"Kalaupun itu masih sama, apakah perasaan ini akan terbalas layaknya dongeng di dunia fantasi. Dimana segalanya akan berakhir dengan Happy Ending"
Setelah tamparan keras itu, Auristela mengangkat kepalanya. Menatap Jordi yang lagi-lagi menamparnya dengan alasan yang tidak masuk akal. Sebegitu cintanya kah Jordi kepada Karen juga Sarah. Atau mungkin rasa benci pria paruh baya itu sangatlah besar padanya.
Sebelum Auristela berbicara Randu telah terlebih dahulu bicara, "Anda menampar korban bullying yang tidak lain adalah putri anda sendiri, amda sehat?"
Jordi menatap Randu, Randu menatap Jordi dengan datar dan dingin. "Membela Karen yang jelas-jelas salah, seharusnya yang mendaat tamparan itu Karen. Seharusnya pihak sekolah menindak lanjuti masalah ini kan? Memberi ganjaran yang patut didapat oleh pelaku."diakhir kalimatnya Randu menatap Kepala Sekolah yang ada disana.
"Kamu, kamu diam. Memangnya kamu tau itu video asli atau tidak, jangan asal bicara." bela Jordi.
"Saya gak akan diam terkecuali dia udah dapet hukumn yang setimpal sama yang apa dia lakuin."
"Pah, Tela tau Papa sayang banget sama Karen. Tapi apa harus Papa juga nutup mata sama semua yang ada didepan Papa. Pura-pura gak ngeliat bahkan buta. Sebenci itu Papa sama Tela?" Auristela terus berusaha untuk tidak menangis kali ini. Ia telah berjanji pada dirinya agar tidak terlihat lemah didepan siapapun.
Jordi menatap Auristela, anak yng selama ini tidak ia anggap. Anak yang selama ini tersakiti oleh segala tindakannya.
"Saya gak percaya sama video semacam ini. Jaman sekarang segalanya bia direkayasa."
Randu berdecih, "Ya sekarang sangat gampang merekayasa, tapi, apa anda tau apa yang didapati korban pembullyan,"
"Dan yang anehnya, anda malah membela si pelaku. Anda begitu mempercayai Karen tanpa mau melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kalo saya jadi anda sudah pasti saya sangat malu sekarang, anak yang saya banggakan ternyata seorang pembully, untuk mengangkat kepala pun mungkin saya gak bisa."
"Randu kamu apaan sih, jelas-jelas itu editan. Aneh banget deh. Gak mengkin aku ngelakuin itu ke Tela." ujar Karen dengan memasang wajah polos bagai tidak bersalah.
"Coba kamu buktiin kalau misal semua itu asli, saya mau lihat." ujar Jordi menantang Randu.
"Saya akan jadi saksinya, saya yang merekam kejadian itu." suara lelaki yang tidak lain adalah Josep itu masuk. Jordi terdiam menatap Josep.
Ternyata Josep tidak sendiri, disana ada kedua orang tuanya juga.
"Dengan handphone ini, saya merekam semua perlakuan keji putri anda pada Auristela."
Karen menatap Josep tajam, kepalan tangannya begitu erat. Lalu dengan tiba-tiba Karen berteriak. "Lo! Berani banget lo ke gue hah?!"
"Uhuu, akhirnya keluar sikap aslinya." seraya bertepuk tangan Randu menatap Karen yang terbawa emosi. Karen yang mendengar itu seketika terdiam.
"Saya akan gunakan handphone saya ini sebagai bukti." lanjut Josep lalu memberikan handphonennya pada kepala sekolah.
Jordi menatap Josep dengan tatapan yang entah apa artinya, tatapn Jordi kembali pada Karen yang terlihat sekali wajah kesal melekat pada wajah remaja itu.
Namun belum sampai disana tiba-tiba beberapa petugas polisi yang masuk kedalam ruangan. Di ikuti dengan beberapa pria dengan wajah sangar berjas. Dan pada akhirnya, munculah sosok yang tidak lain adalah Perwira Sianto, Kakek Auristela.
Dengan keadaan ini kepala Jordi terasa begitu berat. Apalagi sekarang, apalagi sebenarnya yang akan terjadi saat ini.
Polisi itu menunjukan surat perintah penangkapan yang tertuju pada Sarah, Mama Karen.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Novela Juvenil[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...