ragu.
"Namanya Karenina Mithaya, gak mungkin lo gak tau." sambar Tebe dengan dahi berkerut bingung. "Dia kan rival lo kalo di peringkat Stela." lanjutnya lagi. Sebenarnya Auristela tahu siapa perempuan. Sangat tahu malah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...