50. Fake Friend

640 43 20
                                    

****
Teman, katanya teman merupakan manusia yang dapat mengerti bagaimana perasaan temannya yang lain. Tapi apa jadinya jika apa yang disebut dengan kata teman itu ternyata bukan memberikan suka namun luka.
****

SMA Indika terlihat cukup ramai pagi ini, semester baru akan dimulai. Terlihat lima motor sport secara bersamaan sampai dan langsung memarkirkan motor pada tepat masing-masing.

Randu sedikit melirik kearah Farhan yang baru saja melepaskan helm. Farhan yang merasa seperti ada yng memperhatikan menoleh dan mendapati Randu yang langsung mengalihkan padangannya.

"Ngapa lo liatin gue, ngomong aja kali." ujar Farhan dengan berjalan mendekati Randu yang berdiri dengan bersender pada motor.

"Oh, Stela mah gak bareng gue pagi ini. Gue tanya katanya dia bisa berangkat sendiri." tebak Farhan, ia tahu pasti yang ingin diketahui oleh Randu saat ini adalah tentang Auristela.

Randu hanya mengganggukan kepala. Sebuah panggilan memasuki telingannya dengn begitu nyaring, siapa lagi kalau bukan Karen. Perempuan itu berlari kecil menuju Randu diikuti dengan Dhija juga Olya disana.

"Aku kangen banget tau gak, kenapa sih jarang banget ada waktu buat aku." keluh Karen dengan menatap Randu yang menggaruk tengkuk yang tidak terasa gatal.

"Sorry, gue banyak urusan jadi gak bisa sering ketemu." ujar Randu.

"Oh, pulang sekolah ada dong waktu. Jalan sama aku yaa udah lama banget kita gak jalan berdua." rengek Karen dengan tangan digelayutkan manja pada lengan Randu.

Belum saja Randu menjawab, seseorang berjalan didekat mereka. Josep, lelaki itu terlihat melihat kearah Randu juga Karen dengan senyum miring. Entah apa arti dari tatapan dan senyum miring itu.

"Ya Ndu yaa, jalan sama aku ya." rayu Karen dengan manja. Randu hanya mengangguk kecil mengiyakan kemauan Karen. Ia bingung harus bagaimana bersikap pada Karen sekarang.

"Oi, makin cakep aja nih mantan gue. Diajak balikan mau kaga ya." ujar Ikram dengan menatap Dhija. Walau yang sedang ia ajak bicara adalah Stefen juga Tebe.

"Dia mana mau sama lo, ya kan Dja. Lo mending kaga usah balikan sama nih orang ntar yang ada stress lo lama-lama deket sama dia." ujar Stefen dengan padangan mengejek pada Ikram.

"Ikram.. Ikram. Udah deh gak usah ngarep Dhija mana mau balikan lagi sama lo." timpal Tebe dengan menggelengkan kepala.

Dhija yang merasa canggung menjadi bahan pembicaraan itu hanya dapat mengalihkan pandangan kearah lain. Salah tingkah, mungkin itu yang ia rasakan sekarang.

Sedang Olya hanya dapat tersenyum jahil pada sahabatnya itu.

Suara deru motor yang cukup besar itu mengalihkan tatapan mereka semua. Terutama Randu, Randu merasa sangat mengetahui suara deru motor itu. Seketika Randu yang sedari tadi menyender pada motornya kembali berdiri tegap saat melihat siapa yang ada didepan gerbang SMA Indika.

Bukan hanya Randu, Farhan juga terkejut melihat siapa yang ada disana dan seberapa dekat kedua orang itu.

Disana, terlihat Auristela baru saja turun dari sebuah motor yang tak lain merupakan milik Charles. Auristela membuka helm dan memberikannya kembali pada Charles. Bahkan terlihat dengan jelas, Charles ikut merapikan Rambut Auristela yang sedikit berantakan. Yang aneh diantara semua itu ialah, senyum Auristela yang terus terbentuk.

Randu menggertakan giginya, kepalan tangannya mengepal dengan kuat. Kenapa dari semua lelaki harus orang itu. Kenapa senyum itu harus terbentuk saat Auristela bersama lelaki itu.

Auristela berjalan masuk ketika Charles telah melaju pergi. Dan daat ia lihat semua tatapan menuju adanya namun ia tidak perduli. Farhan sedikut melirik Randu dan beralih pada Auristela. Seperti semua tidak akan baik sekarang.

