****
Jika kamu sadar kamu salah maka minta maaflah. Bukannya bertindak bagai orang bodoh yang ingin terlihat pintar.
****Farhan turun dari mobilnya dan mendapati Auristela tengah berjalan tidak jauh darinya. Untuk mengejar Auristela dirasa tidak mungkin, maka laki-laki itu memanggil dengan sedikit berteriak.
"Stela!" teriaknya, namun perempuan itu tidak juga membalikan badan. Sekali lagi Farhan meneriaki nama itu baru sang empu menoleh.
Farhan tersenyum akan itu, "Bantuin gue dong, susah nih!" Auristela berjalan mendekat dan mendapati wajah memar Farhan. Langsung saja, Auristela berlari kecil menghampiri laki-laki itu.
"Muka lo kenapa bisa gini?" dengan menatap wajah Farhan yang memar Auristela bertanya. Raut wajah khawatir begitu terlihat disana.
"Gue gak kenapa-kenapa."
"Lo mau gue percaya gitu, kalo lo gak kenapa-napa." Auristela menggelengkan kepala, menatap kedua netra milik Farhan.
"Yuk kekelas." Auristela menuntun Farhan dengan langkah hati-hati. Niat hati ingin bertanya lebih lanjut mengapa laki-laki itu dapat terluka seperti ini, namun ia urungkan. Tidak semua hal dapat diceritakan pada orang lain kan.
Melewati lorong dapat terlihat tatapan yang begitu tidak menyenangkan dilayangkan pada mereka. Bukan mereka, lebih tepatnya Auristela.
Auristela dan Farhan telah sampai pada kelas mereka. Masih sama, tatapan itu terus dapat dirasakan bagai menusuk seluruh tubuhnya. Auristela mengabaikan semua itu dan terus menuntun Farhan hingga sampai pada bangku milik lelaki itu.
"Thanks ya Stela." ujar Farhan dengan tersenyum tulus. Auristela sedikit mengangguk dan tersenyum lalu berlalu menuju bangkunya. Ia merasa kali ini akan ada masalah yang menghampirinya.
Bersiap untuk menyumpal telinga menggunakan earphone sebuah tangan menghentikan pergerakannya. Dilihat dari tangan pun Auristela tahu siapa. Perempuan itu mendongakkan kepala melihat dengan wajah jengah dan malas. Bagai tidak ingin berurusan lebih lagi dengan laki-laki itu.
"Ada hubungan apa lo sama Charles?" pertanyaan itu meluncur dengan geraman yang dapat terdengar walau samar.
"Bukan urusan lo." Auristela mengabaikan senyum miring yang telah tercetak pada wajah Randu dan menghentakan tangannya hingga terlepas dari genggaman laki-laki itu.
"Bukan urusan gue? Jelas ini urusan gue. Dia ketua The Cruel, geng yang selalu cari ribut sama sekolah ini. Dan lo, malah deket sama dia sampe dateng ke markas mereka?" Randu melangkah maju dan memdekati Auristela yang tak bergeming ada bangkunya.
"Cewek macam apa lo?" lanjutnya dengan menatap tajam Auristela.
Memilih untuk diam dan tidak meladeni terpilih. Auristela sama sekali tidak memiliki niatan untuk membalas perkataan Randu. Atau yang ada ini akan menjadi besar dengan ia yang terpojokan.
"Kita udah jadi temen lo dan lo malah khianatin kita gini, masih punya otak lo?!" kali ini, suara Randu telah mencapai puncak. Membentak sebenarnya tidak ada dalam pikirannya, namun itu terjadi tanpa ia inginkan.
"Gue khiatin lo semua? Yang ada kalian yang pergi tanpa tau apa-apa." dengan membanting ponsel dengan cukup keras Auristela menatap Randu dengan tatapan dingin.
"Selama ini kita tulus dan lo malah jalan sama Charles? Dan itu bukan sekali!"
"Iya! Itu bukan cuma sekali, kenapa, Ada yang salah?" Auristela hendak berdiri namun terkendala dengan tubuh Randu yang menghalangi.
"Ada!" perkataan Randu terhenti akibat hentakan pada meja yang bersumber dari bangku Farhan. Laki-laki itu berdiri dan menatap Randu tak kalah tajam. Ia jengah, sahabatnya itu masih saja bersikap kekanakan dengan memperbesar masalah kecil.
