****
Hidup memang berat, setiap orang punya rasa sakit yang berbeda, tapi lo harus inget ada orang-orang yang ada di deket lo yang selalu ada buat lo, nguatin lo.
-Farhan Septalizen
****Auristela berjalan tak tahu arah saat ini. sebuah tangan menggapai pergelangan tangan Auristela dan membalikan tubuh Auristela dengan mudah. Auristela mengalihkan pandangan dan menutupi matanya yang berkaca-kaca. Bahkan, buliran air mata itu terjatuh dan suara isakan terdengar dengan jelas.
Farhan yang melihat itu dengan sigap merengkuh tubuh rapuh dari perempuan yang ada dihadapannya. Memberikan kekuatan dan energi pada perempuan yang tampak hancur. Farhan menepuk punggung Auristela dengan lembut menyalurkan ketenangan pada jiwa yang tampak kacau.
"Gue tahu gimana perasaan lo sekarang, Stela lo cewek kuat." ujar Farhan menegaskan kata kuat dalam kalimatnya.
Auristela menggeleng dalam pelukan Farhan da melerai pelukan itu. Auristela menatap mata Farhan yang memancarkan raut cemas. "Gue—gue gak bisa diem kalo orang yang udah ngelahirin gue di hina seenaknya," ujar Auristela dengan suara serak dan sesegukan.
"Selama gue hidup, gue gak pernah ngerasain kasih sayang ibu yang sesungguhnya semua yang ada di hidup gue semuanya sandiwara,"
"Gue baru aja bisa senyum dan menemukan titik terindah dalam hidup gue, ketemu sama lo semua tapi.." Auristela mengapus jejak air matanya dan tak sanggup melanjutkan perkataannya. "Tapi, siapa yang bisa ngendaliin perasaan, perasaan gue ke dia udah mencapai unlimited, susah buat ngejauh atau benci ke dia."
"Gue kira dia orang yang bakal bisa terus buat gue senyum tapi gue salah dia malah nambah luka lain di sini, disini rasanya sesek banget Han gue,—gue harus gimana?" ujar Auristela dan duduk terjongkok dengan tangan terus memukul dadanya yang terasa sesak, Auristela menutup seluruh wajahnya didalam kedua lipatan tanganya.
Farhan ikut berjongkok dihadapan Auristela, "Hidup memang berat Stela setiap orang punya rasa sakit yang berbeda, tapi lo harus inget ada oang-orang yang ada dideket lo, yang selalu ada buat lo, nguatin lo."
"Gue juga gak tau gimana bisa ngatasin perasaan yang lo rasain sekarang, lo kecewa, lo sakit dan lo marah sama respon orang yang lo sayang berada di kubu yang berbeda dari lo, tapi lo bisa liat gue, disini gue ada buat lo, sebagai sahabat lo, saudara lo, teman atau mungkin bisa lo sebut abang lo, jangan sedih lagi lo bisa certain semua yang ada dihati lo ke gue,"
"Curahin semua perasaan lo dan mungkin dengan itu lo bisa lega dan tidak terlalu terbebani." ujar Farhan yang mengelus lembut lengan Auristela. Auristela merasa tenang dengan hanya mendengar perkataan Farhan. Farhan mengajak Auristela berdiri dan duduk disalah satu bangku di dekat taman perumahan ini.
****
"Gue dari dulu gak pernah ngerasain apa itu kasih sayang bahkan gue menutup diri gue dari orang diluar sana buat jadi perisai, papah gue sering pukul gue cuma karena masalah sepele, gue diusir dari rumah cuma karena gue ngerusak mainan Karen," ucap Auristela dengan tatapan menerawang kedepan.
"Gue masih bersyukur ada kakek gue yang selalu ada buat gue, dukung gue. Dan sekarang ada lo dihidup gue, makasih banget Farhan."
Auristela tersenyum miris mengingat perasaan yang mungkin tak akan pernah berbalas dengan hal yang sama. "Dan tentang perasaan gue ke Randu mungkin bakal gue simpen ditempat terdalam dalam diri gue, mungkin takdir mempertemukan gue sama dia dengan makna gue harus lebih kuat dalam menerima luka dan kepahitan dalam hidup," ujar Auristela mencoba berpikir positif dalam apa yang terjadi pada dirinya. Dengan segala ketegarannya Auristela memaksakan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Ficção Adolescente[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...