****

Kelas terasa kosong saat ini, bukan, bukan karena tidak ada kebisingan tapi karena tidak ada yang memulai bicara diantara mereka. Randu, Farhan, Stefen, Tebe dan Ikram hanya terdiam. Begitu juga Auristela yang berada dalam dunianya sediri, dengan novel bergenre trailer. Entaj ia yang berusa menyubakan diri atau ia telah terlalu dalam cerita.

Farhan yang tidak dapat menahan diripun berbalik menghadap kearah Auristela yang masih terfokus pada novel yang sedang dibacanya.

"Lo kenapa bisa sama Charles pagi ini?" bukan hanya Farhan yang merasa asing dengan suasana ini tapi Randu, Stefen, Tebe juga Ikram langsung kontan menatap kearah Auristela.

"Dia kasih gue tumpangan." ujar Auristela sekenannya.

"Kenapa gak chat gue, biasanya kan kita bareng Stela."

"Engga kenapa-kenapa sih. Lagian juga, kenapa kalian pada perduli sama gue. Bukannya kalian gak mau ngomong sama orang kasar kaya gue."  dengan mata datar Auristela menatap Stefen, Ikram, Tebe juga Randu.

"Udah deh gak usah sok perduli." Auristela mendengus lalu kembali teralih dengan novel yang masih ia genggam.

"Okay, Fine! Kita cuma khawatir lo kenapa-napa Stela." ujar Stefen.

"Makasih udah khawatir tapi gue gak terima fake friend kaya kalian."

"Maksud lo, maksud lo apa fake friend?" Randu berujar dengan menatap Auristela tajam.

"Gak ada dalam kamus kitaorang yang namanya fake friend, lo gak tau apa-apa tentang kita." lanjutnya.

"Iya gue gak tau apa-apa tentang kalian, yang berarti kalian bahkan lebih gak tau apa-apa tentang gue. Kesimpulan yng ada dipikiran kalian terlalu kalian duluin tanpa mau denger penjelasan. Mana ada temen yang gak mau denger penjelasan dari temennya. Dan ini yang gak gue mau dari hubungan dengan nama temen." Auristela berdiri dari duduknya, berjalan menjauh pergi keluar kelas. Meninggalkan keterdiam kelima sejoli itu disana.

Auristela berjalan melalui loring dan tanpa sengaja menabrak seseorang. Hampir saja Auristepa terjatuh kalau saja kedua bahunya tidak ditahan oleh laki-laki yang baru ia tambak.

"Sorry," baru akn berujar kembali lelaki itu memutus ucapan Auristela.

"Lo gak apa-apan kan? Sorry gue gak sengaja nambrak lo." Auristela menatap orang yang baru saja ia tabrak. Josep.

Auristela menggeleng dan mengayunkan langkahnya kembali. Bahkan langkah semakin cepat kala merasa Josep memanggil namanya.

****

Sebuah mobil berwarna putih baru saja sampai digerbang. Ketika satpam melihat siapa yang ada didalamnya seketuka berjalan menghampiri seorang siswi yang mengendarai mobil itu.

"Jam sudah dimulai, kamu kenapa bisa telat?" tanya satpam itu.

"Maaf Pak, saya siswi baru. Ini pertama kalinya saya datang kesekolah ini." ujar Siswi yang ada didalam mobil.

Satpam itu memperhatikan siswi yang masih setia dengan senyum mengembang pada wajahya. Terlihat dari almet yang dikenakan siswi itu bukan seperti yang biasanya siswa-siswi SMA Indika paki ia mengangguk.

"Lain kali, jangan telat mungkin kali ini saya biarkan."

"Siap! Makasih banyak yaa Pak." ujar Siswi itu dengan senyum yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Setelah memarkirkan mobil miliknya,  siswi itu turun dan menatap sekolah yang akan menjadi tempat ia menimba ilmu selama setahun kedepan mungkin. Ia menganggukan kepala saat melihat interior juga bagaimana lapangan sekolah itu. Lumayan.

Dengan menggendong tas berwarna abu-abu dan sepatu berwarna senada dengan tasnya, Perempuan itu berjalan masuk dan hilang diperempatan lorong SMA Indika, sekolah dengan awalan baru baginya.




See you guys!







NendyBudiman

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang