****
Bahkan memahami perasaan ku sendiri masih tidak dapat kulakukan. Mengapa rasanya aku terjebak antara perasaan ini. Perasaan yang tak pernah dapat ku pahami.
-Randu Prangai Wangsyah
****
Pelajaran terakhir merupakan pelajaran yang sangat membosankan. Sejarah, mengapa pelajaran itu ditempatkan diakhir pelajaran. Otak yang sudah penuh dengan segala hal dan sekarang mempelajari sejarah. Otak seluruh siswa rasanya panas dan jenuh. Banyak siswa yang telah menguap dan berusaha terus mendengarkan penjelasan guru laki-laki yang sedang ada didepan.Auristela terfokus pada bukunya tanpa ia sadari sejak tadi Randu menatap kearahnya. Auristela mengambil salah-satu stabilo dan menggarisi beberapa kalimat yang ia anggap penting untuk dipelajari dan dipahami.
Tangan Randu tiba-tiba memegang tangan Auristela yang sedang menstabilo bukunya. Auristela menoleh dan mengernyitkan dahinya. "Kenapa? Lo mau minta gue minta maaf lagi?" ujar Auristela dengan memutar kedua bola matanya. Sungguh, Auristela jengah dengan perkataan dingin Randu untuk memintanya meminta maaf pada kekasihnya itu.
Menghela nafas Auristela menatap kedua manik elang lelaki disampingnya. "Sekali lagi gue tekankan kalo gue gak ngerasa salah sama tindakan gue," ujar Auristela dan kembali menstabilo bukunya.
Terdengar Randu menghela nafas kasar seraya mendengus. "Gue cuma mau bilang kalo gue mau lo juga cerita tentang hari itu, gue mau denger cerita malam itu dari lo," ujar Randu dengan penekanan diakhir kalimatnya.
"Lama juga ya lo mikir, tapi yang lalu udah gak usah dibahas lagi," dengan enteng Auristela mengatakan itu dengan tersenyum tipis.
Suasana kelas terdengar ricuh akibat suara bel pertanda pulang yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh seluruh murid di seluruh penjuru sekolah. Ketika guru telah keluar dari kelas semua murid yang ada dikelas berhamburan keluar kelas dengan cepat.
Auristela tersenyum kearah Randu dengan tulus. "Gue gak mau nginget kejadian itu udah cukup gue sama dia yang tau," ujar Auristela. Senyum Auristela membuat Randu tertegun dan menyadarkan dirinya dengan pikiran yang terlantas dipikirannya saat mendengar kata-kata Auristela.
Randu tersenyum meremehkan dan melupakan betapa tulus senyum Auristela. "Lo gak mau kasih tau gara-gara, lo sadar, lo yang salah kan, emang sih lo salah udah nampar saudara lo sendiri," ucap Randu dengan diakhiri suara kekehan. Auristela yang mendengar perkataan Randu hanya tersenyum miris. Apa itu point yang didapatkan oleh Randu.
"Ini nih dari cara lo mahamin kata-kata aja udah salah gimana bisa gue jelasin apa yang lebih jelas dari apa yang terjadi di hari itu," ujar Auristela dan mulai memapah tasnya.
"Mending lo belajar memahami dulu dari pada salah paham dan gagal paham," Auristela hendak pergi namun gagal akibat tangannya yang ditarik oleh Randu dan dalam sekali hentakan tubuh Auristela terbentur pada dinding. Sekarang posisi mereka sangat tak nyaman bagi Auristela.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
أدب المراهقين[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...