****
Aku takut, takut perasaan ini akan terus tumbuh dan tak tahu bagaimna cara untuk menghentikannya.
****Auristela telah siap dengan seragam sekolahnya. Turun kebawah menuju dapur, Auristela mulai membuat sarapan. Seperti inilah kebiasaan Auristela setiap paginya. selesai membuat roti lapisnya Auristela mulai memakannya, belum selesai memakan sarapannya terdengar suara tlakson dari luar. Buru-buru Auristela membuka pintu dengan mulut yang masih penuh.
Randu berdiri diteras apartemen Auristela, menatap geli perempuan yang ada didepannya. Dengan cepat Auristela mengunyah makanannya "Mau sarapan?" tawar Auristela. Randu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban sambil masuk kedalam apartemen Auristela.
Auristela mengambil roti lapisnya dan bergegas menuju kursi ruang tengah dimana ia menaruh tas miliknya. Auristela melihat Randu yang masih meneliti sekeliling apartemennya.
"Lo beneran tinggal sendiri?" lagi Randu bertanya dengan pertanyaan itu dan hanya diangguki oleh Auristela.
"Ga ada foto keluarga lo disini?" Randu bertanya lagi, setelah diteliti oleh Randu ada yang janggal dari apartemen ini. Tidak ada foto keluarga. Satupun. Auristela hanya menggelengkan sambil menatap kosong apartemen yang menjadi tematnya tinggal.
Berapa banyak rahasia yang ada pada diri Auristela. Belum ada satupun jawaban yang Randu temukan. Perempuan yang ada didepannya saat ini sangat misterius. Apa sebenarnya yang terjadi pada kehidupan Auristela?.
Lagi-lagi pikiran Randu dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Auristela. Randu tidak pernah merasa sangat penasaran apalagi ingin mengetahui tentang kehidupan orang lain. Tapi entah mengapa Randu sangat ingin mengetahui apapun tentang Auristela.
"Yok berangkat." ucap Randu memecah keheningan yang terjadi beberapa saat.
Auristela hanya mengikuti Randu dalam diam dan dengan raut wajah yang tidak dapat dibaca oleh Randu.
****
Sesampainya disekolah Randu dan Auristela menjadi pusat perhatian semua murid. Ini adalah pemandangan yang tidak pernah mereka lihat. Seorang Randu membonceng perempuan. Pandangan para siswi memandang iri dan tidak suka kearah Auristela .
Di parkiran sekolah telah ada keempat teman Randu yang menunggu pemuda itu. Motor berhenti Auristela pun turun dari motor dan memberikan helm yang ia pakai kepada Randu. Auristela endak pergi tetapi Randu mencekal tangannya.
"Bareng kita." Auristela menatap datar laki-laki didepannya.
"Iya Auristela, bareng kita lo kan temen kita sekarang." sambung Stefen.
"Anggota Incursio pula." kata Ikram
Selama ini Incursio hanya beranggotakan laki-laki karena dari dulu perempuan tidak diperbolehkan ikut dalam keanggotaan Incursio."Gue bukan anggota-"
"Lo anggota Incursio, mulai dari kemarin." potong Randu sebelum Auristela menyelesaikan omongannya.
Banyak pertanyaan yang bersarang dikepala Auristela sekarang. Mengapa Randu terlihat peduli dengannya?. Mengapa kelima lelaki itu memilih untuk berteman dengannya?. Dan masih banyak lagi. Tapi Auristela mengabaikan semua pertanyaan-pertanyaan itu.
"Ya udah yok, kekelas." ucap Tebe yang sedari tadi hanya memperhatikan situasi yang ada dihadapannya.
Merekapun berjalan kekelas melewati lorong dengan banyaknya omongan yang terlontarkan oleh para siswi kepada Auristela dan menunjukan ketidaksukaan. Mereka iri melihat kedekatan Auristela dengan kelima lelaki yang mereka kagumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...