****
Bagaimanapun aku menjelaskan segala tidak ada yang mendengarkan apalagi percaya, saat itu aku tahu bahwa perkataan juga keberadaanku tidaklah berarti.
****Dengan langkah ringan Auristela memasuki kelas. Ternyata berada disekolah sekarang bagai berada ditempat yang ramai namun tidak berarti. Dapat ia rasakan tifak ada yang memperdulikan ada atau tidaknya dirinya. Memang, Auristela lah yang menutupi diri dari sircle pertemanan tapi setelah dimusuhi oleh orang-orang yang ia percayai sebagai teman membuat kesehariannya semakin tidak menentu.
Langkah Auristela terhenti kala mendapati tatapan yang dilayangkan padanya. Dari kelima lelaki yang pernah, ia anggap sebagai teman. Namun semua ia hancur saat tidak ada dari mereka yang ingin mendengar pendapatnya. Bagai segala perkataannya tidaklah berarti.
Diantara kelima lelaki itu hanya Farhan yang tersenyum dengan tulus kepadanya. Berbeda dengan keempat temannya yang lain yang menatapnya tanpa ekspresi. Apa yang salah sekarang, apa ia melakukan kesalah lagi tapi mengapa mereka harus memperhatikanya bagai kriminal dengan tatapan seperti itu.
Melangkahkan kakinya kembali Auristela telah duduk pada bangkunya. Dan dengan serentak kelima lelaki itu mulai mendekat kearahnya.
"Satu pertanyaan aja ya Stela, sebenernya hubungn lo sama Charles tuh apaan, kenapa lo bisa deket sama geng yang udah konsisten jadi musuh Incursio." Tebe memulai menanyai Auristela namun tidak ada tatapan yang mengintimidasi. Lelaki itu hanya bertanya dengan wajah serius namun dengan tatapan yang lembut.
"Kenapa, kenapa kalian pada mau tau apa hubungan gue sama Charles?"
"Karena lo temen kita, lo anggota Incursio." ujar Ikram dengan nada sedikit kesal.
"Yang logikanya kalo lo anggota Incursio, lo gak bisa temenan sama dia." sambung Stefen.
"Tapi gue gak pernah bilang gue anggota, lo semua yang maksa gue buat masuj ke sircle ini."
"Gue sama mereka semua perduli sama lo, kita takut lo kenapa-kenapa kaya Karen waktu itu." ujar Farhan dengan menatap Auristela dalam.
"Gue sama dia beda, gue bisa jaga diri gue sendiri."
"Bisa gak sih lo sekarang denger kita. Kita disini cuma buat lo sadar kalo sircle pertemenan lo sekarang gak bisa dipercaya." kali ini, Randu berujar dengan menatap Auristela, dingin.
"Sejak kapan sircle pertemenan bisa dipercaya, bodohnya gue bisa percaya sama lo orang dulu,"
"Dan lo semua minta didengerin, sedang pas gue gak ada yang mau dengerin. Bener tuh otak?" ujar Auristela dengan menatap kelima lekaki dihadapanya.
"Yee, itu mah lo emang salah. Kita bisa luat semua, lo nampar si Karen." uhar Stefen.
"Tapi lo semua gak tau apa yang sebenernya terjadi dihari itu, kalian cuma liat highlight dimana gue yang nampar dia." ujar Auristela, kedua telapak tangannya mengepal kuat kali ini.
"Bullshit buat hari itu! Disini kita mau lo jauhin Charles." ujar Randu dengan menatap Auristela tajam.
Auristela terkekeh kecil, "Lucu banget, lo siapa bisa ngatur idup gue."
Randu terdiam, namun matanya terus memperhatikan segala pergerakan Auristela dimulai dari tangan yang mengepal kuat, juga mata yang datar. Entah kapan terakhir kalinya ia dapat melihat senyum perempuan itu kli didekatnya.
"Stela, kita semua cuma pengen bisa lebih tau. Seenggaknya kita tau apa hubungan lo sama Charles, biar gak ada salah paham." ujar Farhan dengan lembut, Auristela menoleh kearah Farhan dan disambut olehnya senyum lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...