****
Setelah ini takan kubiarkan siapapun dapat menjatuhkanku dengan mudah. Ini terakhir kalinya ku biarkan mereka, namun tidak dengan nanti.
****Keadaan SMA sedang dalam masa tegang. Bagaimana tidak sekitar tiga minggu lagi akan diadakan ujian akhir semester. Banyak siswa yang mulai sibuk melengkapkan catatan mereka. Banyak juga siswa yang terlihat santai, karena bagi mereka percuma belajar jika saat ujian apa yang kita pelajari tak ada yang keluar pada soal. Jika ingin mencontek pun pada siapa biasanya orang pintar akan pelit memberikan jawaban. Itu adalah fakta yang paling menyebalkan.
Auristela tengah duduk du meja paling pojok di perpustakaan SMA Indika dengan beberapa buku disampingnya. Tangannya dengan cekatan mencatat hal-hal penting pada buku catatan. Tak terasa waktu istirahat berlalu dengan cepat. Auristela mendesah pasrah, masih banyak materi yang harus dipelajarinya.
Auristela bergegas berdiri dan menaruh buku pada rak yang seharusnya. Saat berjalan menuju kelas, Auristela akan melewati toilet siswa. Tiba-tiba ia ditarik masuk dengan kasar dan punggungnya dibenturkan pada dinding dengan kuat. Auristela menutup matanya dan merasakan sakit pada pundaknya.
"Hai, dari mana aja sih gue cariin gak ada," ucap suara itu. Yang Auristela tau, lagi-lagi kejadian itu akan terjadi,lagi.
Auristela menatapkan matanya pada orang yang ada tepat di hadapannya. Masih sama, mereka bertiga sedangkan dirinya sendiri.
"Mau apalagi lo?" kata Auristela dengan sedikit menegakan tubuhnya. "Mau apa hah?" katanya lagi.
"Mau apa? Yaa mau bikin lo sadarlah, kemaren kayanya belum cukup buat lo sadar posisi," kata Karen dengan mencoba mendominasi Auristela.
"Posisi? Oh, deket sama cowok lo?" ujar Auristela dan sedikit menganggukan kepalanya.
"Heh! Auristela! Lo tuh bebel banget ya, ngejauh dari mereka kalo lo gak mau remuk kaya kemaren," kata Dhija.
"Mau tau gak salah lo apa?" tanya Auristela pada Dhija. "Lo salah lebih mentingin ego dari ada perasaan lo."
"Tau apa lo tentang gue," ucap Dhija dengan mengangkat salah satu sudut bibirnya.
"Dan lo Karen, yang seharusnya sadar posisi itu lo, lo yang udah ngerebut semua dari gue," Kata Auristela menatap tajam mata Karen.
Karen tertawa mendengar itu. "Tuh kan lo masih gak sadar, lo itu gak di inginkan Auristela, makanya lo dibuang," perkataan Karen membuat emosi Auristela memuncak.
"Oh ya, berarti anak haram macam lo harusnya dimana dong?" dengan senyum miring dan wajah datarnya Auristela mengatakan itu. Wajah Karen tak dapat menutupi emosi dan kekesalannya. Tangan Karen terangkat hendak menampar Auristela namun dengan cepat Auristela menahan tangan itu.
"Gue kemaren diem, bukan berarti lo bisa ngelakuin hal yang sama," kata Auristela dan menghemaskan tangan Karen dengan kuat.
Auristela melangkah hendak meninggalkan toilet. Sebuah tendangan pada kakinya membuatnya terjatuh begitu saja dilantai. Dengan lutut sebagai penumpu badanya agar tak jatuh sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Roman pour Adolescents[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...