****
Tentang dirinya juga dirimu, kini aku benar-benar tidak dapat keluar dari kubangan perasaan yang terus menenggelamkan.
****Randu juga Karen sedang berada di sebuah tempat makan. Mereka berdua memutuskan untuk makan berdua malam ini. Dengan Randu mengenakan kaos putih juga jaket berwarna hitam dan celana jeans dengan warna yang sama dengan jaket yang dikenakannya. Sedangkan Karen terlihat manis dengan celana jeans juga hoodie yang oversize berwarna biru laut.
"Kamu suka makan disini Ndu?" tanya Karen sambil mengelilingi tempat mereka makan malam ini dengan pandangan matanya. Sebuah kedai makan kaki lima.
"Gak sering, cuma suka sama makanannya aja," Jawab Randu dengan memperhatikan Karen yang sedang merapikan rambutnya.
"Sejak kapan kamu suka rawon?" tanya Karen lagi.
"Gak terlalu lama sih, baru tau kalo rawon itu enak, jadi sekarang rawon jadi salah satu makanan favorit gue."
"Kamu tau gak, aku tu mau kamu ngomong aku-kamu sama aku, tapi kayanya kamu belum nyaman ya sama aku," dengan kepala tertunduk lesu Karen mengatakan itu. Randu yang melihat itu dengan seketika mengelus lembut rambut Karen.
"Sorry, bukannya gue gak nyaman sama lo, tapi belum terbiasa," Karen mendongakan kepala mendengarkan perkataan lembut Randu.
"Makanya dari sekarang biasain dong Ndu, aku ngerasa kaya kita gak pacaran, panggilan sayang aja gak pernah," perkataan Karen diakhiri dengan ia mengerucutkan bibirnya.
Randu sedikit terkekeh dan membelai lembut salah satu pipi Karen dengan pelan. "Gue usahain ya," ujarnya meyakinkan.
Karen menganggukan kepala bersemangat dengan senyum cerahnya. "Aku sayang banget sama kamu," ujar Karen dengan memegang tangan Randu yang masih stay pada wajahnya. Randu tersenyum tipis mendengar itu.
"Gue juga," ujar Randu.
Kegiatan makan mereka terganggu dengan suara handphone Karen yang sedari tadi bergetar. Namun, tak ada tanda-tanda Karen ingin mengangkat telpon tersebut.
"Gak mau lo jawab?" kata Randu yang menatap handphone karen yang bergetar.
"Eh, iya, aku angkat dulu yah," ujar Karen gelagapan dan mengangkat telpon tersebut. Saat mendengar siapa yang berbicara Karen pamit untuk pergi meninggalkan Randu dan kembali bicara pada orang yang menelponnya.
Yang dapat Randu lihat raut wajah Karen terlihat marah juga kesal secara bersamaan. Karen bahkan terdengar sedikit berteriak namun tak jelas pada pendengaran Randu akibat suara bising kedai kaki lima juga suara deru mesin kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...