"Lo apa-apaan sih Ndu, dateng-dateng marah, mojokin Stela. Mau sampe kapan lo nutup hati lo buat liat segalanya dari segi perasaan?"
"Lo yang apa-apaan Han! Masih aja lo belain dia. Lo kenapa hah?!"
"Gue percaya sama apa yang gue percaya. Dan gue liat semua itu dari dua sisi."
"Kenapa lo bisa sepercaya itu sama dia?!"
"Karena gue sayang sama dia!" tentu saja, suara Farhan telah menjadi intention penuh dari segala penjuru kelas.
"Iya! Gue sayang sama dia kenapa lo semua?!" Randu terdiam, ia bagai tersambar petir hingga tidak dapat membuka mulut. Sedangkan dipintu kelas, Karen tengah berdiri dengan tangan bersedekap pada dada dengan senyum yang sulit diartikan.
****
"Kalo semua ini cuma rekayasa The Cruel, kayanya gak mungkin deh." ujar Stefen dengan tangan pada dagu. Terlihat begitu berpikir dengan keras tapi tidak juga begitu. Ia melakukannya agar terlihat keren.
"Kalo setau gue sih, The Cruel emang gak ada hubungan apa-apa sama anak SMA Apsel." kata Ikram menimpali.
Tebe terdiam, masih meresapi segala kemungkinan yang terjadi. Bukankah segala hal tidak ada yang tidak mungkin. Begitu juga dengan apa yang sedang terjadi.
"Kita gak tau gimana bisa Farhan ada didaerah itu. Kalo mau tau apa alesan yang sebenernya seharusnya kita tanya orangnya langsung." perkataan Tebe meluncur dengan gampangnya. Bukan berarti itu hanya omong kosong, tapi semua kunci jawaban ada pada Farhan, orang yang bersangkutan dengan itu.
Randu berdecak, "Palingan juga gak bakal dijawab, tau sendiri gimana dia kan lo?"
"Tapi kalo lo semua tanya ke gue, pasti gue jawab." keempat laki-laki itu dengan gerakan yang sama persis menengokan kepala pada sumber suara.
Kontak mata antara Randu juga Farhan sempat terjadi. Hanya beberapa detik, sebelum Farhan melewati tubuh Randu.
"Kejadian kemaren, gak ada hubungan apa-apa sama The Cruel." ujar Farhan.
"Lo bilang kaya gini bukan buat lindungin Auristela kan?" Farhan membalikan badan dan tersenyum dengan mengindikan kedua bahunya.
"Gue disana cuma lewat, tapi, yang gue liat malah mereka lagi gangguin cewek. Niat gue sih baik mau nolong, eh, malah gue yang abis sama mereka." jelas Farhan dengan mengingat kembali kejadian pada hari itu.
"Ini nih, Farhan yang kita kenal. Nolong orang tanpa tau apa akibatnya." ujar Tebe dengan merangkul bahu Farhan.
"Trus, cewek itu gimana Han?" Farhan mengangkat kedua bahunya.
"Pas gue suruh dia buat lari, dia langsung lari dan gue harap dia baik." ujar Farhan, perempuan dengan rambut sebahu itu nampak sedikit ketakutan. Tapi sayangnya, ia tidak dapat mengingat wajah perempuan itu dengan baik.
"Coba aja Charles and the gang gak lewat. Bisa aja lo bener-bener kritis." ujar Stefen dengan bernafas lega.
Randu berdehem, "Masalah ini clear, jadi gak ada apa-apa lagi. Gue mau balik." ujarnya.
"Gue harap, lo semua gak salah paham tentang hubungan Stela sama Charles." langkah Randu terhenti, berbalik dan mengayunkan langkah kembali dekat pada Farhan.
"Tapi semua foto yang Karen liatin ke kita itu faktanya." kata Ikram yang langsung dibalas dengan tatapan bertanya dan dahi berkerut dalam pada wajah Farhan.
"Karen?" beo Farhan. Perempuan itu sungguh tidak dapat terlihat bagaimana sifat aslinya.
See you guys!
Kalian pada suka lagu Green Tea & Honey gak? Coba geh dengerin hehe.
NendyBudiman
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...