36. Penolakan

644 47 10
                                    

****
Tidak ada rasa sakit yang datang tanpa arti dan karena rasa sakit itu orang bisa sekuat baja.
****

"Kepada dia, cucu saya, Auristela Chalondra." seketika senyum Jordi hilang. Lenyap entah kemana, wajahnya mengeras dan nampak memerah padam menahan amarah.

Begitu juga dengan semua tamu yang nampak terkejut dengan pengumuman penerus perusahaan itu. Keputusan yang diumumkan Perwira sangat diluar ekspektasi mereka.

"Ayah, maksud ayah apa, masih ada Jordi yang dapat menjalankan perusahan milik Ayah," protes Jordi dengan lirikan tajam yang ia berikan pada Auristela.

Perwira nampak menegaskan sekali lagi dengan ekspresi wajah datarnya, "Saya katakan sekali lagi, perusahaan Perwira Property saya berikan seutuhnya pada cucu saya, Auristela Chalondra," dengan tegas dan tidak terbantah Perwira mengatakan perkataan itu dengan penuh penekanan.

"Ayah, untuk apa Ayah berikan perusahaan Ayah pada anak sialan ini!" dengan telunjuk yang ditujukan pada Auristela, Jordi menatap murka. Keputusan sang Ayah sama sekali tidak dapat ia terima.

"Jaga bicara kamu Jordi! Keputusan Ayah sudah mutlak! Tidak ada yang dapat merubahnya ataupun mengganggu gugatnya!" Perwira sedikit meninggikan suaranya dan berupa bentakan.

Keadaan ballroom yang tadinya terlihat ceria diantara tawa dan senyum telah berubah seketika dengan pertengkaran antara Ayah dan anak juga pengumuman mengejutkan. Banyak tamu yang melihat kejadian itu dengan banyak artian. Penasaran, tegang dan menikmati. Yeah, you know what i mean.

Jordi berjalan kearah Auristela berdiri, "Kamu, apa yang telah kamu lakukan pada Ayah saya, gadis sialan!" bentak Jordi. Farhan yang melihat itu sontak berjalan maju mendekat begitu juga dengan Randu.

Terlihat dengan jelas wajah Auristela masih tetap sama, datar. Tidak ada ekspresi lain yang dapat ia ekspresikan kali ini, semua kata yang tidak ia dengar beberapa tahun ini kembali ia dengar. Dari orang yang masih sangat ia sayangi sepenuh hatinya.

"Kenapa juga saya menikahi Ibu kamu yang bahkan tidak saya cintai dan melahirkan anak yang tidak saya inginkan,"

Jordi tertawa renyah, ditatapnya dingin wajah Auristela "Hebat sekali kamu, anak jalang seperti kamu bisa memanipulasi Ayah saya!"

"Jordi! Jaga bicara kamu!" bentak Perwira sekali lagi. Perwira tidak dapat menahan dirinya lagi, putranya telah bertindak terlalu jauh tanpa mengetahui kebenaran yang pasti.

Auristela menatap sang Kakek dan tersenyum tipis, "Apa serendah itu Aku dan Mama di mata Papa?" ujar Auristela dengan menatap kedua netra jordi tak kalah dingin. Suaranya serak, menahan tangis yang akan tumpah.

Jordi berdecih mendengar perkataan Auristela, "Kamu masih belum mengerti ternyata, dimana tempat kamu sebenarnya," ujar Jordi remeh dan menatap rendah Auristela. Perkataan Jordi mengingatkan Auristela dengan kata-kata Karen beberapa hari lalu. Sama persis.

Auristela maju selangkah dan berhadapan dengan Jordi, senyum miring timbul terlihat bagai seringaian.

"Lalu mereka, apa mereka tidak Papa beritahu dimana tempat mereka seharusnya! Mengapa hanya Tela!?" teriak Auristela dengan menujuk kearah Sarah juga Karen.

"Bahkan anak haram seperti dia Papa bela sepenuh tenaga! Papa sayang tanpa batasan! Lalu kenapa Tela enggak?!"

Jordi menampar wajah Auristela dengan keras, Auristela bahkan telah terjatuh dilantai. Perwira sontak berjalan mendekati Jordi dan melayangkan tangan hingga jatuh pada pipi Jordi. Tatapan Perwira nampak menumpuk emosi. Jordi mundur selangkah dan menatap tak percaya kearah sang Ayah yang dengan ringan menampar dirinya.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang